Rachelia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Kemarahan terlihat jelas dari wajahnya dan bisa terlihat jelas di bawah keremangan lampu yang berkerlap-kerlip. Emosinya membuncah untuk segera disemburkan kepada pria yang saat ini tengah berbicara dan terlihat sesekali tersenyum.
Rachelia sangat-sangat membenci senyuman yang begitu menjijikkan itu!
Sekilas Rachelia punya pemikiran untuk mengambil langkah-langkah panjang dan menerjang pria itu, tak lupa mengambil satu botol minuman di atas meja, kemudian memukulkan botol itu pada kepala Regan sampai hancur. Saat itu juga Rachelia pasti akan tertawa terbahak-bahak menyaksikan bagaimana kepala itu mengeluarkan darah dan ajal akan menjemputnya saat itu juga. Pada saat itu, Rachelia akan berbahagia karena telah membalaskan dendam atas kematian Mike.
Oh ... seandainya Rachelia punya keberanian sebesar itu, tetapi buktinya dia hanya bisa berdiam diri di sini tanpa merealisasikan khayalannya itu. Tetapi sebuah alasan yang sangat besar yang membuat Rachelia tidak melakukan niatannya itu. Mungkin kesempatan ini akan disesalinya suatu saat nanti.
Rachelia tidak bisa berlama-lama di tempat ini, dia tidak ingin sampai dilihat oleh pria itu. Atau mungkin saja dia yang akan mati di tangan pria itu.
Baru saja Rachelia akan melangkah, namun sebuah tarikan di lengannya menghentikan langkahnya. Rachelia menoleh dengan cepat dengan alis yang berkerut mendapati seorang pria tengah mencengkeram tangannya.
"Apa kau temannya Drey?"
Rachel semakin mengerutkan dahinya dan berusaha menarik tangannya dari cekalan pria itu. "Drey siapa?" tanya Rachelia tidak tahu-menahu.
Pria itu terkekeh. "Maaf ... maaf, maksud aku Audrey, di sini dia dikenal dengan nama Drey," ujar pria itu kemudian yang membuat Rachelia mengangguk-angguk. "Dia memberitahuku kalau tidak bisa masuk malam ini dan katanya ada yang akan menggantikan. Apakah itu kamu? Karena hanya kamu yang terlihat begitu berbeda di tempat ini."
Rachelia mengangguk ragu. "I—iya, itu aku," cicitnya.
Pria tampan itu kembali mengangguk. "Perkenalkan nama saya Dion, teman Audrey. Kamu?"
"R—achel ... namaku, Rachel."
"Salam kenal, Rachel. Drey sudah berpesan untuk menjaga kamu dengan baik di sini. Termasuk dari gangguan-gangguan pria hidung belang di sini. Jadi kalau ada apa-apa, langsung beritahu aku. Ya ... walaupun posisiku hanya bartender di sini." Dion kemudian kembali terkekeh.
Rachelia balas tersenyum. "Terima kasih, Dion!"
Rachelia sangat bersyukur karena masih ada orang baik yang tersisa di tempat menakutkan ini. Dan semoga saja, tidak ada yang terjadi padanya, sehingga dia tidak perlu merepotkan pria di depannya ini.
"Oh iya, Rachel, jangan terlalu menampakkan diri di depan pemilik tempat ini." Dion menunjuk Regan dengan dagunya. "Pria di sana adalah pemilik club ini. Biasanya Drey yang akan melayaninya kalau datang, tetapi karena malam ini dia absen jadi ...."
Tawa Dion seketika menggelegar saat mendapati tatapan Rachelia yang terlihat horor memandangnya. "Tenang saja, Rachel. Bukan karena Drey tidak ada di sini dan kamu yang menjadi penggantinya, tidak mungkin kamu yang ditunjuk. Bos juga tahu kalau kamu hanya pengganti di sini, tidak punya keahlian. Dan masih banyak wanita-wanita yang lebih mampu untuk memberikan pelayanan yang baik pada bos."
Rachelia seketika bernapas lega saat mendengar penuturan kalimat yang dilontarkan oleh Dion. Baguslah, karena Rachelia memang tidak ada niatan untuk menampakkan diri di hadapan pria itu. Tidak apa-apa dia bertahan di tempat ini semalaman, asal dia tidak terlihat oleh Regan. Dan sepertinya itu akan berhasil, mengingat dia hanya pengganti di sini, jadi sudah pasti dia hanya melayani yang lainnya saja dan bukannya bos besar itu, seperti kata Dion.
Ya, semoga saja.
****
Regan Antonio Chadwell sangat bersemangat malam ini mengunjungi salah satu klub malamnya. Kesenangannya ini tentu saja dilandasi dengan keberadaan 'kelinci' kesayangannya. Dia akan bermain-main sebentar dengannya, sebelum benar-benar menghancurkannya dan memenjarakannya di dalam neraka.
Bawahannya yang diperintahkan untuk mengelola klub malam ini langsung menyambutnya saat kaki Regan sudah melangkahkan kaki di club malamnya itu. Dengan tergopoh-gopoh pria gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.
"Maaf, Sir. Malam ini Drey sedang absen, jadi ...."
Pria gendut itu sangat ketakutan mendapati bola mata Regan yang berkilat marah.
"... Jadi Anda bisa memilih yang biasanya menemani Anda." Pria gendut itu menunjuk lima orang wanita yang berjejer dengan tinggi yang sama rata. Mereka mengenakan gaun yang sangat terbuka dan melekat sempurna di tubuh seksi mereka. Wajahnya telah dipoles dengan make up tebal. Terlihat sangat sensual. Mereka sepertinya memang diciptakan sebagai penggoda. Penggoda kaum lelaki yang membutuhkan kenikmatan yang ditawarkan oleh mereka.
Regan mengamati kelimanya, yang telah memamerkan senyum menggoda dan berusaha keras agar salah satu dari mereka bisa terpilih menjadi teman Regan malam ini. semua dari mereka tentu saja berlomba-lomba mendapatkan perhatian pria itu, karena bukan saja kenikmatan yang akan didapat, tetapi juga materi yang banyak jika Regan merasa puas dengan service yang diberikan.
"Aku tidak suka dengan mereka. Aku sudah bosan dengan perempuan-perempuan seperti ini," ucap Regan dengan kasar, yang langsung mematahkan semangat-semangat wanita itu karena tidak berhasil terpilih.
Pria gendut itu tentu saja ikut kaget karena para wanita-wanita yang telah terbiasa dengan Regan sudah didandani sedemikian rupa demi memamerkan pesonanya pada Regan. Tetapi ternyata pria itu malah menolak wanita-wanita pilihannya. Sepertinya hanya Drey yang memang bisa memuaskan pria congkak di hadapannya ini.
Sialan wanita murahan itu! Kalau sampai malam ini Regan marah besar, makan Drey harus siap-siap mengangkat kaki dari club malam ini.
"Kalau begitu, Anda bisa memilih yang lainnya."
Regan tersenyum menyeringai. Mulai menatap sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir-hampir semut yang mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan, gumamnya dalam hati. Semua manusia di dunia ini memang murahan dan penjilat.
Regan merasa sangat marah besar saat mendapati wanita yang dicarinya tidak ada di sini. Sialan. Tidak mungkin wanita murahan itu membohonginya dan tidak mungkin juga orang kepercayaannya ikut berbohong. Wanita yang menjadi alasannya datang ke tempat ini pastinya hanya sedang bersembunyi. Dan dengan mata jelinya, dia pasti akan mendapatkan 'Kelinci' kesayangannya itu.
Namun, pencariannya akhirnya membuahkan hasil. Wanita yang dicarinya memang berada paling belakang, dekat dengan meja bartender, dan sejak tadi hanya menunduk dengan tangan yang saling meremas. Meskipun di bawah keremangan lampu, Regan bisa mengenali wanita itu. Perempuan yang terlihat salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya.
Mungkin setelah ini, Regan akan memberikan hadiah yang besar untuk Audrey karena telah mendandani wanita itu menjadi terlihat sangat cantik, dengan pakaian waitress yang kelewat seksi. Meskipun terlihat jelas kalau wanita itu kurang nyaman dengan segalanya, dengan tempat dan pakaian yang dikenakan.
Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya.
"Aku mau dia!" gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.