Tubuh Harini yang melayang seakan dirinya berada di sebuah istana indah dengan kemewahan yang tidak pernah di lihatnya, semua seseorang mengguncang tubuhnya dan suara dingin terdengar di telinganya.
"Hei!! bangun. jangan mati disini!! aku tidak mau jadi saksi dirimu." Harini hanya mendengarkan suara dingin seseorang dan tangannya yang mengguncang tubuhnya.
"Apakah aku di surga?" Tanya Harini.
"Bukan!! tapi di neraka!! cepat bangun jangan pura-pura amnesia. aku tidak ingin berhubungan dengan wanita penuh drama!!" Kata Rion dingin.
Harini mengingat semua kejadian yang di alaminya, helaan nafas terdengar. membuat Rion mendengus kesal.
"Hei!! kenapa bengong? ayo bangun dan turun. jangan coba-coba untuk datang ke tempat pribadiku!!" Kata Rion, dingin.
"Bangunan di sekolah adalah milik semua siswa, dan tidak ada satupun yang bisa mengakui ataupun hak paten!!" Seru Harini, dengan Berlahan berdiri namun tubuhnya yang masih lelah membuatnya hampir terjatuh. Rion dengan sigap menarik pinggang Harini tanpa sengaja tatapan mata mereka saling beradu.
"Jangan coba-coba pingsan di depanku!! aku tidak akan menyentuhmu!!" Rion melepaskan tubuh Harini dan terdengar suara benda jatuh.
"Aaawww .... sakitttttttttt ..." Pekik Harini saat tubuhnya menyentuh lantai.
"Jangan kepedean!! lagi pula siapa yang mau pingsan di depanmu? yang ada aku rugi di sentuh olehmu!! sekarang minggir aku mau lewat!!" Harini menabrak lengan rion.
"Hei!! cewek tengil ganti rugi!!" Seru Rion.
"Ganti rugi?"
"Ya, ganti rugi!! kamu menyentuhku itu artinya aku telah di ternodai olehmu!!"
"Yang, seharusnya ganti rugi itu aku senior!! karena kau yang menyentuhku!!" Kata Harini dingin. dirinya berusaha untuk bersikap kuat tidak ingin orang lain melihatnya dengan keadaan yang lemah.
"Enak saja!! kamu tadi aku selamatkan jika bukan karena aku, kamu sudah mati cewek tengil!!"
"Dan sayangnya, aku tidak memintanya untuk diselamatkan kakak senior!!" Harini kembali melanjutkan langkahnya.
"Hei!! cewek tengil. lihat saja jika suatu saat kamu akan bertekuk lutut di kakiku!!" Kata Rion dengan suara tinggi, namun Harini tidak memperdulikan perkataan Rion.
"Dalam hitungan ke tiga, kamu akan menoleh padaku dan saat itu juga aku akan mendapatkan dirimu." Kata Rion dengan senyum penuh arti.
"Satu ... dua ... tiga ..." Rion memperhatikan Harini namun tidak ada tanda-tanda jika Harini berbalik kearahnya. namun pada saat Harini akan menuruni tangga, Harini menoleh pada Rion dengan tatapan tajam.
"Yes!! kamu akan jatuh dalam perangkap ku cewek tengil. kita lihat apa yang bisa kamu lakukan hum!!" Kata Rion, dan tidak lama dirinya kembali ke kelasnya. Harini yang mendapatkan bully di dalam kelas, bahkan kini di lingkungan sekolah, memandang Harini sebagai wanita penghibur. diantara mereka dengan terang-terangan mengantarkan jika dirinya adalah simpanan om-om. Harini berusaha untuk tegar namun pada akhirnya Harini menyerah.
"Harini kamu mau kemana? ingat kamu tidak sendiri ada kami yang akan berada di sampingmu." Harini mengusap wajahnya, memberikan senyum indah intim kedua sahabatnya.
"Aku, akan baik-baik saja. dan semua itu karena kalian. aku pergi dulu kebetulan aku ada janji dengan seseorang." Harini meninggalkan dya sahabatnya. mereka saling pandang dan bergegas menyusul Harini.
"Harini, apa kamu tidak percaya pada kami?" Kata Nella.
"B ... bukan, begitu nella. aku hanya tidak ingin membuat kalian berada di dalam masalah yang aku hadapi saat ini. percayalah padaku, kalian adalah sahabat terbaik yang aku miliki." Nella dan Selly memeluk Harini.
"Lalu, kamu mau kemana? lihat tubuhmu seperti ini, apa sebaiknya kamu ikut ke rumahku agar kamu bisa mandi setelah itu kamu bisa pergi ketempat yang kamu tuju?" Harini berfikir sejenak, bener yang di katakan oleh sahabatnya, dirinya tidak mungkin kesana.
"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." Akhirnya Harini memilih mengikuti dua sahabatnya.
"Harini, lewat sini." Nella menarik pergelangan tangan Harini dan mereka meninggalkan sekolah dengan aman. Harini yang merasa aneh melihat para siswa lain yang hanya menatapnya dingin tanpa berani mengatakan apapun terlebih mereka tidak ada yang melempar sesuatu pada Harini.
"Masuklah," Nella membukakan pintu mobil untuk Harini. Selly duduk di depan sedangkan Harini memilih di belakang. mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, tidak ada yang mengeluarkan satu katapun. mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, Harini merasakan bau di tahun tubuhnya saat mereka melempari dirinya dengan telor yang berbau tidak sedap.
Mobil masuk kedalam rumah mewah Harini merasakan tidak nyaman bagaimana jika orang tua dari sahabatnya tidak mengizinkan dirinya masuk.
"Harini, masuklah. kamu tidak perlu sungkan orang tuaku sangat baik, ayo masuklah ." Harini masuk kedalam rumah mewah.
"Sayang, kamu sudah pulang? bau apa ini nak?" Seorang wanita dengan anggun mendekati mereka dan menutup hidungnya.
"Nella, apa yang terjadi dengan sahabatmu nak?" Tanya wanita cantik di hadapan mereka.
"Mama, perkenalkan Selly dan Harini. mereka teman baikku. kebetulan ... Mama bagaimana jika kita bicarakan nanti temanku harus membersihkan tubuhnya terlebih dulu."
"Kamu benar sayang, ya sudah Mama akan siapkan makan siang untuk kalian." Nella mengajak dua temannya ke kamar yang berada di lantai dua.
"Harini, mandilah lebih dulu." Harini masuk kedalam kamar mandi.
"Nell, apa yang harus kita lakukan? untuk membantu Harini. aku tidak bisa tinggal diam seperti ini, aku bisa menggunakan kekuatan orang tuaku untuk membantu Harini." Geram Selly melihat kehidupan Harini, terlebih dengan sikap Carissa yang seenaknya pada Harini.
"Tidak perlu!! kata lihat apa yang diinginkan oleh Harini, setelah itu kita bisa membantunya." Kata Nella dan di angguki oleh Selly.
Harini keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar, rambutnya yang panjang kini terurai dengan indah dan harum.
"Harini, duduklah disini. kita makan lebih dulu setelah itu kita berbincang-bincang santai." Nella menarik pergelangan tangan Harini agar duduk di sampingnya.
"Nella, maafkan aku. karena aku kalian jadi ..." Ucapan Harini terhenti saat Nella menarik pergelangan tangannya.
"Cukup!! Harini. kami adalah temanmu dan kami merasa tidak di repotkan olehmu. sekarang makan, aku tahu kamu belum makan sejak pagi atau jangan-jangan kamu belum makan sejak kemarin? karena aku lihat wajahmu yang pucat seperti ini." Harini terdiam, apa yang di katakan oleh sahabatnya benar jika dirinya belum makan sejak kemarin.
"Baiklah, tapi maafkan aku jika aku ..."
"Apa lagi Harini? kamu adalah teman kami. jika kamu sakit kami juga sakit," Mereka saling berpelukan.
"Sudahlah, ayo kita makan. kalian harus cobain masalah Mama. aku yakin kalian akan menyukainya pokoknya hanya Mama yang bisa memasak seenak ini." Kata Nella. mereka makan siang di kamar Nella tanpa bersuara hingga selesai.
"Bagaimana rasanya?"
"Enak Nella, Mamamu sangat pandai."
"Benar yang di katakan oleh Selly. masakan Mamamu benar-benar enak."
"Terima kasih," Sahut Nella.
"Harini, kamu bilang setelah ini kamu akan pergi ke suatu tempat. apakah kami boleh tahu kamu akan pergi kemana?" Tanya Selly.
"Ya, benar Harini. Kamu mau pergi kemana biarkan kami yang mengantar sampai ke tempat tujuan. dan Jangan berpikir jika kamu merepotkan kami. tapi kamilah yang menginginkan Karena Kami adalah sahabatmu." Kata Nella.
"A ... aku, ada panggilan review. tapi sepertinya aku sudah terlambat. mungkin sampai sana akan langsung ditolak oleh ..." Kata Harini.
"Tidak, Harini. Kami akan mengantarmu sekarang sebaiknya ayo kita pergi. tunggu Harini, biarkan pakaianmu disana kamu bisa mengambilnya jika sudah bersih." Nella menarik pergelangan tangan Harini, mereka bergegas keluar dari kamar, dengan langkah terburu-buru mereka meninggalkan kediaman mewah Nella. Tanpa mereka sadari seseorang tengah memperhatikan ketiganya dari balik pintu kamarnya.
"Kamu benar-benar gadis yang cantik." Ucapnya sebelum kembali menutup pintu kamarnya, bibirnya tertarik keatas.