Chereads / QIELLA / Chapter 34 - penyesalan

Chapter 34 - penyesalan

Happy reading all<3

.

Qia terus berlari sambil memegangi kepalanya yang sangat sakit, ia tidak menghiraukan semua karyawan orang tua nya memanggil dirinya. Qia terus berjalan tanpa tujuan tidak tau akan kemana dengan kondisi yang sangat buruk ia tidak tau sedari tadi semua orang berteriak memanggilnya bahkan ia tidak mendengar klason mobil yang sedari tadi dibunyikan.

BRAKKK

Sebuah truk besar menabrak mobil yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Mengakibatkan mobil tersebut terguling dengan keadaan sangat hancur dan mengeluarkan asap sangat banyak.

Truk yang menabrak tadi langsung pergi takut karena akan diminta pertanggung jawaban. Akibat kecelakaan tersebut mengakibatkan dua orang menjadi korban.

Qia terpental akibat mobil terguling tadi menyenggolnya atau mungkin mobil tadi sengaja membating setir ke tengah jalan untuk menyelamatkan gadis itu dari truk tersebut.

Semua orang menghampiri korban kecelakaan tersebut. Dan mereka mengeluarkan seseorang dari mobil yang terguling hancur.

Qia yang tak tahan menahan sakit ditubuhnya hanya pasrah diangkat dan saat ia melihat orang-orang mengeluarkan seseorang dari mobil tersebut membuatnya sangat kaget.

"El.." lirih nya saat melihat anak lelaki yang dikeluarkan dari mobil tersebut. Ingin rasanya ia menghampiri kekasihnya itu, tapi karena tubuhnya tak sanggup untuk digerak kan dan kepala makin sakit dan terus mengeluarkan darah.

Seorang wanita paruh baya yngsangat panik ia berlari keluar kantor, dan sempat mendengar kata karyawan nya ada kecelakaan dan membuatnya sangat takut jika itu keluarganya. Saat dijalan ia melihat segerumbulan orang-orang membopong korban.

Diana rasanya tidak sanggup melihat karena jalanan tersebut berlumuran darah, belum lagi korban tersebut remaja yang masih menggunakan seragam sekolah. Dadanya terasa sesak dan kaki ini sangat sulit untuk melangkah saat melihat seorang remaja perempuan yang berlumuran darah.

"QIAAA!!!" Jeritnya histeris. Ia hanya bisa menjerit rasa nya semua tubuh nya tidak berfungsi lagi untuk melihat anaknya sendiri mengalami kecelakaan. Cukup ia tidak sanggup untuk ke dua kalinya melihat anak-anaknya seperti ini.

"Ny. Diana," ucap beberapa karyawan nya menahan tubuh Diana yang hampir tumbang.

"Q-qia? Sayang kamu harus kuat.." batin Diana sebelum pengeliatan nya menghitam.

****

Sudah dua jam lamanya tapi belum ada tanda-tanda ruangan tersebut terbuka, mungkin dokter sedang sekuat tenaga menangani dua pasien yang sangat parah akibat kecelakaan.

Diana sejak tadi menangis bahkan air matanya sudah tidak bisa keluar lagi, tapi untung sahabat Qia dan Ellard menemaninya.

"Bunda jangan nangis lagi kalo Qia tau pasti dia marahin kita, karena gak bisa jagain bunda." Darla yang berusaha menghibur Diana.

"Bunda gak sedih lagi. Kalo kalian mau pulang gapapa besok juga kalian sekolah jadi istirahat pulang lah, sebentar lagi dokter bakal keluar kok."

"Gak bun kit–"

Ucapan Clara terhenti saat salah satu dokter keluar dari ruangan dan tentu Diana langsung menghampiri nya.

"Dok bagaimana anak saya?" Diana yang sedari tadi tidak sabar menunggu kabar anaknya.

"Tenang nyonya. Bisa anda ikut saya keruangan sebentar saya akan jelaskan," ucap dokter tersebut.

Tak perlu berlama Diana menyetujui ajakan dokter tersebut dan saat sudah sampai Diana dipersilahkan duduk.

"Jadi begini nyonya ada dua kabar. Kabar baik dan buruk." Ucap dokter tersebut sebelum menjelaskan.

Diana kaget lantaran mendapat kabar seperti itu. Siapa yang tidak ingin mendapat kabar baik? Pasti ingin semua tapi Diana belum siap bahkan tidak ingin mendapat kabar buruk karena siapa yang ingin mendapatkan kabar buruk.

Diana pun tak ingin lama-lama ia menghembuskan nafasnya kasar, sebelum menjawab dokter.

"Huftt! Okey dok, sebaik nya anda jelaskan kabar baiknya dulu lalu jelaskan kabar buruk nya."

"Jadi untuk kabar baik pasien perempuan ia hanya mengalami sedikit trauma dan ya ingatannya mulai membaik walau tak sepenuh nya tapi perlahan ia akan ingat tapi jangan dipaksa berpikir takut jadi stres dan saat kami mengatasi nya ia selalu mengigau tapi keadaan nya tidak terlalu parah mungkin badan nya sedikit sakit, ia akan segera siuman sendiri jika sudah mendingan. Dan untuk kabar buruknya adalah pasien laki-laki mungkin sedikit parah dan harus di operasi dibeberapa bagian tubuhnya dan juga darahnya sangat banyak keluar jadi kami ingin meminta izin untuk mengoperasinya kami juga belum tau pasti keparahan nya." Dokter menjelaskan

Diana bingung sebab orangtua Ellard saat dihubungi mereka sedang diluar kota mereka bilang setidaknya besok pagi mereka akan datang tapi kalau menunggu mereka takut nya Ellard kenapa-napa.

"Tentu Dok silahkan lakukan yang terbaik untuk mereka berdua jangan hiraukan biaya, berikan mereka perawatan yang terbaik."

"Baiklah nyonya Diana karena kami juga dokter spesialis keluarga anda kami akan berusaha semaksimal mungkin."

Selepas Diana dan Dokter keluar dari ruangan tersebut. Ellard langsung dibawa ke ruangan ke IGD dan ya tak lama lampu ruangan tersebut menyala pertanda operasi mulai berjalan.

"Bunda mereka baik-baik saja kan?" Tanya takut Clara tapi Diana diam menahan tangisnya.

"Bunda, jawab bun mereka baik-baik aja kan?" Tanya Darla tapi Diana diam. Darla langsung memeluk Diana yang membutuhkan dukungan orang terdekat.

Melihat Diana dan Darla berpelukan Clara dan Bella pun ikut memeluk mereka.

Ruangan tempat mereka menunggu begitu pilu hanya ada suara tangisan-tangisan yang sangat menyayatkan hati jika di dengar. Siapa yang tidak sedih melihat orang terdekat mengalami musibah seperti ini.

"Ellard maafin kita. Jangan tinggalin kita," ucap piluh Gallen tak terasa ia sudah meneteskan air mata.

Harry dan Farel ikut sedih melihat Keadaan sahabatnya dan makin sedih saat melihat Gallen yang menangis karena Gallen sama seperti Ellard jarang sekali menangis kalaupun menangis itu pun baru dua atau tiga kali karena kehilangan orang terdekat.

"Gal kita terus berdo'a supaya Ellard baik-baik aja, dan sembuh biar kita bisa berkumpul lagi kita juga sedikit renggang kurang lebih sebulan lama nya."

Harry berusaha menasihati Gallen dan mereka pun langsung saling mendekap meluapkan kesedihan mereka.

"Kita pernah berjanji kita bakal sahabatan sampai kakek-kakek. Jadi gak ada yang pergi sebelum jadi kakek-kakek keriput."

Mendengar ucapan Farrel membuat mereka tertawa sambil mengingat dan membayangkan ucapan Farrel.

***

Cuaca malam yang sangat dingin memasuki ruangan melewati jendela yang tidak tertutup mengusik seorang gadis yang terbujur lemah belun sadarkan diri sejak tiga hari kejadian tersebut dan juga aroma obat-obatan membuat nya perlahan membuka matanya. Saat ingin menggerakan badan, semuanya terasa kaku dan ngilu membuatnya meringis mungkin karena luka-luka yang belum mengering dan lagi tubuh nya tidak pernah digerakan sejak tiga hari lamanya.

"Ahh ..." suara ringisan gadis tersebut membuat seorang terbangun dari tidurnya.

"Qia? Kamu udah bangun mana yang sakit Qia? Abang panggilin dokter ya?" Tanya Calvin yang sudah dua hari menemani sang adik di ruangan.

Melihat sang adik seperti ini rasa nya sangat menyakitkan kejadian yang sama di waktu yang berbeda.

"Badan Qia ngilu abang, ini luka-lukanya masih sakit."

Calvin langsung menekan bel untuk memanggil dokter dan ya tak lama sang dokter langsung datang.

"Selamat malam Qiana," sapa dokter tersebut.

"Malam."

Dokter itupun memeriksa Qia dan memberikan obat untuk meredakan sakit di tubuh nya.

"Ini obat diminum dua kali sehari dan Qiana kalau sudah minum obat langsung tidur lagi ya biar cepat sembuh. Oke saya keluar kalau ada apa-apa kalian bisa panggil saya." Jelas dokter tersebut dan langsung melangkah pergi.

"Abang sejak kapan disini?" Tanya Qia penasaran yang melihat sang kakak menemani nya.

"Abang sudah dua hari disini. Bunda telpon abang kalau kamu kecelakaan dan sudah dua hari ini juga bunda dan orangtua Ellard lagi cari pengemudi truk yang kabur." Jelas Calvin serinci mungkin agar sang adik tidak terlalu banyak berpikir.

"Abang hiks hiks Qia takut ..."

Calvin yang kaget melihat sang adik tiba-tiba menangis ia menghapus air mata itu dan memeluk pelan sang adik.

"Udah jangan nangis lagi abang disini. Qia jangan takut abang selalu ada buat kamu."

"Abang Qia takut. Semua nya perlahan jelas. Tentang kecelakaan, perkelahian ayah dan bunda hiks Qia takut kenapa kepingan mimpi itu muncul makin jelas? Qia kenapa abang?"  Ucapnya sambil meringis memegangi kepalanya.

Calvin diam hanya mengelus punggung Qia ia tidak ingin menjawab takut membuat sang adik banyak berpikir dan membuat kondisi nya makin buruk apalagi sampai stres.

Setelah tidak ada suara lagi Calvin melepaskan pelukan tersebut dan benar saja Qia tertidur karena kelelahan menangis, ditambah lagi tubuhnya masih belum pulih. Dengan pelan-pelan Calvin membenarkan tubuh Qia agar ia nyaman dengan posisi tidurnya.

"Good night my princess. Sweet dream," ucap Calvin dan langsung mencium puncuk kepala Qia tak lupa merapikan selimutnya.

Pranggg

.

apakah semua akan baik - baik saja? atau akan ada yang pergi selamanya? yuk baca terus untuk mengetahui kelanjutan nya.

baca terus Qiella jangan sampai ketinggalan.

kalau ada kesalahan maaf ya guys.

see u guys<3