Chereads / ALZYAS / Chapter 57 - Rapuh

Chapter 57 - Rapuh

TOK TOK TOK TOK

Alzyas terkejut mendengar pintu kamarnya yang kembali di ketuk tapi dia sama sekali tidak ingin membukakan pintu untuk siapapun, dia sama sekali tidak menghiraukan ketika pintu kamarnya kembali diketuk.

TOK TOK TOK TOK

Setelah mendapatkan izin dari Emely, Aditya dan yang lainnya pun kini sudah berdiri tepat didepan pintu kamar Alzyas yang tertutup. Sedangkan Alzyas yang berada di kamar sama sekali tidak mengetahui kedatangan teman-temannya Alzyas masih termenung bersandar pada dinding ranjang, matanya terlihat bengkak dengan raut wajah datar.

" dia nggak mungkin lagi tidur kan " bisik Shasa

" mana gue tau, emangnya gue punya indera ke-enam bisa liat Alzyas lagi ngapain di dalam sana " sahut Narina dengan kesal

" ya kali aja " sahut Shasa dengan cengengesan

Milly hendak kembali mengetuk pintu kamar Alzyas namun dihalangi oleh Aditya, gadis itu menatap Aditya dengan penuh tanya.

" biar gue aja yang coba, mudah-mudahan Alzyas mau buka pintunya " ucap pemuda itu

" gue setuju " sahut Joko

Aditya menatap satu persatu teman-temannya sebelum mengetuk pintu, sejujurnya dia juga ragu tapi jika tidak mencoba dia juga tidak akan tahu hasilnya

" Alzyas.... "

Alzyas langsung mengangkat kepalanya yang tadi dia rebah kan di atas bantal saat mendengar suara yang sangat dia kenali, gadis itu pun menajamkan pendengarannya

" Alzyas... ini aku Aditya "

Tiba-tiba saja kedua bola mata Alzyas kembali berkaca-kaca, entah mengapa mendengar suara itu Alzyas langsung beranjak hendak membuka pintu namun seketika gadis itu mengurungkan niatnya.

" aku tau kamu pasti denger suara aku kan? " Aditya masih berusaha untuk berbicara pada Alzyas walaupun terhalang oleh pintu

" Alzyas..... " Aditya yang hendak kembali mengetuk terhenti saat tangan kokoh menahannya dia sedikit terkejut karena entah kapan Azka berada disana.

" Uncle Azka " gumam Aditya

" biarkan Alzyas sendiri dulu, tidak mudah bagi Alzyas untuk menerima semua ini kalian semua sudah melihat sendiri kan kejadian semalam " Ujar Azka dengan sedikit memberikan pengertian pada Aditya dan yang lainnya.

" maaf Uncle kita cuma pengen tahu keadaan Alzyas... karena Alzyas sahabat kita dan kita juga sayang sama Alzyas " ucap Narina mewakili teman-temannya membuat Azka tersenyum

" Uncle mengerti, tapi untuk saat ini biarkan Alzyas tenang dulu dan belajar menerima semua kebenaran yang ada meskipun itu menyakitkan dan tidak mudah " balas Azka

Aditya dan yang lainnya pun hanya diam, mereka semua menundukkan pandangan mereka dan mendesah lelah, setidaknya mereka sudah berusaha untuk menghibur Alzyas.

Dengan langkah kaki yang tergontai Aditya dan yang lainnya berjalan menuruni anak tangga, sesekali Aditya kembali menoleh kearah pintu kamar yang masih tertutup rapat, mereka kembali menuju ruang tamu dan disana sudah ada Emely beserta Raka yang memandang kearah mereka dengan raut sedih.

Alzyas kembali terisak setelah mendengar percakapan antara paman dan juga teman-temannya, dia kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang meringkuk memeluk dirinya sendiri.

Sudah tiga hari Alzyas tidak keluar dari kamarnya, dan itu semakin membuat orang seisi rumah semakin khawatir. Raka sudah memutuskan jika besok Alzyas masih juga belum mau membuka pintu kamarnya maka dia akan mendobrak secara paksa pintu kamar putri nya itu karena setiap kali mereka mengetuk pintu dan memanggilnya, gadis itu sama sekali tidak merespon.

BRAKKKK!!!!!!!!!!!!!!

Raka membuka paksa pintu kamar Alzyas karena ini sudah hari keempat saat pintu terbuka Raka, Emely, Azka, Larasati dan Herman terkejut melihat suasana kamar yang terlihat sangat berantakan namun yang lebih membuat mereka semua terkejut lagi adalah mereka tidak melihat keberadaan Alzyas di sana dengan raut wajah yang khawatir dan penuh ketakutan mereka memeriksa semua ruangan yang ada dikamar Alzyas namun tak menemukan gadis itu.

Namun alangkah terkejutnya Raka saat membuka pintu walk in closet mendapati putrinya terbaring terlentang dengan wajah pucat pasi dan suhu tubuhnya yang sangat panas.

" astaghfirullah Alzyas!!!!! " pekik Emely melihat keadaan anaknya sudah seperti mayat hidup

" ya Allah badan nya panas sekali " Larasati meletakkan telapak tangan nya di kening Alzyas

" bawa kerumah sakit sekarang " ujar Herman

" aku siapin mobil " Azka berlari tunggang langgang menuju garasi dan menyalakan mobil

Raka langsung menggendong Alzyas berjalan dengan cepat keluar dari kamar diiringi oleh Emely dan Larasati begitu juga dengan Herman.

" bertahan sayang.... Daddy mohon " Raka memeluk Alzyas dengan erat, tanpa sadar airmata nya jatuh begitu saja melihat keadaan Alzyas yang sangat memperihatinkan.

" biar aku yang nyetir pah " ujar Azka, Herman pun duduk di kursi penumpang tepat disebelah Azka dan Raka duduk di kursi penumpang di bagian belakang dengan Alzyas yang terbaring belum sadarkan diri sedangkan Larasati dan Emely naik mobil milik Raka yang dikemudikan oleh pak Ujang.

Dengan kecepatan tinggi Azka melajukan mobilnya membela jalan ibukota, dia tidak menghiraukan banyak nya sumpah serapah para pengguna jalan yang penting sampai dirumah sakit dengan cepat.

Sesampainya di rumah sakit Alzyas langsung dibawa ke IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama, Raka terus mondar-mandir didepan pintu menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan anaknya Emely dan juga Larasati tak henti-hentinya berdo'a.

" ini semua salahku " ujar Raka dengan lirih " ini semua kesalahan ku " Raka membenturkan kepalanya ke tembok karena penyesalan sudah menggerogoti tubuhnya

" hentikan Raka!!!!! " Herman mencoba menenangkannya namun laki-laki itu semakin membentur kan kepalanya " lihat papa RAKA!!!!! semua akan baik-baik saja!!! kamu tenang " Herman memeluk putra bungsu nya yang tak kalah hancur nya

" ini semua salah ku Pa " Raka tidak dapat menahan agar tidak terisak

" ini semua juga salahku karena sudah memaksa Raka untuk memberitahu status Alzyas yang sebenarnya " Azka juga menyesali semua yang terjadi

" Berhentilah untuk saling menyalahkan nak, semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah, yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Alzyas.... " lirih Larasati yang memeluk Emely, karena disini yang paling terluka adalah Emely karena dia harus mendapatkan kebencian yang mendalam dari putri kandungnya sendiri selama bertahun-tahun.

" bagaimana keadaan anak saya dokter " Raka langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari IGD

" anak anda terserang penyakit tipus pak, dan harus mendapatkan perawatan insentif kami akan segera memindahkan nya ke ruang rawat, untuk sekarang anak anda masih belum sadar karena masih dalam pengaruh obat " Setelah mengatakan penyakit yang sedang menyerang Alzyas saat ini dokter pun meninggalkan Raka dan juga keluarga nya

Raka mengusap wajahnya dengan frustasi, karena dia sudah lalai dalam menjaga anaknya sendiri, seketika Raka teringat pada mendiang Kirana. Karena sewaktu Alzyas berumur tiga tahun dia juga sudah pernah terserang penyakit ini, Kirana memberi tahu Raka yang saat itu berada di Jakarta sedangkan Kirana di Bandung namun saat itu Kirana tidak tahu bahwa Raka dan Emely sudah kembali bersama dan Raka membiarkan Kirana merawat Alzyas seorang diri karena Raka merasa bahwa Kirana hanya menggunakan sakit Alzyas untuk dijadikan kesempatan untuk berdekatan dirinya.

Selama merawat Alzyas yang sedang sakit, Kirana sama sekali tidak pernah mengeluh bahkan Raka tidak pernah mendengar dari art kalau Kirana bersikap kasar pada Alzyas justru Kirana sangat menyayangi dan mencintai Alzyas. Karena merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan art nya diam-diam Raka memasang cctv untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh Kirana pada Alzyas.

Selama Alzyas sakit Kirana benar-benar merawat dan menjaganya selama 24jam sedikitpun Kirana tidak meninggalkan Alzyas.

" Mommy..... Mommy..... " Raka tersadar dari lamunannya karena mendengar Alzyas yang mengigau terus memanggil ibunya dan itu juga membuat Emely tertegun.

" Mommy jangan tinggalin Zyas..... Zyas mau ikut Mommy... " mata Alzyas masih terpejam, suhu panas badan nya pun masih belum turun, Emely menghampiri putrinya yang saat ini terbaring lemah di atas ranjang pasien dan Alzyas juga sudah dipindahkan ke dalam ruang rawat

Emely menatap Alzyas dengan dalam, hatinya sangat perih melihat keadaan putri nya seperti ini namun masih pantaskah dirinya disebut sebagai seorang ibu, masih pantaskah dia menyebut bahwa dirinya adalah ibu bagi Alzyas putri yang dikandung dan dilahirkan nya Emely menahan agar dia tidak terisak, karena dia tahu ibu yang di panggil oleh Alzyas adalah bukan dirinya melainkan Kirana.