Chereads / QIELLA / Chapter 35 - Menjauhlah dari anak saya!

Chapter 35 - Menjauhlah dari anak saya!

Happy reading all<3

.

Pranggg

Suara pecahan beling berasal dari rumah megah. Rumah yang awalnya rapi dan bersih sebelumnya sekarang seperti kapal pecah. Semua barang-barang dilemparkan ke lantai, ia tak sayang dengan barang-barang mahal tersebut karena dengan seperti itu setidaknya emosi dirinya bisa ia lampiaskan daripada ia melampiaskan emosi kepada anak-anaknya itu sangat ia hindari.

"Cukup diana! Aku bisa jelaskan."

"Jelaskan apa lagi? Kamu bisa-bisanya khianati aku terus! Aku kira kamu udah berubah! Dan kamu memang berusaha menjadi ayah yang baik tapi apa lex? Aku udah gak bisa lagi sama kamu. Aku mau cerai!"

Karena tidak terima dengan ucapan Diana, alex langsung bersimpu ke bawah Diana memohon agar mereka tidak berakhir.

"Tidak Diana, jangan berakhir seperti ini. Aku tau ini salah aku khilaf, aku sangat menyesal Diana. Beri aku kesempatan? Aku akan berubah! Lihat anak-anak kita, mereka sudah besar apakah kamu tega melihat mereka jauh dari ayahnya? Aku mohon beri aku kesempatan sekali lagi?"

Diana yang melihat suaminya seperti ini sangat tidak tega. Namun melihat pengkhiantan suaminya tersebut selalu menjijikan ia muak. Sudah berkali-kali dimaafkan tapi nyatanya.

"Sekali lagi? Kamu bahkan sudah ku beri kesempatan berkali-kali! Tapi dengan bodohnya aku percaya kamu berubah! Tolong pergi Alex! Aku tidak ingin melihat mu disini, aku masih sanggup mengurus kedua anaku tanpa dirimu! Dan ya kamu bisa lanjutkan kehidupanmu dengan wanitamu."

Ucap final Diana dengan menahan tangisnya lalu pergi meninggalkan alex. Ia melangkah ke kamar Qia untuk menenangkan pikiran nya.

Sekarang yang terpenting bagi Diana adalah anak-anaknya, mereka adalah segalanya bagi Diana.

Apakah anak-anaknya bisa memaafkan dirinya? Apakah mereka bisa hidup bersama lagi? Tidak ada yang tau hanya author yang tau.

****

Sinar mentari sudah terlihat dan mengusik tidur seorang gadis yang masih setia di ruangan nya. Bulu mata yang lebat itupun mulai bergerak-gerak pertanda ia mulai membuka matanya.

"Eghh..." erangan seorang gadis yang terbangun dari tidurnya. Ia mulai menggerakan badan nya walau masih sakit.

"Good morning princess," sapa sang kakak yang langsung memberi air putih dan langsung diminum oleh sang adik.

"Morning abang," jawabnya tersenyum setelah meminum air putih tersebut.

"Abang Qia mau lihat Ellard, bantu Qia ketemu Ellard ya abang?"

Entah kenapa rasanya ia sangat khawatir setelah terbangun semalam, ia ingin melihat tapi karena sudah sangat malam ia urungkan. Entah kenapa rasanya juga sangat takut melihat kecelakaan tempo hari, membuat ia juga mengingat kepingan cuplikan hampir sama. Ia tidak tau apakah Ellard baik-baik saja sekarang itu selalu ia pikirkan dari semalam.

Calvin berusaha membuat Qia agar tidak bertemu Ellard dulu takut kalau Qia belum siap dan bisa membuatnya berpikir keras dan makin membuatnya drop.

"Hmm nanti ya, kamu juga masih belum pulih kalo Qia udah pulih mau kemana aja nanti abang temenin."

"Abang please, kalau abang tidak mau Qia sendiri aja."

Qia yang tidak sabaran dan berusaha bangkit walaupun ia belum bisa berjalan seperti biasa dan akhirnya membuat Calvin mengiyakan kemauanĀ  sang adik.

"Oke-oke abang temenin. Tapi janji kamu jangan sedih apalagi banyak berpikir?"

"Iya Qia janji."

Qia pun memberikan jari kelingkingnya ke hadapan Calvin pertanda ia berjanji dan ya Calvin langsung mengaitkan jari kelingking mereka.

Calvin sangat senang melihat adiknya tersenyum karena keinginan nya terpenuhi seperti ini dan ya jangan lupakan tingkahnya yang sangat menggemaskan dengan jari kelingking yang mungil yang masih mengait di jarinya, mata bulat yang mengerjap-ngerjap menatap Calvin membuat Calvin memeluk erat sang adik karena gemas melihatnya.

"Qia kamu gemesin abang aja! Tau gak? kamu dari kecil gak berubah masih kayak dulu. Abang sayang Qia," ucap gemas Calvin dan dijawab senyuman oleh Qia.

Setelah beberapa saat akhirnya Qia keluar ruangan walau menggunakan kursi roda. Senang sekali rasanya tidak sabar ingin bertemu Ellard tapi ada rasa bersalah di hatinya.

Kursi roda akhirnya berhenti di depan pintu ruangan. Calvin mengetuk pintu takut kalau belum diizinkan masuk oleh dokter.

Tok tok tok

"Masuk."

Suara sautan dari dalam. Suara seorang wanita kalau di dengar-dengar dari suaranya terdengar sangat parau seperti habis menangis.

Calvin pun membuka pintu dan mendorong kembali kursi roda sang adik. Saat mereka masuk hanya ada seorang wanita yang menemani sang anak yang terbujuk lemah di atas brankas rumah sakit.

Entah mengapa saat Qia melihat pemandangan di depan nya. Dada ini terasa sesak melihat sang kekasih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan banyak alat-alat rumah sakit disekitar tubuhnya, terdapat ventilator membantu pasien bernafas.

Karena tidak tahan melihat kondisi Ellard yang sangat menyayatkan hati, Qia pun menangis.

"Hiks abang, Ellard abang hiks hiks," ucapnya yang mengadu kepada kakaknya.

suara tangis sang adik yang mengadu dan membuat Calvin mengelus rambut adiknya untuk menenangkan nya.

Saat dua beradik tersebut saling menenangkan. Sang wanita paruh baya yang sedang menemani Ellard mendekat.

"Puas kamu buat anak saya seperti ini? Andai saja kamu tidak ceroboh Qia, Ellard tidak akan seperti ini! Kamu tidak memikirkan perasaan saya Qia hiks ... padahal saya sudah menganggap kamu seperti anak sendiri," wanita tersebut mulai berbicara dengan tangisan yang kembali terdengar.

"Ma, maafin Qia. Andai Qia hati-hati Ellard gak bakal gini hiks..hiks..ma-maafin Qia ma ... hiks Qi-qia menyesal ma."

"Cukup Qia, kamu kira dengan kamu seperti ini Ellard bakal baik-baik saja? Ellard terluka parah kepalanya terbentur kaca! Kakinya patah! Apa bisa kembali seperti semula? Tidak! Hiks sebaiknya kamu keluar jangan kesini lagi! Saya tidak ingin melihat kamu lagi! saya muak melihat kamu!"

"Ma ... Qia mau lihat Ellard ma. Jangan seperti ini ma hiks."

Qia memohon agar veronika mamanya Ellard mengizinkan nya, tapi tidak ia terlanjur kesal dengan Qia karena ulahnya membuat anaknya seperti ini.

Saat mereka sedang beradu mulut monitor berbunyi dengan kedaan Ellard yang kejang-kejang, membuat mereka kalang kabut melihatnya.

Veronika langsung memencet tombol agar sang dokter datang ya tak lama dari itu dokter dan beberapa perawat datang.

"Dokter, tolong anak saya? Kenapa jadi seperti ini hiks," ucap Veronika khawatir melihat anaknya sangat memprihatikan.

Dokter langsung menenangkan veronika dan menyuruh mereka keluar dari ruangan karena ingin menangangi Ellard.

"Sebaiknya kalian silahkan tunggu diluar. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan Ellard." Jelas Dokter tersebut meyakinkan mereka bertiga.

Setelah satu jam lamanya menunggu tapi belum ada tanda-tanda selesai, membuat mereka bertiga tak lelah menunggu sampai saat Qia meringis kesakitan.

"Ahh ... abang sakit. Kepala Qia sakit abang." Adunya kepada sang kakak.

"Kita masuk ruangan ya? Qia juga butuh istirahat supaya cepat sembuh," bujuk sang kaka tapi malah membuat Qia menahan sakitnya kerena tidak ingin diajak masuk kembali.

"Abang aja masuk, Qia mau nungguin Ellard," ucapnya final membuat sang kakak diam menurut.

Veronika mendekat ke arah mereka berdua dan menatap Qia. Percayalah Veronika sebenarnya masih menyayangi Qia. Ia ingat saat pertama kali Ellard mengajak Qia kerumah, Qia takut dan malu-malu tapi tak lama ia terbiasa karena sikap Veronika yang hangat seperti Diana dan juga Stella adiknya Ellard yang sefrekuensi dengan nya membuat mereka akrab dan seperti keluarga sendiri. Tapi karena satu kejadian membuat Veronika langsung membenci Qiana dan mengklaim bahwa Qia, bahwa Qia dalang dari masalah ini.

"Lebih baik kamu masuk ruangan, nanti saya yang di salahkan karena membuat kamu makin sakit. Walaupun kamu masih disini saya tidak akan mengizinkan kamu melihat Ellard.

Dan mulai sekarang menjauhlah dari anak saya!" Jelas veronika dengan penekanan.

Deg

Rasanya sangat sakit mendengar semua ini. Qia rasanya tidak percaya orang yang selalu menginginkan dia menjadi bagian dari keluarganya sekarang membencinya. Bahkan sekarang menyuruhnya menjauhi anaknya. Qia rasa tidak sanggup. Ingin memprotes namun ia tidak bisa.

Kepalanya terlalu sakit hingga ia tidak bisa berbicara sekata apapun dan hanya bisa meneteskan air mata dan menangis meratapi takdir.

.

Apakah Qia dan Ellard sampai disini?

Bisahkah Ellard berjuang untuk sembuh atau berakhir?

Nantikan kelanjutan nya disini, jadi jangan lupa tambahkan QIELLA ke daftar pustaka kalian biar gak ketinggalan cerita selanjutnya.