Malam semakin larut, keheningan begitu mencengangkan diruangan besar yang masih dipenuhi oleh para tamu undangan Raka dan teman-teman sekolah Alzyas. Azka tidak menyangka bahwa pesta yang dia buat justru menghancurkan hati keponakan nya yang sangat dia sayangi. Azka juga ikut merasa sangat berdosa karena merahasiakan semua kebenaran dari Alzyas.
Gadis mungil dihadapannya saat ini benar-benar terluka dengan sorot mata yang tajam dan nafas yang semakin bergemuruh ,membuat hati Azka ikut tercubit.
" Alzyas, tangan kamu berdarah nak "
Perkataan Emely membuat Azka tersadar dari lamunannya, dan melihat bahwa telapak tangan Alzyas sudah mengeluarkan banyak darah, dengan sedikit waspada Azka berusaha mendekati Alzyas
" Zyas.... Zyas-nya Uncle... tenang yah sayang.... " bujuk Azka dengan lembut, perlahan Azka melangkah kan kakinya menghampiri gadis itu, Alzyas langsung menoleh kearah Azka yang sedang berusaha mendekatinya.
" Zyas sayang sama Mommy Kirana kan? " tanya Azka dengan waspada takut jika keponakannya bertindak lebih jauh, Gadis itu hanya diam namun dia merasa matanya kembali memanas saat mendengar nama Kirana dan mengingat saat-saat kebersamaan mereka dahulu.
" Zyas pasti ingat kan, apa saja yang sudah Mommy Kirana ajarkan pada Zyas? " Azka kembali membujuk keponakan nya.
Alzyas sudah tidak tahan lagi, tubuhnya benar-benar terasa lelah hingga tubuhnya luruh kelantai, Alzyas menangis sejadi-jadinya nya menumpahkan semua rasa sakit, kecewa, dan amarahnya, dengan langkah cepat Azka langsung mendekap tubuh mungil keponakannya, Alzyas memeluk tubuh Azka dengan erat menumpukan tangisnya pada dada bidang Azka.
" Syuuuutttt, Alzyas tenang yah sayang, ada Uncle disini " Azka mengelus pundak Alzyas dengan lembut, gadis itu masih menangis sesenggukan.
Raka hanya diam, dia tidak tahu harus melakukan apa disaat seperti ini Raka memang benar-benar membutuhkan bantuan Azka untuk menenangkan diri Alzyas. Raka juga merasa sangat bersalah dan berdosa atas apa yang sudah dirasakan oleh putrinya selama ini demi cinta nya pada Emely, Raka rela mengorbankan anaknya sendiri.
Raka dan keluarganya sudah kembali kekediaman nya, apa yang terjadi malam ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran mereka terlebih lagi Raka dan Emely. Alzyas sudah berada dikamar nya telapak tangan nya yang luka pun sudah di obati oleh dokter pribadi di keluarga mereka, dan saat ini Azka sedang menemani nya dikamar.
*******
Keesokan harinya, Milly berjalan menyusuri koridor sekolah dengan langkah kaki yang lemah sebenarnya dia tidak ingin masuk sekolah karena ingin menemani Emely dirumah yang masih bersedih namun sang ibu melarang nya dan meminta Milly untuk tetap pergi kesekolah.
Milly mengedarkan pandangannya keseluruh sudut sekolah dan mendapati semua kakak tingkat nya sedang berbisik-bisik sembari menatap kearah dirinya, bagaimana tidak semalam semua anak kelas XII hadir ke acara ulang tahun Alzyas.
" MILLY!!!!!!! "
Merasa namanya dipanggil, gadis itu berbalik badan ke belakang dan tak jauh dari tempatnya berdiri Milly melihat Narina and the gank sedang menatap kearah dirinya dengan penuh pertanyaan, Milly menghela nafas lelah karena dia yakin Narina dan kawan-kawan pasti akan mengintrogasi dirinya. Tapi Milly sudah siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan oleh mereka semua.
" Lo sendirian? Alzyas mana? " entah sejak kapan Narina cs sudah ada di hadapan nya
" iya kak, kak Alzyas nggak masuk " Milly tertunduk lemah
" kenapa? dia sakit? atau kenapa? AWWWW Joko!!!!! Lo apaan sih sakit tau jidat gue!!! " pekik Narina karena Joko menyentil keningnya
" kalo nanya itu atu-atu!! jangan pakek ngeborong!!! jadi Milly nggak bingung harus jawab yang mana dulu " desis Joko sedangkan gadis itu hanya memutar bola matanya dengan malas
" seperti yang kalian liat semalem, sejak balik kerumah sampe pagi ini kak Zyas belom mau keluar dari kamarnya " Milly tersenyum canggung menjawab pertanyaan Narina
" emang beneran kalo Alzyas itu anak kandung nyokap Lo??? dan Lo hanya anak angkat?? " kali ini tanpa berfikir panjang Shasa menanyakan pertanyaan yang masih sensitif bagi keluarga besar Milly
" nih juga cewek satu, kalo nanya kagak mikir dulu pakek otak!!!! " gumam Denny dengan kesal namun masih bisa di dengar jelas oleh Arga kerena mereka bersebelahan
" udah Mil nggak usah dijawab pertanyaan Shasa dan jangan dimasukin ke hati " sela Sammy dengan melirik Narina dan Shasa secara bergantian, Milly hanya mengangguk dan tersenyum kecil sebelum meninggal Narina dan yang lainnya.
*******
Narina dan teman-temannya sudah masuk kedalam kelas meletakkan tas mereka pada laci meja masing-masing lalu beberapa saat kemudian Aditya pun datang dan langsung mendapatkan tatapan dingin dari sahabat-sahabatnya.
Aditya merasa bersalah karena tidak turut hadir ke acara ulangtahun Alzyas kekasihnya tapi Aditya memiliki sebuah alasan yang menuntut nya untuk tidak hadir bahkan dia sudah siap jika sahabat-sahabat nya itu akan menyerangnya dengan pertanyaan yang pedas
Baru saja hendak duduk di bangku nya yang bersebelahan dengan Arga tiba-tiba pemuda itu langsung beranjak dari duduknya. Beruntung bel masuk belum berbunyi dan siswa-siswi dikelas merekapun belum banyak yang datang
" Guys, gue duluan kekantin!!! " Arga sedikit melirik kearah Aditya dengan sinis kemudian berlalu keluar kelas dan disusul langsung oleh Shasa
" Jo gue mau kelapangan basket, Lo mau susul Arga atau ikut gue " tanya Denny yang beranjak dari bangkunya
" kuy!!!! " Joko mengikuti langkah kaki Denny yang juga meninggalkan kelas tanpa menghiraukan tatapan Aditya yang merasa bersalah
Tersisa Aditya, Sammy dan juga Narina yang berada dikelas dan duduk di bangku mereka masing-masing Aditya memandang kearah Narina yang fokus pada ponsel ditangannya dan Sammy yang fokus pada buku biologi dihadapan nya. Aditya mengedarkan pandangannya tak nampak Alzyas bahkan di laci meja tepat disamping Narina juga tak terlihat tas kekasih nya itu.
" Narina, Lo nggak bareng Alzyas? " tanya Aditya dengan sedikit ragu, tanpa menjawab pertanyaan dari Aditya lagi Narina beranjak dari duduknya lalu keluar dari kelas. Hal itu membuat Aditya menghela nafas pelan dan itu tidak luput dari pandangan Sammy.
Sammy hanya menggeleng lalu kembali membaca buku biologi nya dia ingin Aditya menyadari kesalahannya yang sudah dia lakukan, apa lagi Aditya tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Alzyas semalam.
" Sam.... " Sammy mendengar suara lirih yang memanggilnya dan dia tahu siapa orang itu, karena dikelas kini hanya tinggal mereka berdua.
Sammy menutup buku biologi yang dia baca lalu memandang kearah lawan bicaranya dengan tatapan dingin di situasi seperti ini menjauhi Aditya bukanlah hal yang tepat bagi Sammy. Aditya merasa beruntung karena Sammy tidak pergi meninggalkan nya seorang diri seperti sahabat-sahabat nya yang lain.
" Lo mau nanya Alzyas kan? " tebak Sammy membuat Aditya menjadi salah tingkah
" sebelum gue jawab, Lo harus lebih dulu jawab pertanyaan dari gue " ketus Sammy yang di angguki oleh Aditya
" kemana Lo semalem? " Sammy melipat kedua tangannya di depan d*** dan masih duduk di bangkunya.
" Gue ke rumah sakit Sam, karena Jassie masuk rumah sakit nyokap sama bokapnya minta gue buat nemenin Jassie " jawabnya dengan jujur membuat Sammy berdecak kesal
" apa Lo udah lupa dengan apa yang udah dia lakuin ke Lo dulu? gue rasa Lo nggak hilang ingatan Aditya!!!! "
" Sam, apa yang dia lakuin itu ada alasan nya, dan Lo juga udah denger sendiri kan alasannya bahkan Lo yang lebih dulu tau dari pada gue dan yang lainnya "
" tapi bukan berarti Lo harus mengorbankan waktu Lo untuk Alzyas!!!! Lo lebih milih nemenin Jassie dirumah sakit dibanding ke acara ulangtahun pacar Lo sendiri!!!!! " Sammy tersenyum sinis pada sahabat nya itu
" Sam, itu hanya pesta kan? Alzyas juga pasti dalam keadaan bahagia sedangkan Jassie, dia sakit!!! bahkan sekarat!!!!! " ujar Aditya dengan sedikit menekan kan kata sekarat karena itulah yang dia ketahui dari kedua orang tua Jassie
" Lo nggak tau apa yang udah terjadi di acara itu, bahkan Lo nggak cari tahu!!! sedangkan anak-anak satu sekolah udah pada tahu " Sammy beranjak dari duduknya kemudian berlalu pergi meninggalkan Aditya yang masih terlihat bingung
Aditya mengerenyitkan kening nya mencoba mencerna kalimat yang di lontarkan oleh Sammy, dia pun berlari keluar kelas untuk mengejar Sammy.