Kondisi demam Regan ternyata semakin parah, mungkin karena itulah yang membuat pria itu sampai harus bermimpi buruk. Rachelia mengira bahwa keadaan pria itu sudah membaik, pasalnya tadi dia sudah terlihat lebih baikan bahkan sempat memarahinya.
Dengan sangat cemas, Rachelia meletakkan tangannya di dahi Regan, astaga! Panas sekali. Dengan cepat dia meraih handphone-nya dan memencet nomor dokter Abraham, untungnya dokter tersebut masih tersadar di pagi-pagi buta seperti ini. Mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa dimintai tolong, mengingat para pelayan di rumah ini semuanya kembali ke tempat mereka masing-masing.
Rachelia kemudian menjelaskan secara terperinci tentang kondisi Regan, lalu diletakkannya termometer di tubuh pria itu sesuai instruksi dari dokter Abraham.
"Tiga puluh sembilan derajat!" Rachelia berteriak tanpa sadar. "Dokter, dia panas sekali. Kenapa obat yang Anda berikan semalam tidak membuat kondisinya kembali membaik?"