"Beliau terkena kangker paru-paru stadium 3" ucap dokter tersebut. Apa! Ya Allah Mbah Uti. Air mataku mengalir deras setelah mendengar penyakit yang di derita Mbah Uti. Ya Allah kasihanilah Mbah Uti, Angkatlah penyakitnya.
"Ning Kayla yang sabar nggih." Kang Ali mencoba menenangkanku. Aku memikirkan bagaimana caranya agar Mbah Uti bisa sembuh seperti sedia kala. Aku sadar umurnya pun sudah tua. Namun beliau sangat semangat seperti jiwa anak muda.
Rasanya aku tak sanggup bila berpisah dengan Mbah Uti sedangkann keadaan beliau seperti ini. Bagaimana aku bisa tenang jika melihat Mbah Uti tidak bugar sedangkan aku harus tholabul ilmi ke Mesir. Aku bingung dan dilema, apa yang harus kulakukan?
Sedangkan Mbah Uti masih kritis dan aku tak dapat melihat beliau sekarang, padahal ini hari terakhirku disini. Besok sudah jasad dan jiwa ini terbang ke Tanah Nabi tersebut dan akan lama bisa bertemu beliau kembali.