Hotel Grand Elty Kota S
Jayden yang sudah selesai dengan acara mandinya, membuka pintu ruangan lembab ini kemudian melangkah keluar dengan tangan sibuk menggosok rambutnya yang setengah basah.
Di antara kegiatan mengusaknya telinganya dibuat tegak, sedangkan dahinya mengernyit saat mendengar suara yang sangat dikenal olehnya. Suara lembut sang mama yang saat ini ia lihat sedang berdiri di depan pintu, dengan Kinara yang meladeni.
Apa apa ini? batin Jayden penasaran.
Tidak ingin penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan sang mama, ia pun menajamkan pendengarannya bahkan sampai berhenti dari acara menggosok rambutnya.
Dari pembicaraan keduanya ia mendengar sesuatu yang membuat seketika ekspresi wajahnya berubah, apalagi mendengar perihal bulan madu yang sama sekali tidak diingankannya.
"Sial," desisnya luar biasa kesal.
Jayden lupa akan satu hal tentang sang mama yang suka bertanya jika sudah penasaran akan satu hal. Ia juga tidak kepikiran dengan hal ini, bahkan sebenarnya memikirkan saja sama sekali tidak ingin apalagi sampai benar-benar memikirkannya.
Bulan madu di mana?
Bulan madu, yang benar saja. Ia sendiri malas untuk melihat wajah wanita itu dalam waktu lama. Jadi, bagaimana bisa ia menjalani bulan madu, jika berada satu ruangan dengan istri penggantinya saja rasanya sudah malas.
"Ah! Merepotkan," lirihnya, kemudian dengan cepat menyela ucapan Kinara, sehingga keduanya menoleh ke arahnya.
" Eropa, Jay dan Kinara akan bulan madu ke Eropa Mah."
Dua wanita beda usia ini sama-sama menoleh ke asal suara, saat seseorang menyela dan mendengar jawaban, yang seharusnya di ucapkan oleh Kinara.
"Eropa?"
"Benar. Jadi, Mama jangan ganggu yah. Biar nanti di sana kami bisa lebih cepat mengenal satu sama lain."
Apa maksudnya ini, batin Kinara tidak percaya.
Jalan menghampiri keduanya sambil kembali mengusak rambut setelah menyela ucapan. Jayden terlihat segar dengan rambut setengah basah, melihat dua wanita beda usia dengan alis terangkat, penasaran saat tidak mendengar jawaban dari pertanyaan terakhirnya.
"Kenapa diam saja, apa yang salah dengan ucapanku Mah?"
Kinara merasa ada yang aneh dengan nada suara yang dipakai atasannya, saat ada dan tidak ada sang mertua di tengah-tengah mereka. Kenapa suaminya berbohong kepada mertuanya, belum lagi nada suara yang dipakai masih datar namun sedikit hangat di dalamnya.
Apa Jayden sedang mengajakku bersandiwara? Dia ingin membohongi Mama, batin Kinara tidak habis pikir.
"Jayden anak Mama, jadi kalian benar akan ke Eropa nih. Ah! Mama senang sekali."
Kinara segera menghadap ke arah mertuanya, saat sang mertua berseru senang akan kebohongan atasan yang suaminya. Ia melihat pria itu lagi, yang akhirnya sampai dan berdiri di hadapannya serta sang mertua berdiri. Pria itu juga dengan santai mengamit tangan mertuanya masuk ke dalam genggaman dan mengecup punggung tangan itu.
"Mama belum tidur? Sengaja ingin bertanya hal seperti ini? Padahal Mama 'kan bisa bertanya esok hari, heum?" tanya Jayden mengalihkan pembicaraan.
Ia menatap sang mama dengan tatapan sayang, beda sekali saat menatap istrinya yang saat ini masih tidak percaya dengan perubahan sikap suaminya. Ya, Kinara bahkan sampai mengedipkan kelopak matanya, untuk meyakinkan apa yang dilihatnya saat ini.
Jika sedang seperti ini, aku merasa jika Tuan Jayden adalah laki-laki baik dan menyayangi orang tuanya, terlebih Mama Monik, batin Kinara, memperhatikan dalam diam bagaimana suaminya memperlakukan lembut sang mertua.
"Is ... Mama penasaran. Lagian Mama juga kan ingin bantu kalian siap-siap. Oh! Atau Mama carikan kalia-
"Mah.... Jay sudah siapkan semuanya tanpa ada yang terlewat, kami hanya tinggal berangkat. Mama pikir Jay tidak menanti kesempatan untuk saling mengenal bagaimana masing-masing dari kami? Jadi Mama tenang saja ya. Tadinya sih mau membuat kejutan, tapi Mama sudah keburu bertanya kepada Kinara."
Jayden segera menyela ucapan sang mama yang berceloteh dengan riangnya, tanpa tahu jika setiap kalimat yang diucapkannya, membuat lidahnya seakan gatal dan diam-diam mengumpat, repot karena tahu betapa sang mama yang sangat perhatian kepadanya.
Jayden pun menatap Kinara yang berdiri di sampingnya dengan tatapan yang seakan-akan berkata untuk menuruti dan mengiyakan apa yang diucapkannya.
Sebenarnya, ia akan sangat bahagia dan menerima begitu saja bantuan sang mama, jika wanita yang ia nikahi adalah wanita yang ia cintai. Tapi lihat, ia menikah dengan istri yang tidak diinginkannya, lalu sang mama ingin ia bulan madu, mana sudi.
Aku bahkan ingin sekali menceraikannya, batin Jayden kesal.
Lain Jayden lain lagi dengan Kinara. Jujur saja, hatinya diam-diam berdenyut nyeri, merasakan senang dan sedih disaat bersamaan. ya, ia senang setidaknya ia memiliki mertua yang perhatian, lalu sedih saat tahu jika apa yang diinginkan mertuanya selamanya tidak akan terkabulkan.
Bagaimana ia dan suaminya akan menjalani bulan madu indah, jika pada kenyataannya ia sama sekali tidak diterima kehadirannya oleh sang suami.
Bahkan untuk bulan madu pun ia harus berpura-pura senang karena mendapatkan kejutan, pura-pura bahagia dengan rencana semu, juga pura-pura bahagia dengan sikap suaminya yang saat ini sedang berakting baik kepadanya.
Kinara tersentak kaget dengan sentuhan tiba-tiba di bahunya, disusul dengan cengkaraman kuat, dari suaminya yang saat ini sedang merangkul bahunya mesra. Ah! maksudnya pura-pura mesra dengan seulas senyum tipis yang diumbar.
Ukh.... Ini sakit sekali, batin Kinara menahan ringisan.
Cengkramannya sakit, tapi meskipun begitu dengan senyum canggung ke arah mertuanya yang keliatan bahagia tanpa tahu kesakitannya.
"Kinara, kamu belum menjawab pertanyaanku. Ada apa?" tanya Jayden dengan nada khawatir pura-pura, semakin mencengkram bahu Kinara yang akhirnya menjawab dengan gugup, tapi segera lancar saat kekuatan cengkaraman semakin terasa.
Sepertinya ia melamunkan pertanyaan dari suaminya, sehingga sang suami pun gemas dan tidak ingin sang mama tahu kenyataan sebenarnya.
"Iy-iya Mah. Nara memang belum tahu, tadinya Nara kira hanya akan di daerah sini saja, tapi ternyata di Eropa. Nara terkejut mendengarnya."
Harus berapa kali ia berbohong seperti ini. Dalam sepanjang hidupnya di dunia ini, baru ini ia berbohong kepada seseorang dan itu karena suaminya, suami yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu.
Tuhan, apa aku akan dimaafkan, jika aku meminta ampun untuk dosa kebohonganku, batin Kinara dengan hati miris.
"Ah! Mama senang sekali, jika kalian sudah saling berbicara seperti ini. Mama kira kalian akan saling diam, tapi Mama salah. Kalian bahkan sudah tampak mesra," ucap Monika dengan binar bahagia saat melihat betapa mesranya anak dan menantunya.
Sekali lagi Kinara hanya bisa tersenyum miris, akan kesenangan semu yang ditampilkan suami dan dirinya. Ia menatap tangan suaminya yang bertangger manis di bahunya tanpa canggung, seolah suaminya memang menyukainya, padahal jelas nyatanya tidak.
"Mama tidak mengantuk? Lihat sudah pukul berapa ini," tanya Jayden mengalihkan pembicaraan, saat sang mama membahas tentang keakraban ia dan istrinya saat ini.
"Belum mengan- ah! Mama mengantuk sekali, Mama harus istirahat. Besok Mama akan mengantar kalian sampai bandara ya. Selamat istirahat!"
Awalnya Monika atau Mama Jayden ini ingin sekali berbincang dengan pasangan ini. Tapi saat melihat tatapan sang anak seakan mengatakan jika mereka ingin berduaan, ia pun tersadar jika ia hanya akan mengganggu.
Tatapan yang disalah artikan oleh Monika, dengan kenyataan jika Damar hanya berpura-pura tidak suka, saat sang Mmama berencana berlama-lama di depan kamarnya.
"Baiklah Mah, selamat malam, selamat istirahat."
Dengan begitu, Monika pun pergi meninggalkan kamar pasangan pengantin baru ini, dengan langkah riang dan hati gembira, saat ia tidak sabar menantu cucu lucu dari pernikahan anaknya.
"Ah! Aku tidak sabar menanti cucu pertama," gumam Monika dengan khayalan semu indahnya.
Sepeninggalnya sang mama dari hadapan mereka. Jayden pun dengan segera melepaskan rangkulannya, kemudian menatap tajam ke arah Kinara dengan handuk mengelap kasar tangannya. Seakan ia akan terkena penyakit dan kuman, jika tangan yang tadi digunakan untuk merengkuh bahu istrinya tidak segera dibersihkan.
Sialan, jangan sampai aku bersentuhan dengannya lagi, batin Jayden kesal.
"Heh! Jangan senang dengan kejadian barusan. Kau dengat ya, yang tadi itu adalah sandiwara dan kedepannya akan seperti itu sampai aku menemukan Liana. Ingat! Kau harus bersikap apa jika ada Mama di hadapan kita. Apa kau paham!?"
Deg!
Kinara, yang awalnya menundukkan kepala dengan cepat menatap Jayden dengan tidak percaya.
Sandiwara?
Dan ia selamanya akan menjalani rumah tangga dengan sebuah sandiwara, tanpa ada kesempatan merasakan kebahagiaan rumah tangga yang seutuhnya.
"Dengar tidak!" hardik Jayden, saat tidak mendapat jawaban dari Kinara yang hanya menatapnya tidak percaya. "Tuli yah? Hais, sial sekali nasibku."
Karena kesal dengan keterdiaman Kinara, Jayden pun memilih meninggalkan wanita pengganti itu sendiri di depan pintu kamar. Ia berjalan santai menuju ranjang dan tanpa beban merebahkan tubuhnya, bersiap istirahat dan bersiap untuk menghadapi kenyataan esok hari.
Takdir macam apa ini, istri pengganti. Yang benar saja! batin Jayden sebelum jatuh dalam buaian mimpinya.
Bersambung