Chereads / The Devil's Revenge / Chapter 8 - Apologize

Chapter 8 - Apologize

"Terima kasih atas tumpangannya, Pak." Setelah mengatakan kalimat ucapan terima kasihnya Rachelia bergerak turun dari mobil, namun pergerakannya terhenti saat David memegang lengannya.

David berdeham kemudian membuka suara. "Benar kamu tidak apa-apa, Rachel?"

Rachelia menoleh dan mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti. Dia kemudian tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Pak. Memangnya aku terlihat tidak baik-baik saja?"

David hanya terdiam dan menatap Rachelia dengan lekat, kemudian menggeleng setelah beberapa detik berlalu. "Tidak ... tidak apa-apa, Chel. Aku memiliki banyak pertanyaan, tetapi aku rasa itu kurang sopan untuk menanyakannya."

"Baiklah, aku masuk dulu, Pak. dan terima kasih atas tumpangannya, besok aku akan membawakan jaket ini setelah aku cuci." Tanpa menunggu jawaban, Rachelia sudah keluar dari mobil dan melangkah memasuki gedung apartemen kecil miliknya tanpa menoleh.

David sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini, Rachelia memang tidak pernah sedikit pun menunjukkan rasa tertariknya meskipun David sudah menunjukkan banyak perhatian yang menjurus ke arah ingin memiliki. Tetapi ya, itulah Rachelia dengan segala rahasia hidupnya.

David memiliki banyak pertanyaan terhadap wanita di depannya ini. Pertanyaan yang mendominasi adalah kenapa dia bisa berada di pinggir jalan dekat sebuah klub besar dengan dandanan dan pakaian seperti itu. Bukannya men-judge, tetapi melihat pakaian wanita itu sudah jelas kalau dia bekerja di dunia malam. David tidak akan mencampuri urusan karyawannya, dia tidak membatasi karyawannya kalau dia memiliki pekerjaan sampingan, di samping ia masih bekerja dengan baik pada perusahaannya dan tidak mengganggunya sama sekali dengan pekerjaan sampingan itu.

Hanya saja, Rachelia di depannya itu begitu mengambil perhatiannya sejak pertama kali dia melihatnya. Wanita cantik yang begitu lembut menyihirnya saat pertama kali melihat wanita itu sedang berlarian memasuki lift dan hampir saja menabraknya, belakangan dia tahu kalau dia terburu-buru karena takut terlambat. Rachelia saat itu tanpa sengaja menabraknya dan membuatnya terjatuh, tetap meskipun begitu dia sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit dan malah berdiri bahkan terus-terusan melontarkan permintaan maafnya.

Wanita itu tidak berhenti mengutarakan permintaan maaf, sampai David jengah sendiri dan menerima permintaan maaf itu. Setelah mendengar suara David, barulah wanita itu berlalu dari hadapannya. Dan ia ingat betul, saat itu Rachelia sama sekali tidak berniat menatap matanya dan hanya menunduk terus menerus.

Sejak saat itu, Rachelia benar-benar mengambil alih perhatiannya. Diam-diam ia mengamatinya dari kejauhan, dia tidak lebih dari penguntit. Tetapi semua yang dilakukan tanpa alasan, dia penasaran tentang wanita itu. Dan sampai kemudian beberapa kejadian demi kejadian mendekatkan mereka, David tentu saja begitu bahagia akhirnya bisa mengenal baik wanita itu.

Meskipun belum ke tahap yang lebih jauh, tetapi David sudah tahu seluk beluk keluarganya. Rachelia ternyata sebatang kara dan hanya hidup berdua bersama kakak lelakinya. Tetapi, meskipun begitu dia terlihat bahagia hidup pas-pasan. Rachelia memang wanita introvert, setahunya dia hanya berteman dengan satu divisinya bernama Audrey. Hanya itu, mungkin karena saking tertutupnya kepribadiannya.

Dan, kini wanita itu semakin tertutup semenjak kejadian satu bulan yang lalu—kematian Mike, kakaknya. Kehilangan itu ternyata membawa dampak besar bagi Rachelia, wanita itu semakin terlihat kehilangan semangat hidup. Wanita itu selalu terlihat bersedih dan terlihat memiliki beban hidup yang berat.

David menatap kepergian Rachelia yang sudah semakin menjauh, dan sedikit pun sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

Rachelia, bolehkah aku menjadi pelindung yang mencintaimu dan pengobat pelipur laramu?

****

Regan menyesali karena telah melepaskan wanita itu dengan begitu mudahnya. Kini wanita itu masih berkeliaran dengan bebasnya bahkan menjalin hubungan dengan seorang pria. Apa yang dilihatnya tadi menunjukkan kalau mereka memiliki hubungan khusus. Meskipun dia tidak bisa melihat dengan jelas rupa pria itu, karena hanya bisa melihat punggungnya, tetapi Regan yakin sekali kalau yang menjadi kekasih Rachelia adalah orang yang memiliki kekuasaan sama sepertinya.

"Siapkan segalanya, besok wanita itu harus benar-berada dalam cengkeramanku. Malam ini biarkan dia beristirahat dan menikmati kehidupan tenangnya."

Tanpa basa-basi, Regan langsung menghubungi tangan kanannya itu, Andreas.

"Baik, Tuan," jawab Andreas di seberang sana.

Tanpa menunggu jawaban, Regan langsung memutuskan sambungan telepon. Setelah itu tatapannya kembali ke tempat di mana gedung kecil itu berada, tepatnya letak unit apartemen yang ditempati oleh Rachelia selama ini. Sudah dari tadi Regan memarkir mobilnya dan memantau gedung apartemen kecil itu.

Bahkan dia melihat dengan jelas sebuah mobil mewah mengantarnya pulang dan bahkan mobil itu terlihat lama memarkir, setelah Rachelia memasuki gedung barulah mobil itu melenggang pergi menjauhi gedung tersebut.

Tanpa melakukan sesuatu, Regan hanya mengamati dari kejauhan tempat itu. Sudah lama dia memantau pergerakan wanita itu, bahkan merencanakan sesuatu kehancuran untuk wanita tersebut. Malam ini dia masih membiarkan wanita itu tidur dengan tenang dan menikmati hidupnya. Tetapi setelah ini, Regan bersumpah akan menciptakan sebuah neraka menyakitkan untuk wanita itu. Rachelia memang pantas untuk mendapatkannya, sebagai tameng atas perbuatan Mike pada dirinya dan kehidupannya. Wanita itu yang berhak mendapatkan rasa sakit yang selama ini Regan rasakan.

Setelah unit milik Rachelia gelap, menandakan sang empu sudah menikmati tidurnya. Barulah Regan berlalu dari tempat itu, menyisakan banyak janji bahwa keesokan harinya dia akan datang dan menjemput wanita itu untuk mendatangi neraka yang telah diciptakan untuknya.

Ah, Regan sudah tidak sabar akan hal itu.

****

Rachelia merasa begitu lelah hari ini, pertemuannya dengan Regan dan segala rentetan kejadian begitu mengganggunya. Dia ketakutan, sangat ketakutan melihat pria itu muncul di hadapannya. Tetapi di antara segala rasa takut itu, kemarahan lebih menguasainya saat Regan malah melecehkannya di hadapan banyak orang. Sungguh, tidak ada yang pernah melecehkan sedemikian rupa seperti yang dilakukan oleh pria itu. Hal itu yang membuatnya semakin marah.

Setelah membersihkan diri dan menghilangkan jejak-jejak sentuhan pria itu pada tubuhnya, Rachelia bersiap untuk tidur. Tetapi ponselnya yang tergeletak di atas nakas mengambil alih perhatiannya.

Audrey is calling.

Sekilas ia tidak ingin mengangkat panggilan itu, dia masih sedikit kesal pada dirinya lebih tepatnya. Kalau tidak mengikuti permintaan Audrey, dia tidak akan mungkin bertemu pria brengsek itu dan mendapatkan pelecehan yang merusak harga dirinya. Tetapi pemikiran lain kembali mengganggunya, memangnya kamu akan setega itu melihat ibu dari temanmu menderita karena penyakitnya?

Di tengah pergolakan batinnya, Rachelia menerima panggilan dari Audrey.

"Oh, syukurlah! Akhirnya kau mengangkatnya. Apa kau baik-baik saja, Rachel?"

Rachelia menghela napas dengan pelan. "Bohong kalau aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja, karena nyatanya aku sama sekali tidak baik-baik saja."

Terdengar suara Audrey kembali di seberang sana. "Maaf ... maafkan aku, Chel. Aku sama sekali tidak tahu kalau bos besar akan mengunjungi klub malamnya. Maaf karena—"

"Aku yang seharusnya minta maaf, Audrey," potong Rachelia. "Aku minta maaf karena mengacaukan segalanya, maafkan aku karena aku tidak memiliki banyak kesabaran sehingga saat ada yang melecehkanku aku membalasnya dengan kasar."

"Tidak, Chel. Apa yang kamu lakukan sudah benar, kau harus melawan siapa pun yang akan menyakitimu ataupun bersikap kurang ajar. Dan sekali lagi maaf karena membawamu ke dalam situasi yang rumit padahal aku tahu kau sudah memiliki beban hidup yang besar."

"Aku tidak apa-apa. Sudah dulu ya, aku sangat kelelahan malam ini."

"Istirahatlah, Rachel. Dan selamat malam!"

"Selamat malam."

Dan sambungan telepon terputus begitu saja. Rachelia berbaring nyalang dan menatap langit-langit kamar. Terkadang dia ingin menyerah dengan semua yang terjadi dan kadang ia juga ingin menyusul Mike.

Hidup ini terlalu berat untuk dilaluinya sendiri.