Karena melihat suaminya sudah tertidur, Sekar akhirnya memilih mematikan televisinya. Selepas itu, ia pun pergi tidur menyusul suaminya. Namun, sesungguhnya ia tidak benar-benar tidur meski sudah terbaring miring dan memejamkan kedua kelopak matanya.
Posisi mereka saling membelakangi. Ini gambaran orang yang sudah bertahun-tahun menikahkah? Berkurangnya rasa kasih sayang dan hal-hal romantis lainnya. Tapi meskipun begitu, sebenarnya ia orang tua yang baik dan bijak untuk Dreena.
Di kamar itu pun sekarang tidak ada suara apa pun. Televisi yang dihidupkan Sekar tadi, saat ini sudah pada mode mati. Hanya layar gelap yang tampak di sana. Rupanya lama-lama Sekar pun mengantuk dan ia pun terlelap dalam buaian mimpi.
Sang malam semakin larut, hening dan senyap adalah gambaran malam hari yang semakin mendekati dini hari, suhu di sekitarnya pun menjadi lebih rendah. Entah mengapa bisa begitu? Itulah detik-detik ketika penguasa malam akan menanggalkan hari.
Di kamarnya, Dreena pun menghabiskan sisa daging-daging mentah itu. Ia sekarang sudah seperti seekor anjing atau harimau yang memakan daging mentah. Ketika di meja makan, ia hanya mampu menelan sedikit makanan. Ia selalu saja merasa mual dan ingin segera secepatnya meninggalkan ruang makan detik itu juga.
***
Tidak lama, raja kegelapan pun menyerahkan tahtanya pada sang raja siang yang selalu menghangatkan setiap inci kehidupan di muka bumi ini. Dreena yang sudah setiap hari menyetel jam weker yang sama di atas nakas sisi ranjang tidurnya, terjaga.
Dengan cepat ia buru-buru mematikan jam wekernya, yang telah berbunyi nyaring menggema di setiap sudut-sudut ruang kamarnya. Sejujurnya Dreena juga merasa terkejut, maka ia dengan sigap mematikan jam weker tersebut.
"Ahh, cepat sekali sudah pagi," gumamnya yang diakhiri dengan menguap.
Dreena masih mengerjap-ngerjakan matanya. Mengumpulkan energi yang harus ia kumpulkan untuk persiapan menghadapi hari ini. Segenap jiwa atau roh yang baru saja menghilang dari sang raga, kini harus kembali pulang pada raga mereka masing-masing.
Ia pun masih menunggu semua kekuatannya berkumpul dan membiarkan roh miliknya beradaptasi lagi pada raganya. Berapa menit ia hanya terbaring melamun, lalu ia pun teringat akan sekolah barunya nanti.
Dreena pun segera beranjak dari ranjang tidurnya. Ia bukannya mulai bersiap, tetapi malah terduduk diam di tepian ranjang. Akhir-akhir ini, ia memang sering bergeming tanpa kata. Termenung dengan segala pikiran semrawutnya.
Ia pun melirik jam dindingnya. Mungkin sudah saatnya ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat keluar rumah. Ini sebetulnya hari yang amat dinantikan oleh Dreena. Ia sudah rindu dengan suasana luar rumah.
"Mending aku mandi dulu dan prepare dari sekarang, aku sudah tak sabar untuk menghirup udara luar lagi," pikirnya, yang langsung saja bangkit dari tepian ranjang tidurnya.
Ia pun berjalan melangkah memasuki kamar kecil yang memang menyatu di dalam kamarnya. Sungguh nikmat dan bahagianya menjadi orang kaya. Meski begitu, kekayaan atau tahta apa pun tidak semuanya dapat membeli kebahagiaan itu sendiri. Keluarga ini termasuk keluarga dari kalangan elit dan kaya raya. Namun, karena penyakit yang Dreena idap, perlahan-lahan kebahagiaan di dalam rumah pun memudar sedikit demi sedikit.
***
Satu jam setengah ia sudah siap untuk turun ke ruang makan. Berapa menit yang lalu suara khas milik bi Aida sudah memanggil-manggil perutnya. Rupanya penghuni perut Dreena sudah sangat hafal dengan teriakan bi Aida ketika menyuruh nona majikannya untuk sekedar sarapan pagi, makan siang dan juga makan malam.
Setelah semuanya siap dan ia sudah rapi, Dreena pun keluar dari kamarnya. Lalu menuruni satu per satu anak-anak tangga yang tersusun rapi berundak-undak.
Sesampainya di meja makan, belum hadir kedua orang tuanya. Di sana hanya ada bi Aida yang sibuk mempersiapkan makan pagi mereka.
"Pagi, Bi," sapanya datar.
Bi Aida menoleh ke suara yang menyapanya. Sebelumnya ia sedikit terkejut ketika mendengar suara sang nona majikannya itu. "Eh, pagi juga, Non," tukas bi Aida tersenyum kikuk.
"Tumben Mama dan Papaku belum turun ke sini. Ke mana mereka?" tanya Dreena menarik kursi di hadapannya.
"Ahh, anu ... i-iyaa tumben mereka belum turun. Tadi Bi Aida juga sudah berteriak juga, 'kan? Mungkin masih belum rapi, tapi tumben nih Non Dreena sudah rapi pagi ini. Mau ke mana Non?" Bi Aida membalasnya dengan sedikit terbata gugup.
Rupanya ia masih sedikit bergemetar apabila harus berdekatan dengan nona majikannya itu. Meskipun saat ini, ia sudah tahu fakta yang terjadi pada diri Dreena. Bagaimanapun saat ini juga, bi Aida harus berusaha bersikap biasa-biasa saja. Ia tidak ingin sampai membuat Dreena tersinggung atas sikapnya yang tiba-tiba mungkin tampak cangguh dan tidak nyaman.
Dreena mengambil setangkup sandwich di hadapannya dan hanya manggut-manggut merespon ucapan bi Aida. Lalu, bi Aida pun meninggalkan Dreena seorang diri di ruang makan.
Sepuluh menit kemudian, tibalah Sekar dan Andres memasuki ruang makan. Mereka sedikit terperanjat ketika mengetahui jikalau putrinya sudah berada di meja makan terlebih dahulu. Sebab mereka tadi sempat menyapa kamar kosong milik putrinya itu. Mereka kira, Dreena masih berada di dalam kamarnya. Namun, nyatanya Dreena sudah lebih dulu berada di ruang makan.
"Pagi, Dree. Tumben kamu sudah ke meja makan duluan," sapa Sekar.
"Pagi, Dree." Andres pun tak lupa menyapanya.
"Pagi juga, hari ini aku harus melihat sekolah baruku. Mama bisa antar, 'kan?" sahut Dreena melirik sekilas ke arah ibunya.
"Tentu bisa dong, Sayang." Sekar berujar seraya menarik kursi di hadapannya.
Kemudian Andres pun melakukan hal yang sama. "Oh hari ini, ya kamu survei sekolahnya. Semoga pilihan sekolahmu yang terbaik, ya. Kamu harus semangat belajar, ya, Dree!" seru ayahnya berpesan.
"Iya, aku senang karena hari ini bisa ke luar rumah." Dreena menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke arah ayahnya. Ia justru malah menikmati setiap gigitan sandwich di mulutnya.
Beberapa menit kemudian ....
"Kamu sudah siap, Dree? Ayo kita berangkat sekarang! Soalnya habis antar kamu, Mama juga harus ke butik, 'kan," ajak Sekar.
"Sudah, Ma. Ayo kita berangkat sekarang!" tukas Dreena.
Dreena dan kedua orang tuanya berjalan menuju teras rumah. Andres memang berangkat ke kantor sendiri, sebab arah lokasi kantornya berbeda atau tidak sejalur dengan lokasi sekolah yang akan Dreena kunjungi dan juga butik rajut milik Sekar.
Sekar berteriak memanggil sopir pribadi rumah itu. "Pak, Pak Arya ayo kita berangkat sekarang! Aku dan Dreena sudah siap!"
Dari arah garasi mobil, terdengar suara pak Arya yang menjawab. Tidak lama, mobil pun ia keluarkan dari dalam garasi. Rumah ini memiliki 2 mobil pribadi. 1 mobil yang selalu dipakai oleh Andres berangkat ke kantor setiap hari kerja dan 1 mobil lagi memang dikhususkan untuk mengantar Dreena dan juga Sekar.
Sekar sebenarnya mampu untuk membeli mobil, tetapi ia enggan membelinya. Baginya memiliki 2 mobil sudah cukup, toh selama ada sopir pribadi ke mana pun ia ingin berpergian juga mudah bukan?
"Sudah siap, Nya, Non Dreena?" sapa sopir rumah itu.
Sekar dan Dreena segera melangkah mendekati mobil itu dan mereka pun langsung masuk ke dalam mobil. Sedang Andres sudah berangkat 5 menit yang lalu.
"Kita ke mana dulu nih, Nya?" tanya sang sopir.
"Kita ke sekolah Dreena dulu saja, hanya 4 sekolah yang akan kita datangi hari ini. Tapi semua terserah Dreena jika sudah menemukan yang cocok, ya sudah langsung antar aku ke butik dan Pak Arya antar Dreena pulang. Nanti siangan baru jemput aku lagi di butik ya, Pak," terang Sekar memberikan instruksi kepada sopirnya.
"Baik, Nya. Kita jalan sekarang, ya," tukas pak Arya, seraya menginjak pedal gas.
Mobil sedan mewah itu pun meninggalkan keluarga Leandro. Pintu gerbang sudah sedari tadi dibuka oleh security baru di rumah itu. Ia baru kerja seminggu yang lalu. Semenjak Dreena sakit, entah mengapa ayahnya memperketat penjagaan rumah. Andres hanya ingin yang terbaik untuk putri semata wayangnya. Apalagi di berita-berita ia sering baca dan lihat kasus-kasus perampokan di komplek-komplek perumahan.
***
Hi, Readers!
Mohon maaf, aku baru sempat update kembali.
Ini Novel pertamaku, di platform Webnovel. Semoga kalian suka. Aku tunggu star vote & krisan/review terbaik kalian, ya. Boleh beri gift bila berkenan.
Terima kasih & selamat membaca.
Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29