Saat sudah menginjakkan kakinya di halaman rumah tadi, Irina sudah menyiapkan diri untuk tak kaget sedikit pun. Seharusnya ia sudah biasa. Tapi kejadian nya jadi berbeda saat ia berhadapan langsung dengan kenyataan.
"Ini kamar atau kamp pengungsian sih? Ya ampun."
Itu kalimat pertama yang Irina katakan. Walau sudah sering datang ke sana, tetap saja, kamar temannya itu selalu luar biasa, ia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana caranya bisa berdampingan dengan tumpukan barang dan pakaian.
Kamar ini malah nampak penuh, jika sedikit saja lebih rapi maka akan lapang.
"Enggak usah sok kaget begitu, kayak baru pertama kali aja datang ke sini, silakan duduk di mana saja," sahut Kai.
"Enggak, aku mau langsung pulang saja," katanya menyahut setelah mendapatkan pesan, dari pacarnya.
"Siapa? Okto ya?" tanya Kai melirik Irina yang kini sedang senyum-senyum sendiri. Gadis itu mengangguk cepat. Ia bilang Okto ingin bertemu dengannya, jadinya ia harus pergi.
"Ya sudah, hati-hati—"
