Plakk!
Suasana di dalam klub itu menjadi hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang penambah hiruk pikuk itu pun berhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Rachelia yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Regan yang membatu duduk di sofa VIP-nya.
Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Rachelia. Begitu menyakitkan hingga membuat Rachelia menjerit kesakitan.
"Kurang ajar kau! Berani-beraninya kau telah memukul Tuan Regan," teriak sebuah suara berat dan kasar. Rachelia menoleh dan mendapati dirinya sedang ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Regan.
Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tetapi Rachel tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya kembali tidak beraturan, terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai perempuan kekuatannya begitu tidak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki.
"Lepaskan dia!" suara dingin Regan terdengar di keheningan, dan di antara kerja keras Rachelia yang tergolong sia-sia saat berusaha melepaskan diri dari cengkeraman pria bertubuh besar dan kekar itu.
Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang dikenal oleh Rachelia kini berubah menjadi begitu kejam, terlebih lagi pada perempuan yang berani menamparnya.
Mendengar titah dari bosnya, seketika itu juga bodyguard Regan yang berbadan kekar melepaskan Rachelia, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta. Tenaganya benar-benar terkuras habis malam ini. Shit!
Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Regan masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas dari tamparan Rachelia.
"Berapa hargamu?" suara Regan terdengar tenang dan dingin.
Sial! Apa yang diinginkan pria di depannya ini?
Mata Rachelia membelalak. Harga? Apa yang sedang dibicarakan lelaki brengsek ini? semuanya terlanjur kepalan basah, sehabis ini Regan pasti benar-benar tidak akan melepaskan Rachelia. Kenapa dia harus kembali bersinggungan pria itu, yang kini perhatiannya teralihkan semuanya pada Rachelia. Seharusnya dia menyelesaikan malam ini dengan baik, dan keesokan harinya dia tidak akan lagi menginjakkan kakinya di tempat terkutuk ini.
Seharusnya ketika Regan mulai melecehkannya dia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi perempuan gampangan. Seharusnya dia mau berkorban demi perasaannya. Setidaknya kalau dia menurut, Regan mungkin akan merasa senang dan pada akhirnya akan melepaskannya. Tetapi sekarang sudah terlambat, mereka kini menjadi tontonan banyak orang. Dan Rachelia yakin, kali ini Regan tidak akan membiarkan wanita itu hidup tenang setelah dirinya dipermalukan di depan banyak orang.
Renata, primadona di bar ini mendekati Regan dengan tatapan merayu. Dialah yang bisanya dipilih Regan jika Audrey tidak ada untuk menemani lelaki itu minum ketika Regan berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Regan tampak begitu tertarik kepada pengganti Audrey itu. Selama ini dia sudah menahan kecemburuan pada Audrey, berharap agar wanita itu menghilang saja agar fokus Regan beralih semua kepada dirinya. Tetapi malam ini dia kembali dikalahkan oleh pesona wanita yang tidak ada apa-apanya itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, pengganti Audrey itu jauh lebih jelek daripada dirinya.
"Sudahlah Regan." Renata menyentuhkan tangannya di kerah kemeja Regan. "Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani—aduh …."
Renata mengaduh kesakitan karena Regan merenggut tangannya yang meraba kerah baju Regan. Jemari Regan mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya sehingga terasa menusuk ke tulang.
"Menyingkir!" gumam Regan dengan tatapan membunuh pada Renata, lalu menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar sehingga tubuh Renata terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan kesakitan Renata lekas-lekas pergi menjauh.
"Nah." Regan memutuskan mata dinginnya kembali ke Rachelia. "Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya."
****
Rachelia tertegun marah mendengar pelecehan Regan atas dirinya secara terang-terangan. Berapa harganya? Huh! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau?
Lelaki iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak perempuan yang bertekuk lutut di bawah kakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada perempuan yang tidak sudi disentuh olehnya.
Dengan marah Rachelia mendongakkan dagunya menantang Regan. "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda," gumamnya kasar.
Suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti reaksi Regan. Mereka semua sudah pasti tidak menyangka ternyata ada wanita lemah yang berani menantang Regan. Mereka berdecak kagum atas keberanian yang diperlihatkan oleh wanita itu, serta merasa kasihan sekaligus. Karena dia tahu apa yang akan terjadi pada wanita itu yang akan dilakukan oleh Regan karena telah berani melawannya. Sudah pasti kehancuran yang akan diterima oleh wanita tersebut. Wanita pengganti itu benar-benar berani telah melawan seorang Regan sang penguasa.
Namun, tidak disangka-sangka Regan malah tersenyum. Lalu melirik ke arah body guardnya. "Tidak ada satu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," ucap Regan dengan nada datar dan memberikan isyarat tangan kepada para bodyguardnya.
Para body guard itu mulai mendekat, tetapi dengan cepat Rachelia berseru yang membuat Regan mematung di tempatnya. "Jadi, ini yang kau lakukan semenjak Valerie sudah tidak ada? Apa kau tidak malu padanya?"
Kalimat itu menyimpan arti bagi Regan. Rahangnya kini berubah menegang, dengan kedua tangan yang mengepal erat. Wajahnya memerah dan terlihat jelas kalau amarahnya telah tersulut oleh kalimat yang dilontarkan oleh Rachelia.
"Jangan mengucapkan namanya dengan mulut kotormu itu!" desis Regan.
Namun, Rachelia semakin menantang pria tersebut. "Kenapa? Apa kau sudah mulai menyadari kesalahanmu. Aku yakin Valerie akan malu melihatmu yang berubah seperti ini. Aku jadi kasihan pada Valeri—"
"Aku bilang berhenti mengucapkan nama itu, Sialan!" Tangan Regan berhasil mencengkeram rahang Rachelia dengan kekuatan penuh, hingga rasa-rasanya rahang itu akan diremukkan dengan sekali sentakan.
Rachelia meringis kesakitan. Pria itu benar-benar tidak tanggung-tanggung mengeluarkan tenaganya sebagai laki-laki, tanpa tahu kalau orang yang sedang disakitinya itu adalah seorang wanita.
"Jangan sekali-kali menyebut nama itu lagi dengan bibir kotormu ini!" ulang Regan kembali, dengan tangan yang masih bertengger di rahang Rachelia.
Semua orang tidak ada yang berani menolong Rachelia, meskipun wanita itu sedang kesakitan dan berusaha keras melepaskan diri namun sia-sia. Cengkeraman Regan terlalu keras, dan sukar dilepaskan dengan tenaga lemahnya.
"Kalau aku mendengar mulutmu ini menyebut namanya lagi, saat itu juga aku akan membunuhmu!" ancam Regan.
Rachelia hanya bisa meringis dan terus berusaha menahan laju air matanya, namun seberapa pun ia mencoba, tetap saja air mata lemahnya mengalir menyapa kedua pipinya. Menunjukkan betapa lemah dirinya sebagai wanita di depan Regan.
"Malam ini aku memaafkanmu, karena servis yang kamu berikan. Tetapi lain kali, kau benar-benar akan hancur di tanganku."
Dengan sekali dorong, tubuh Rachelia jatuh terjerembap di atas lantai disusul suara pekikan dari orang-orang di sekitarnya. Lantai yang dingin dan keras langsung menyambut tubuh Rachelia, membuat seluruh tubuhnya kesakitan.
"Suruh wanita murahan ini pergi! Aku tidak ingin melihatnya lagi," geram Regan pada pria bertubuh gendut yang tetap setia berdiri di belakangnya.