Ditempat yang gelap hanya ada lampu kelap-kelip dan suara musik membuat orang-orang menari tapi tidak dengan seorang lelaki paruh baya dalam keadaan setengah mabuk, ia selalu meminta kepada bartender untuk terus menambah minumnya.
"Maaf tuan Alex, tapi anda sudah minum terlalu banyak," ucap ragu bartender tersebut.
"Diam! Mana minum saya? Cepat berikan!"
"I-iya tuan silahkan," ucapnya takut-takut memberikan sebotol lagi.
Bartender tersebut takut karena tidak mungkin ia akan menolak keinginan Alex untuk memberi lagi minum, sedangkan keadaan Alex sekarang hampir mabuk. Ia juga tau Alex adalah orang yang berpengaruh tentu membuatnya dilema dan akhirnya ia pun menelpon managernya takut Alex akan meminta lagi dan lagi.
Tak lama dari itu pun akhirnya sang manager datang. Takut Alex kenapa-kenapa ia pun langsung menelpon asisten pribadi Alex untuk membawak Alex pulang.
•••
Langkah kaki wanita paruh baya yang sedang memasuki perkarangan rumahnya, ia baru pulang dari kerjanya. Dan langsung menuju ke kamarnya untuk segera membersihkan diri.
Sudah jadi rutinitasnya, ia akan pergi sangat malam untuk ke Rumah sakit saat anak-anaknya sudah tidur karena ia takut anaknya yang belum terlalu pulih sudah drop lagi karena melihat kehadirannya dan ia belum sanggup melihat raut kecewa anaknya lagi.
Setelah beberapa menit membersihkan badannya dan bersiap pergi keluar tapi langkahnya terhenti saat melihat asisten suaminya sedang membopong suaminya yang sedang mabuk.
"Hai sayang? Kamu cantik sekali, mau kemana?" Ucap Alex yang ingin melepaskan tangan asistennya namun malah terjatuh untung dengan sigap sang asisten menahannya.
"Bawa saja langsung ke kamar, kalau dia aneh-aneh kamu atasi saja," suruh Diana kepada asisten tersebut.
"Baik Nyonya."
Malam sangat gelap karena ini memang sudah seharusnya jam tidur. Di langit tiada bulan dan bintang muncul menemani malam yang kelam ini.
Di bawah langit yang gelap ini pula terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang menyetir mobilnya sambil memikirkan nasib ke depan keluarganya.
"Maafin bunda ... Karena ulah kami kalian berdua jadi ikut-ikutan. Andai saja waktu itu bunda bawa kalian pergi dari negara ini, pasti kita akan bahagia tanpa ada yang mengusik hidup kita."
Tak terasa buliran air yang sudah menggenang meluncur ke pipi mulus yang belum ada kerutan. Walaupun sudah mempunyai dua anak yang sudah besar-besar tidak membuat kecantikan wanita paruh baya ini luntur. Tapi entahlah masih ada saja tingkah suaminya yang selalu mengkhianatinya mencari wanita lain.
Apakah laki-laki tidak akan pernah cukup untuk memiliki satu wanita atau wanita lain yang memang pandai memancing nafsu lelaki untuk digoda terutama lelaki yang berstatus sebagai seorang suami dan ayah.
Tak terasa perjalanannya sudah sampai tempat tujuan. Lalu ia melangkah masuk kedalam. Sebelum masuk keruangan anaknya ia akan pergi keruangan Ellard, karena selain ruangan Ellard dilaluinya dulu ia juga merasa bersalah karena ulah keluarganya sampai melibatkan orang lain.
Saat masuk ruangan tersebut tidak ada pasien hanya ada seorang perawat yang sedang membereskan alat-alat. Diana makin bingung lalu menanyakan kepada perawat tersebut.
"Maaf kemana pasien disini? Kenapa ruangan disini kosong?"
"Pasien sudah dipindahkan keluar negeri satu jam yang lalu nyonya, karena disini alat dan obat-obatan tidak lengkap jadi parah dokter memindahkan pasien," jawab perawat tersebut.
Diana kaget, sangat tiba-tiba sekali dan pasti orang tua Ellard sangat sedih. Sefatal itukah ulah keluarganya sampai Ellard tidak bisa dirawat di Rumah Sakit ini. Padahal Rumah Sakit ini sudah masuk tiga kategori terbaik di negara ini.
"Terima kasih infonya," ucap Diana tersenyum ramah.
"Sama-sama nyonya Diana."
Diana pun melangkah pergi dan ingin menghubungi veronika tapi tidak bisa sepertinya hpnya habis baterai. Lalu Diana melangkah pergi menuju ruangan anaknya.
Saat ia membuka pintu pelan, benar saja anak-anaknya sudah tertidur.
Ia melangkah masuk ruangan inap dan melihat sang putra yang tertidur di sofa dan mendekatinya.
Diana berjongkok lalu ia mengecup kening sang putra dan mengelus pelan rambutnya.
"Maafin bunda sayang kamu selalu kesusahan terus, bunda gak tau bagaimana bunda bisa menebus semuanya. Bunda ingin kita bahagia seperti dulu tapi bunda sadar kesalahan dan kebohongan bunda terlalu banyak pasti kalian tidak akan memaafkan bunda," ucapnya lirih tak terasa air matanya keluar lagi dan sebisanya ia menahan suaranya agar tidak didengar oleh anaknya.
Diana merapikan selimut sang putra yang tidak beraturan. Lalu iapun berdiri bergantian ingin melihat sang putri. Ia menutup mulutnya menahan suara tangisnya yang ingin keluar.
Siapa yang tidak sedih melihat sang anak terbujur dengan luka-luka, belum lagi rasa sakit yang sering kumat-kumatan dan trauma yang belun hilang. Ingin rasanya ia memeluk sang putri tapi tidak bisa. Untuk berkunjung saja ia akan datang saat anak-anaknya sudah tertidur, sangkin ia belum sanggup untuk melihat lagi raut wajah anak-anaknya yang kecewa.
Kalau saja waktu bisa diputar ia akan pergi jauh dari suaminya dan membawa anak-anaknya mencari kebahagia lain. Tapi itu tidak akan mungkin terjadi.
Nasi sudah menjadi bubur, Diana pasrah untuk kedepannya. Ia hanya berdo'a kepada tuhan supaya keluarganya bisa kembali bahagia lagi.
"Maafin bunda ya, my little princess. Selama ini kamu selalu merasa kesepian dan kurang bahagia tapi percayalah bunda selalu mencari cara agar kalian bahagia walau kalian pikir itu tidak ada apa-apanya. Bunda jahat ya suka bohong sama Qia padahal bunda sendiri enggak pernah nyuruh Qia bohong. Jangan ditiru ya sayang, jadilah bayi kecil bunda yang selalu jujur," ucapnya kecil lalu Diana mencium kedua pipi Qia pelan. "Bunda sayang kalian berdua. Qia akur-akur ya sama abang, bunda nanti kembali lagi tapi gak diem-diem lagi, bunda datang saat Qia dibolehin pulang nanti. Bunda mau siapin diri dulu dari amukan kalian dan wajah kecewa kalian," Diana langsung menutup mulutnya karena tidak tahan menahan suara tangis kecilnya, ia juga takut Qiana mendengar suaranya.
Diana pun berbalik dan menatap lagi satu-persatu anakya. "Maafin bunda. Bunda sayang kalian." Lalu ia melangkah pergi sambil menghapus air mata yang selalu mengalir tanpa diminta.
Diana sudah keluar dan menutup kembali pintunya. Tidak ada yang tau dari Diana masuk sampai keluar ada seorang yang belum tertidur dan ia hanya pura-pura tertidur.
Seorang anak lelaki yang selalu berpura-pura tertidur demi mendengar dan merasakan kecupan, elusan dan kehadiran sang bunda yang diam-diam mendatangi mereka.
Ia pun menyampingkam badannya agar bisa memandang sang adik. Air mata yang tertahan saat mendengar bundanya sedari tadi akhirnya keluar juga.
Ia bingung harus bagaimana nantinya, memang sangat sakit sekali atas penderitaan yang selama ini ia alami tapi melihat kesedihan dan mendengar tangisan penyesalan dari sang bunda ia tak tahan karena sama sangat menyakitkan. Ia tidak tau dirinya sangat dilema sekarang, awalnya ia ingin menjauhi keluarganya tapi semuanya berubah saat mendapat kabar adiknya kecelakaan belum lagi setiap malam mendengar penyesalan sang bunda.
Tuhan selalu menguji diriku, aku tidak tau harus mendahulukan hati atau pikiran. Batinnya sambil berpikir keras.
...
Dilain tempat seorang gadis sedang berbaring sambil menunggu suara mobil sang ayah yang tak kunjung pulang padahal ini sudah sangat larut.
"Papa kemana? Kenapa meetingnya lama, harusnya sekarang udah tidur bukan diluar," lirihnya sedih.
Gadis tersebut lalu berdiri dan mengambil satu bingkai foto di atas meja belajarnya.
"Ma, Ella kangen ...." ucapnya pelan sambil mengusap wajah sang ibu di foto. Bulir bening yang tertahan sedari tadi akhirnya keluar juga.
.
"Hai Qiana gue kembali!!!" Ucap gadis yang terdapat banyak luka-luka ditubuhnya dan tersenyum penuh dendam.