Happy Reading All <3
.
Dilain tempat sepasang suami isteri sedang di sebuah rumah.
"Jadi bagaimana? apakah anda sudah menemukan nya?" Tanya seorang lelaki yang sedang bersama isterinya
"Maaf tuan, saya hanya mendengar kalau mereka tinggal di daerah ini kurang lebih 5 tahunan."
"Sial! Saya pikir anda sudah menemukan mereka!"
"Maaf tuan, kami berjanji secepatnya akan menemukan mereka."
"Bagaimana kalo mereka tidak menemukan nya? Kita tidak akan bertemu lagi sama Calvin hiks.." Tangis sang isteri dan lalu didekap sang suami tak lupa mengelus lembut sang isteri untuk menenangkan nya.
"Sayang jangan menangis percayalah kita akan menemukannya lagi," Ucap sang suami meyakinkan dan hanya diangguk setuju oleh sang isteri.
Tunggu lah aku akan menemukan kalian dan saat itulah aku pasti akan menghancurkan kalian! Sang suami membatin.
"Tuan kami akan memberitahu infonya lagi dan akan selalu mencari mereka."
"Hmm," jawab singkat pria yang beristeri itu dan langsung pergi meninggalkan rumah tersebut.
***
Sudah terhitung tiga hari tapi Luna dan Reva sangat khawatir mencari Ines kemana lagi tapi saat mereka menanyakan kepada orang tua Ines mereka hanya menjawab paling juga liburan.
"Duh jadi kemana ya Lun? Kalo liburan masa hp harus dimatiin sih."
"Gue aja bingung Rev mana tiba-tiba. Waktu nanya sopir Ines terakhir dia ke Resto deket Mall tapi kita tanya gak ada yang namanya Ines atau melihat Ines apa jangan-jangan Ines cuma nunggu orang doang disana? Atau jangan-jangan....??" Ucapan Luna terhenti lalu ia memandang Reva saat mereka saling menatap mereka tau pikiran satu sama lain.
Ya begitulah sahabat tanpa diberitahu cukup saling menatap, mereka bakal faham dan mengerti apa yang ada dipikiran satu sama lain.
"DICULIK!!!!!"
Teriak mereka yang begitu heboh untung sekolah masih pagi belum bel, jadi tidak ada yang terganggu karna teriakan mereka berdua.
***
Seorang wanita yang sedang berada dalam ruangan gelap dengan keadaan tangan dan kaki terkibat berusaha membuka nya.
"Sial awas lo Qiana! Gara-gara lo gue disini, gara-gara lo juga wajah dan telapak tangan gue terluka! dan gara - gara lo juga Ellard benci gue! Gue benci lo Qiana!!!"
Teriak Ines dengan sangat emosi karna sudah berapa hari ini ia tidak bisa kabur.
Suara langkah kaki yang sedang menggunakan sepatu terdengar melangkah dan perlahan makin mendekat.
"Makan!"
Perintah Ellard saat anak buah nya membawakan makanan dan minuman untuk Ines tapi Ines menggelang tidak ingin.
"Gak gue racunin bodoh. Kalo mau bunuh lo? mending gue tembak aja tapi karna gue mau buat lo mati perlahan dengan menderita!"
"Tidak!!! Ellard plis lepasin gue? Gue gak ada salah sama lo."
"Kalian beri makan dia kalo dia banyak tingkah silahkan Paksa!" suara bariton yang sangat mengerikan di dengar apalagi tatapan tajam nya seperti ingin membunuh membuat anak buah nya hanya menyetujui saja.
Ellard jengah melihat dan mendengar semua dusta Ines, lalu ia pun melangkah pergi dari ruangan tersebut.
"Menyebalkan!" Satu kata yang dilontarkan nya saat melihat wanita itu.
***
Terhitung sejak aplikasi tersebut dibuat semua orang sudah sangat menyukainya bahkan saat satu orang sudah mengunduh dan tau itu sangat bagus ia akan mengajak teman -teman karna sangkin bagusnya aplikasi tersebut.
"Wah keren banget mana banyak manfaatnya nih aplikasi. Selain bisa mencari informasi, ini juga bisa mempermudah membuat tugas sekolah apalagi bisa buat menonton mana penggunaa data paketnya hemat lagi."
"Iya mana masih banyak lagi fungsinya"
"Kapasitas yang digunakan juga tidak terlalu berat"
"Wah keren nih aplikasi suka banget!!"
Itu lah beberapa tanggapan orang tentang aplikasi yang dibuat anak lelaki itu dan tentu membuatnya ingin menangis karna secepat itu bisa banyak orang yang menggunakan bahkan belum sampai 7 hari.
"Aku gak nyangka bakal secepat ini ya tuhan. Aku ingin membagikan kebahagian ini kepada siapa? Mama dan papa? Bahkan saat melihat wajahku pasti akan selalu marah dan menghinaku, apalagi kalo aku berbicara kepada mereka. Aku sangat merindukan diriku yang dulu, dengan dikelilingi kasih sayang."
Lirih nya lalu ia pun menutup laptopnya membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Selalu saja begini memendam semua kesedihan dan kebahagian sendirian. Hanya tuhan yang tau perasaan dan pikiran yang kurasakan dan hanya bantal ini yang selalu merasakan air mataku yang jatuh mengenainya," ucap nya sambil mengelus bantal tersebut hingga tak terasa air matanya juga terjatuh.
Selama ini aku merasa sendirian dan selama ini aku selalu menunggu, terhitung kurang lebih 12 tahun lama nya aku tersiksa batin dan fisik tapi semua nya tidak ada yang peduli padaku. Batin nya yang sambil berbaring.
Ia pun menutup matanya sejenak karna ingin menghentikan air matanya yang mengalir tapi saat dirasa air matanya tidak keluar lagi ia malah.
Bugh bugh bugh
Suara sapu yang melayang ke badannya membuatnya reflek membuka matanya.
"Ma--ma? Ampun ma sakit! jangan pukul aku ma..."
Ucapan yang meminta ampun tapi malah membuat sang pelaku makin menjadi-jadi.
"DASAR ANAK PEMALAS!!! BUKAN NYA KELUAR CARI UANG MALAH ASIK TIDURAN DIRANJANG KAMU KIRA HIDUP INI GAK BUTUH UANG HAH??"
Bugh bugh bugh
Wanita tersebut seperti kesetanan seperti memukul hewan liar yang tertangkap basah dan malah membuat anak itu hanya pasrah dipukuli karna percuma ia meminta ampun malah justru membuat sang mama makin marah.
Wanita itu akhirnya menghentikan pukulan nya dan mengambil sesuatu di atas meja.
Byurrr
Segelas air dari atas meja, wanita itu siramkan ke anak lelaki itu.
"Duh jadi basah tapi biar kamu gak ngantuk. Sana cari uang hitung-hitung kamu bayar tumpangan hidup! Karna hidup di dunia ini gak gratis!!!"
Wanita itupun keluar kamarnya, membuat anak lelaki itu menghela napas lega. Ia melihat tubuh yang memar akibat pukulan dari sapu itu yang tidak main-main.
Ingin rasanya membalas menyakiti kembali wanita itu, tapi ia juga harus berterima kasih karna sudah dibesarkan mereka berdua walau dengan tidak berperi kemanusian dan tidak layak.
"Setidaknya mama dan papa lebih baik daripada dua orang yang membuatku menjadi menderita seperti ini!!!"
Kesalnya meleparkan selimut di ranjang nya kasar dengan penuh emosi.
Selimut itu harus diganti karena sudah basah sebab insiden disiram mamanya tadi.
***
Qia melangkah ke perpustakaan karena disuruh guru yang mengajarnya mengambil buku tapi terhenti karna ada yang menepuk pundaknya dan membuatnya reflek membalikan badan.
"Hai?"
Sapa dua orang yang menepuk pundak Qia tapi malah membuat Qia ketakutan sebab masih trauma.
"K-kalian ma-mau a-apa?" Jawab Qia gugup karna ketakutan.
"Hei santai dong jangan takut kita gak ngapa-ngapain kok," jawab orang yang satunya dengan senyum miring tak lupa menyenggol bahu sahabatnya.
"Iya tenang aja Qiana kita gak ngapa-ngapain paling..." ucapam wanita satunya lagi sengaja ia gantung.
"Paling apa? Kalian mau apa?kenapa ganggu Qia mulu. Sana!!"
Karena ada keributan membuat guru yang dari perpustakaan itu keluar ingin melihat suara keributan.
"Kalian kenapa ribut depan perpustakaan?"
"Maaf bu nih teman kita lagi jelasi problem sama pacarnya Bu, maaf ya Bu ganggu," jawab salah satu wanita itu sambil berbohong dengan mengatas namakan Qia.
"Sana jangan disini kalo mau cerita,"
Guru itupun langsung masuk ke perpustakaan lagi.
"Hei Qiana dimana lo culik Ines?"
"Iya dimana? Kalo sampe kenapa-kenapa kita bakal buat perhitungan sama lo!" Ucap pelan mereka karna takut guru perpus itu keluar lagi.
"Qia gak culik siapa - siapa! Buat apa juga jahat sama orang."
Karena geram salah satu wanita itu menjabak rambut Qia.
"Ahh sakit lepasin."
"Diam! Kalo lo teriak lagi ibu itu bakal keluar dan jemur kita sampe pulang."
Karna kesakitan Qia meringis dan air matanya keluar begitu saja.
"Hiks lepasin sakit."
"Cah lemah banget baru dijambak aja," ucap salah satu wanita itu sambil menggoyangkan jambakan nya dirambut Qia.
bukan berhenti tapi dua wanita ini makin menjadi-jadi. Entah kenapa bisa-bisanya langsung mengklaim Qia yang menculik Ines padahal Qia tidak tau apapun.
"Ahh sakit tolong lepasin hiks hiks..."
"Cah dasar lemah!" Ucap mereka bersamaan.
Dua wanita yang menjabak tadi pun akhirnya melepaskan jambakan mereka, tapi salah satu dari mereka mendorong tubuh Qia kasar sehingga membuat Qia terjatuh.
"Hiks sakit..."
Ringisnya yang sangat kesakitan karna dorongan tersebut membuat Qia tersungkur ke lantai membuat dengkulnya terluka.
Kejadian tersebut tak luput dari pengeliatan seseorang tanpa kelewatan sedikitpun.
"Selain Ines ternyata dua orang ini juga hama yang harus disingkirkan. Tunggu kalian gue kasih balasan yang setimpal!" ucap orang tersebut dengan senyum yang sangat tipis.
.
Yok jangan lupa tambahkan Qiella ke daftar pustaka kalian ya supaya bisa tidak ketinggalan^_^