Chereads / AKHIR DARI CINTAKU AD VOL 3 / Chapter 14 - 14. Kehilangan.

Chapter 14 - 14. Kehilangan.

"Aaaarrrggggghhhhh .... tuhan, ujian apa lagi yang engkau berikan padaku, ayah ibu. bawa aku bersama kalian hiks ... hiks ..." Tangis Harini pecah.

"Tidak ada gunanya kamu berteriak. aku akan membantumu tapi dengan satu syarat!!" Dengan enggan Harini mengalihkan pandangannya.

"Apa syaratnya?" Ucap Harini setelah mengusap air matanya.

"Jadilah, kekasih simpanan ku. dan aku pastikan akan membungkam mulut mereka." Harini tersenyum, sinis pada seniornya.

"Maaf, saya tidak berniat!!" Harini merapikan penampilannya dan meninggalkan seniornya.

"Jika kau tidak menerima tawaranku!! aku pastikan hidupmu lebih menderita dari yang kau rasakan sekarang!! tapi jika kau bersedia maka aku pastikan, mereka akan bertekuk lutut padamu." Harini, kembali mendekati seniornya yang berdiri dengan tatapan penuh arti.

"Tapi sayangnya, aku tidak peduli!! dan aku tidak berniat menjadi bagian rencana mu. dan satu lagi, aku tidak takut!!" Rion mengepalkan tangannya mendengar ucapan harini.

"Ternyata, kamu adalah wanita yang sombong yang pertama kali aku temui di sekolah ini. dan aku pun tahu jika kamu adalah salah satu murid beasiswa. itu artinya kau tidak memiliki kekuasaan dan keluargamu tidak bisa menyelamatkan dirimu dari sekolah ini." Harini menghela nafasnya mendengar penuturan dari seniornya.

"Dan perlu, aku jelaskan lagi jika seorang siswa bisa masuk di sekolah internasional ini, dengan jalur beasiswa itu artinya dia anak yang hebat mandiri dan tentunya pandai dan dia menggunakan otaknya untuk mencari ilmu, tidak seperti mereka yang menggunakan kekuasaan orang tuanya hanya untuk menindas orang lain di sekolah ini. sekalipun Aku tidak memiliki keluarga untuk mendukung ku disini. tapi bukan berarti aku tidak mampu untuk melawan kalian." Kata Harini dan berlari, meninggalkan atap sekolah.

Rion yang tidak terima mendengar penuturan harini. membuat dirinya seperti orang bodoh, untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupnya. seorang wanita dengan berani menolak keinginannya dan dengan terang-terangan menantangnya.

"Aku pastikan, dirimu akan bertekuk lutut di kakiku." Kata Rion dingin.

Harini meninggalkan sekolah, beruntung berapa hari ini pemilik sekolah, tengah mempersiapkan acara ulang tahun sekolah. sehingga aktivitas belajar berkurang.

"Harini, kamu tidak apa-apa?" Tanya Nella dan Selly bersamaan.

"Aku, baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir kan aku." Harini ke toilet untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian cadangan. tidak mungkin dirinya pulang dalam keadaan berantakan, jika Harumi dan Haris melihatnya sudah dipastikan dirinya akan mendapat masalah yang jauh lebih besar dari yang dialami di sekolah.

"Kalian Kenapa masih ada disini?" Harini menghela nafasnya melihat dua sahabat yang masih setia menunggu dirinya di depan pintu toilet.

"Kami ingin memastikan dirimu baik-baik saja, dan mereka tidak lagi mengganggu dirimu." Jawab, mereka bersamaan.

"Bagaimana jika kita makan siang dulu? lagi pula pagi ini kamu juga belum sarapan bukan?" Ajak Nella.

"Apa kamu lupa, jika aku sudah sarapan bubur?"

"Ya, kita. tapi bukan kamu." Kali ini terdengar suara Selly bernada kesal.

"Maaf, aku sedang terburu-buru dengan waktu untuk ke perpustakaan. Kalian pergi berdua saja aku akan ke perpustakaan." Harini, memeluk dua sahabatnya bergantian dan setelah itu dia pergi ke perpustakaan dengan berlari-lari kecil. dari jauh seseorang memperhatikannya. hingga sebuah mobil mewah berhenti di samping Harini.

"Masuklah!!" Harini tersenyum melihat pria yang berada di dalam mobil.

Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, membelah jalanan yang masih senggang.

"Kak, kenapa berhenti di sini?" Harini memperhatikan sebuah rumah makan yang berada di pinggir jalan.

"Ayo, turun. kita makan dulu Setelah itu kita akan ke perpustakaan." Daffa menarik pergelangan tangan Harini agar turun dari mobil.

"Kakak, Aku sudah makan. sebaiknya kakak sendiri yang makan!!" Seru Harini, Daffa kembali masuk ke dalam mobil membuat Harini mengerutkan keningnya.

"Kak, Kenapa tidak jadi makan siang?" Tanya Harini.

"Tidak lapar!!" Harini, terdiam mendengar ucapan Daffa.

Harini menyandarkan tubuhnya di sandaran mobil tidak lama memejamkan matanya. hari ini begitu melelahkan untuk Harini, berapa kali terdengar suara helaan nafas dari Harini. Daffa yang berada di sampingnya mendengarkan tanpa bisa membantu mengatasi masalah Harini. tangannya terangkat untuk mengusap rambut Harini namun tangannya hanya terdiam di atas kepala tanpa menyentuhnya.

lima belas menit mobil berhenti di depan perpustakaan. Harini membuka matanya dan keluar dari mobil tanpa melihat ke arah sampingnya.

"Kak, terima kasih sudah mengantarku hari ini." Tanpa menunggu jawaban dari Daffa, Harini berlari ke dalam perpustakaan. Daffa hanya bisa menghela nafas melihat sikap Harini yang bisa mengganti segala masalah bahkan bisa menutupi rasa sakit di hati dan tubuhnya.

Daffa kembali melanjutkan kendaraan menuju apartemen di mana ia tinggal selama ini. Daffa adalah putra pertama keturunan keluarga Herlambang, dan penerus perusahaan Herlambang. walaupun usianya dibilang sangat muda Daffa selain sekolah dia harus mengajarkan semua pekerjaan di kantor. yang dilimpahkan Haris padanya.

Di perpustakaan Harini, yang sebelumnya hanyalah bersembunyi dari masalah yang dihadapinya. perpustakaan adalah tempat yang paling nyaman selain atap sekolah dan juga kamarnya.

tiga jam Harini berdiam diri. dengan perasaan enggan Harini keluar dari perpustakaan namun tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya.

"Maukah, kamu bekerja di restoran? jangan khawatir di restoran milik saudaraku bisa paruh waktu? Jika kamu berniat kamu bisa mengisi data diri kamu dan yang pastinya kamu bisa bekerja setelah pulang sekolah." Harini menerima lembaran pengumuman, setelah membacanya Harini mengajukan pertanyaan berapa hal pada pria yang menyebarkan lembaran pengumuman.

"Bisakah, saya pikirkan dulu sebelum isi data?" Tanya Harini.

"Tentu, Kami tunggu hingga tiga hari kedepan Jika kamu berniat segera kamu isi datanya. restoran kami ada di seberang jalan sana." Kata pria itu dan meninggalkan Harini. tanpa pikir lagi Harini memasukkan lembaran pengumuman ke dalam tasnya dan kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang ke rumah.

Di kediaman Haris, semua orang tengah menangis banyak wartawan bahkan beberapa pengawal telah berada di halaman rumah Malik.

Perasaan Harini tidak menentu, langkah setengah berlari Harini masuk ke dalam rumah di mana keluarga besar Haris tengah menangis ruang tamu.

"Semua ini gara-gara kamu anak membawa sial, sebaiknya kamu pergi dari rumah ini gara-gara kamu ayah kecelakaan dan sekarang hiks .... hiks ... Kamu adalah anak pembawa sial pergi kamu dari rumahku sekarang juga!!" Harini yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hanya diam. membiarkan tubuhnya dipukul oleh Harumi.

"Mama, cukup Jangan sakiti Harini. semua ini bukan salahnya tapi ini adalah takdir. takdir yang tidak bisa kita tolak!!" Ujarnya dengan suara dingin. Daffa melindungi Harini dari pukulan Harumi.

"Dasar anak sial!! semua ini gara-gara kamu yang hadir di keluarga kami. dan kamu Daffa, sekarang kamu lihat Bagaimana dia yang membawa sial dalam keluarga kita jika kakekmu tidak memungutnya di jalanan kejadian ini tidak akan terjadi pada keluarga kita!! Mama mau kamu usir dia Daffa!!" Harumi mendorong tubuh Harini hingga tersungkur kebelakang. Daffa yang terkejut dengan gerakan Harumi hingga dirinya terlambat untuk menahan tubuh Harini.

"Sebaiknya kamu istirahat." Daffa mengantar Harini kedalam kamarnya.

"Kak, sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarga kita ? kenapa begitu banyak wartawan dan pengawal berjaga di depan?" Tanya Harini dengan suara bergetar.

"Harini, kakek ... kakek, mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat hiks .... hiks .." Kata Daffa dengan suara bergetar.

"Tidak!! ini tidak mungkin kakek pasti masih hidup Kakek!!!"