"Please ... bantu aku, Rachel!"
Sejak tadi temannya ini terus menerus memohon meminta bantuan kepadanya. Rachelia sudah pasti akan membantu seandainya bukan sesuatu yang mustahil yang diminta oleh wanita itu. Tempat itu adalah tempat yang terlarang bagi Rachelia dan ia sudah berjanji kepada diri sendiri bahwa dia tidak akan menginjakkan kakinya di tempat tersebut.
Dan memang benar, di usianya sekarang, dua puluh enam tahun ia memang tidak pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut. Mike dahulu begitu menjaganya dan mengharamkan tempat itu untuknya, dan sampai sekarang ia tentu saja masih mengingat larangan kakaknya itu. Oleh karena itu, sampai kapanpun dia tidak bisa melakukan permintaan Audrey.
"Aku tidak bisa, Audrey. Maaf, ya!" ucap Rachelia sambil melanjutkan pekerjaannya.
Audrey masih keukeuh membujuk Rachelia untuk membantunya. Wanita itu adalah teman satu-satunya dan hanya wanita itu yang dapat membantunya.
"Aku mohon, Rachel. Kalau aku absen malam ini gaji aku akan ditahan dan kamu tahu apa yang akan terjadi, aku tidak bisa membayar operasi ibuku."
Rachelia menoleh ke arah temannya yang bernama Audrey itu, seorang wanita yang satu-satunya mau berteman dengannya di tempat kerjanya. Seorang wanita berkacamata tebal, dengan dandanan yang lebih ke perempuan cupu. Tetapi tidak ada yang tahu dibalik dandanannya itu, dia akan berubah menjadi wanita cantik jika malam tiba, semua itu karena tuntutan pekerjaan.
Audrey pernah bercerita kalau ibunya penyakit jantung yang harus secepatnya di operasi, oleh karena itu Audrey bekerja banting tulang untuk mencari biaya untuk operasi ibunya. setahu Rachelia, Audrey itu juga bekerja saat malam setelah pulang dari kantor. Tetapi dia sama sekali tidak tahu pekerjaan apa yang digelutinya dan baru ketahuan sekarang.
"Di sana ada teman aku yang bakal menjagamu. Kamu hanya sebagai waitress di sana, menggantikan aku untuk malam ini saja. Ibuku meminta untuk menemaninya malam ini, dan aku tidak bisa lagi berbohong untuk menolaknya."
Rachelia dibuat tidak bisa berkata-kata lagi. Dia dilema. Satu sisi dia kasihan dengan Audrey, apalagi wanita itu memohon-mohon padanya. Tetapi di satu sisi Rachelia tidak terbiasa ke tempat itu. Dia ketakutan.
Demi Tuhan! Pekerjaan yang dimaksud oleh Audrey adalah waitress di club malam terkenal di kota ini. seandainya hanya menjadi waitress biasa di cafe atau pun restoran, di kalimat pertama Audrey meminta dia akan langsung mengiyakan. Tetapi ini club. Tempat yang tidak pernah Rachelia datangi dan tidak akan pernah dia datangi.
"Tetapi ini club, Audrey. Tempat yang tidak bisa aku datangi. Kamu minta sama yang lain aja, ya!" lirih Rachelia dengan perasaan tidak enak telah menolak permintaan Audrey.
Audrey menunduk murung. "Ya sudah kalau kamu tidak bisa. Sepertinya aku harus merelakan bulan ini ibuku tidak di operasi. Mungkin nanti bulan depan aku masih bisa kerja mati-matian untuk mendapatkan uang operasi untuk ibuku."
Mata yang telah mengeluarkan air mata itu seketika membuat Rachelia merasa bersalah. "Audrey, jangan menangis!"
"Bagaimana aku tidak menangis, Rachel. Aku tidak bisa membayangkan ibuku akan terus-terusan terbujur kesakitan di atas ranjang rumah sakit. Ibu aku sangat ingin sembuh, tetapi aku belum bisa mengabulkannya."
Rachelia semakin dibuat kebingungan. Bagaimana mungkin dia akan setega itu menolak permintaan seseorang yang begitu baik padanya selama ini. Satu-satunya orang yang mau mengajaknya berbicara, di saat yang lain menghindarinya entah karena apa.
Lagian kata wanita itu hanya menjadi waitress biasa, hanya menghidangkan beberapa minuman pada tamu dan selesai. Kata Audrey juga, dia punya teman di sana yang akan menjaganya. Rachelia hanya harus meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Rachelia menghela napas dengan berat. "Baiklah, Audrey. Aku akan membantumu, tetapi hanya untuk malam ini saja. Ke depannya aku harap kamu tidak memintaku untuk menginjakkan kaki lagi di tempat itu."
Audrey tersenyum sumringah. "Tentu, tentu saja, Rachel. Sekali lagi terima kasih. Kamu memang adalah sahabat paling baik."
Rachelia hanya bisa tersenyum tipis dan membalas pelukan kebahagian yang dilakukan oleh Audrey. Ketakutan tentu saja masih menghantuinya. Semoga pilihannya ini tidak salah. Semua pasti akan baik-baik saja.
****
Regan Antonio Chadwell, pria tiga puluh dua tahun itu dengah duduk di atas kursi kebesarannya, seraya memandangi selembar foto yang berisikan wajah gadis cantik dengan pria yang sangat dikenalnya.
Rahangnya mengeras, giginya bergemeletuk, matanya memerah ketika tatapannya jatuh pada wajah sang pria di foto itu. Sedetik kemudian, iris birunya beralih ke arah pintu ruangan pribadinya yang baru saja terbuka.
"Dia sudah berhasil, Sir," ucap seorang pria padanya.
Salah satu sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman licik ketika sang empu mendengar kabar yang sangat baik itu.
Sebentar lagi ....
"Siapkan mobil! Aku harus menjemputnya dan bermain-main sebentar dengannya."
Regan berdiri dan berderap meninggalkan ruangan itu, diikuti oleh seseorang yang baru saja memberitahu kabar baik tersebut. Dia menuruni anak tangga satu persatu dan berjalan menuju mobilnya. Ini adalah sesuatu yang dia tunggu-tunggu setelah sekian lama dan Regan akan memastikan kalau orang itu akan hancur di tangannya.
"Perintahkan beberapa orang untuk ikut bersamaku!"
****
Suasana yang hingar bingar membuat Rachelia mengernyitkan matanya. Inilah yang tidak disukai dari tempat ini, karena dia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Dia merindukan kamarnya, kamar tenang yang damai, tempat biasanya ia duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup.
Tetapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, tetapi dia tidak bisa. Ini demi Audrey dan kesembuhan ibunya. Ibu dari temannya itu butuh operasi secepatnya, oleh karena itu Rachelia mencoba membantunya dengan cara ini. Biarkan saja Audrey quality time malam ini bersama ibunya, dan Rachelia di sini bekerja keras untuk memberikan bantuan.
Rachelia terus mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek. Rachelia seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Rachelia kini menjelma menjadi orang berbeda dengan dandanan seperti ini. Oh Tuhan! Semoga tidak ada yang mengenalinya di tempat ini. Baik itu kenalannya ataupun kenalan dari mendiang kakaknya.
Rachelia mengernyitkan matanya lagi. "Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan," desahnya.
Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Rachelia, matanya mendapati seorang laki-laki yang tidak terlihat jelas wajahnya, namun kedatangannya begitu heboh dikelilingi beberapa bodyguard berbadan kekar. Sepertinya dia orang yang berpengaruh di club ini, terlihat beberapa orang sangat senang menyambut kedatangannya.
Rachelia tentu saja ikut penasaran dengan rupa orang terkenal itu. Dengan rasa penasaran yang besar, Rachelia menjinjitkan kakinya itu dan berusaha melihat dengan jelas wajah pria yang terlihat tidak jelas karena dikerumuni banyak orang.
Dan ... Oh Tuhan! Pria itu ... pria itu adalah orang yang sangat dikenalnya.
Kenapa dunia sesempit ini? kenapa Rachelia dengan kebetulannya harus melihat pria itu lagi?
Dia adalah Regan Antonio Chadwell, orang yang telah membunuh Mike, kakaknya.