Chereads / Between Cat / Chapter 8 - Berusaha Menolak

Chapter 8 - Berusaha Menolak

"Maydarika, gue punya rencana!" celetuk Galaksi tiba-tiba.

"Apa?"

"Gimana kalau---"

"Interupsi!" May mengangkat tangan kanannya setinggi telinga. "Ini, minumannya gratis kan?" tanyanya seraya menunjuk minuman di depannya. Bisa gawat kalau sampai disuruh membayar, ia kan tak membawa uang.

"Ya, bayarlah! Emang ini restoran nenek moyang lo!" cetus lelaki berlesung pipi itu.

"Dah, lanjutin gih apa yang mau kamu bilang tadi," ucap May lesu. Kepalanya ia sandarkan ke atas meja dengan pandangan menatap ke arah samping kanan, ada beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar.

Galaksi tersenyum sekilas. "Oke gue lanjutin. Gimana kalau kita saling usulin ke orang tua kita masing-masing soal penolakan perjodohan ini. Biasanya kan kalau gue protes, cuma atas nama gue. Tapi, kalau gue bawa nama lo yang juga nolak, mungkin dengan rencana ini kita bisa batalin perjodohan nggak jelas ini. Lo juga ajuin protes dengan bilang kalau gue juga nolak," papar Galaksi panjang kali lebar.

"Nanti akan aku coba. Sekarang aku mau pulang," ucap May. Perempuan dengan jepit rambut Hello Kitty di bagian kanan rambutnya itu berdiri. Kerongkongan yang kering membuatnya enggan lagi berbicara, lebih baik pulang untuk mencari kesegaran di rumah.

"Lah, lo nggak minum dulu?"

May menggeleng pelan. "Aku nggak bawa uang. Mending aku minum di rumah aja, cuma 1 kilo meter lari, kok," jawab May kelewat santai.

"Duduk!" titah Galaksi. "Gue udah bayarin dari tadi juga kok," ucapnya lalu tertawa.

May duduk. "Seriusan? Kamu nggak lagi mau bohongin aku kan?" tanyanya memastikan. Muka lelaki di depannya sungguh bukan mencerminkan sosok lelaki yang baik, jadi ia tak boleh asal percaya.

"Anggep aja ini ucapan terimakasih gue karena lo udah mau kerja sama buat nolak perjodohan ini."

Karena dirasa alasannya masuk akal, May langsung meminumnya hingga tandas. "Alhamdulillah," ucapnya lalu meletakkan kembali gelas di depannya.

Galaksi terkejut bukan main. Perempuan di depannya ini betulan manusia ataukah manusia jadi-jadian? Bisa-bisanya ia tak memiliki rasa malu atau canggung saat meminum hingga tandas bahkan tanpa jeda.

"Lo kenapa kek unta? Sekali minum banyak bener! Apa masih haus?"

May terkekeh sebentar. Ada rasa sedikit malu, tapi sukses ia tepis demi memenangkan ego rasa hausnya. "Maaf, tadi banyak insiden yang membuatku capek dan menahan haus, makanya pas nemu air gratis gini, nggak boleh di mubazirin."

"Lah, kok bisa?" kepo lelaki berlesung pipi itu tanpa sadar.

"Tadi ojek onlineku mogok di tengah jalan, jadinya aku harus jalan kaki. Eh, kebetulan malah ketemu sama preman yang otaknya udah miring, jadinya aku lari-larian sampe sini tadi," papar May.

Galaksi sedikit takjub, ternyata perempuan yang berperawakan kurus seperti May itu rupanya cukup tangguh.

"Dengan sepatu hak kaya tadi? Emang nggak sakit?" tanyanya.

"Ya sakitlah, tapi demi Kimnar, aku akan melakukan semuanya," ucap May dengan senyum terkenang, membayangkan jika ia bisa memeluk Kimnar dengan erat setelah pertemuan dengan lelaki yang katanya akan menjadi calon suaminya. "Ah iya, aku harus pulang, makasih traktirannya!" May mengambil sepatunya lalu berdiri.

"Ah, biar gue anter lo pulang. Nanti kalau ketahuan papa gue, bisa diomelin ntar."

"Boleh banget. Aku juga kalau bisa pengennya langsung sampai rumah," jawab May.

Akhirnya May diantar oleh Galaksi dengan menggunakan mobil. Beruntung sekali, jika menggunakan motor mungkin akan ditilang oleh polis, karena May tak pakai helm.

May nyaris tertidur karena terkena AC, tapi sebisa mungkin ia tetap terjaga. Jika Galaksi tiba-tiba berbuat tak senonoh, ia masih bisa melawannya.

Sekitar 15-an menit akhirnya Galaksi sudah berhasil mengantar May sampai ke depan pagar. Perempuan yang menggunakan dress warna mint langsung mengucapkan terimaksih, baru kemudian ia turun. Namun, baru ia membuka pintu mobil, gerkanannya terinterupsi oleh pertanyaan lelaki berkulit sawo matang itu.

"May, lo pesen ojek online di rumah lo?" tanya Galaksi seraya menujuk ke arah lelaki berjaket hijau yang duduk di teras.

"Ah, itu pasti ojek onlineku tadi. Kan aku belum bayar dan hpku juga aku gadaikan ke dia, makanya dia minta bayarannya sampe nungguin aku balik."

"Ah, May. Mungkin gue harus tanggung jawab soal ini. Kan gue yang nyuruh lo dateng ke kafe tadi."

Tercenung, kenapa lelaki di depannya berubah menjadi melunak? Apakah karena kesepakatan yang telah dibuat untuk sama-sama menentang perjodohan ini.

"Nggak usah Galak. Aku sendiri bisa kok. Santuy nggak usah khawatir," jawab May. "Mending kamu pulang terus belajar. Kata Ayah kamu masih kuliah."

"Astaga! Gue lupa jam empat ada kelas," pekik Galaksi histeris setelah melirik ke arah jam tangannya.

"Ya udah, hati-hati aja!" ucap May lalu turun.

Galaksi langsung memacu mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Bisa gawat kalau ia sampai terlambat. Sudah dapat dipastikan ia tak akan diizinkan untuk masuk ke dalam kelas.

Sementara itu, May langsung menemui ojek online yang belum ia bayar ongkosnya, sekaligus mengambil kembali ponsel yang sempat ia jadikan jaminannya.

Usai urusannya kelar, ia buru-buru mengunci pintu dan memilih untuk langsung masuk ke kamar. Tangan kosongnya mengayun ke arah rak sepatu..

"Eh, kok kosong?"

Netra May bergantian menatap rak dan tangan kirinya, tapi tak ada tanda-tanda sepatunya di sana. Ia terdiam sejenak untuk mencerna praduga di otaknya. Detik berikutnya telapak tangan kanan May menepuk kenignya sendiri. Sudah tentu, sepatunya tertinggal di dalam mobil Galaksi.

Buru-buru ia mengecek ponselnya untuk mengirim pesan pada Galaksi. Walau pesan sudah terkirim, namun lelaki beelesung pipi itu belum ada tanda-tanda ingin membalas.

Sampai akhirat pun May tak akan merelakan jika sepatunya sampai hilang atau dibuang oleh Galaksi. Bagaimanapun juga, ia membeli sepatu tersebut dengan hasil jerih payahnya saat diminta oleh salah satu penghuni komples paling kaya untuk menata taman di rumahnya. Karena hasil kerja May memuaskan, May pun di beri uang lebih dari upah yang semestinya. Ditambah, sepatu yang ia kenakan memiliki pengunci dengan bentuk kepala Hello Kitty. Selamanya ia tak akan ikhlas jika pikiran negatifnya betulan terjadi.

Daripada memikirkan hal negatif, May harus bersiap untuk mengeksekusi dapur. Makan malam tidak mungkin bisa ada di meja makan jika ia tak memasak. Lagipula ia harus bergembira karena akan bertemu dengan Kimnar.

***

Sesuai dengan apa yang telah dijanjikan, May sedang berpeluk-peluk ria dengan kucing kesayangannya yang sudah kembali. Ia mencium, mengelus, dan memeluk Kimnar berkali-kali. Serentetan kata rindu dan sejenisnya menghujani pendengaran Kimnar yang masih dalam gendongan perempuan bertubuh kurus itu.

"May, makan dulu. Nanti kan bisa main sama Kimnar lagi," nasehat Tika karena May tak juga kunjung melepaskan Kimnar.

"Nanti, Bun. May masih ingin manjain Kimnar. Pasti selama nggak sama May, Kimnar nggak ada yang manjain," sahutnya sembari mengelus-elus dagu Kimnar.

"Gimana tadi ketemuannya sama Galaksi?" tanya Arko mengalihkan topik.

May hampir saja tersenyum sembari bercerita tentang Galaksi, tapi berhasil ia tahan karena ia segera saat ia memiliki misi untuk membatalkan perjodohan. Mood boleh saja membuatnya bahagia, tapi ia harus profesional saat menjalankan misinya.

May menyandarkan punggungnya di pintu yang terbuka lebar. "Nggak ada bagus-bagusnya, Yah. Galaksi itu nyebelin. Bahkan dia terang-terangan bilang nggak mau di jodohin," ucapnya dengan tangan masih mengelus-elus dagu Kimnar. "Jadi buat apa sih harus ada perjodohan kalau diantara kami, kalau kami aja nggak ada yang setuju, Yah?"

"May, kamu lupa? Kalian kan akan menikah kontrak 2 tahun, jadi Ayah yakin di antara waktu itu, kalian pasti bakal saling suka, kok! Bahkan Ayah yakin suatu hari nanti kamu akan berterimakasih karena adanya perjodohan ini," ungkap sang ayah dengan percaya diri.

"Hah? 2 Tahun? Kenapa nggak sebulan aja sih!" protes May.

"Mau 2 tahun atau selamanya?" tanya Arko seraya tersenyum jahil.

"Dih, Ayah! Pokoknya May nggak mau nikah sama Galaksi. May mau menemani Kimnar aja. Dia jomblo, Yah!" kekeh May.

"Ya udah, nanti Ayah cariin Kimnar pasangan juga. Kalau perlu saat kalian nikah, Kimnar juga nikah," canda Arko.

"Apaan sih, Yah! Pokoknya May nggak mau titik! Dan May sudah bertekad untuk menggantikan Sinnar sebagai teman Kimnar. Jadi jangan ganggu gugat keputusan May!" May langsung beranjak dari sana menuju kamarnya, tentu saja dengan Kimnar yang masih ia gendong.

"Duh, anak itu keras kepala kalau soal kucing," gumam Arko seraya mengunyah makanannya.