Setelah selesai maulidan, kami pun menuju ndalem. Sedangkan santri-santri menyetorkan hafalannya ke Ustadz dan Ustadzah. Kenapa mataku tak bisa menahan kantuk? Tak biasanya seperti ini. Aku pun menuju tempat tidur dan terlelap tanpa mempedulikan Amel yang terus mengoceh.
Lelah melihat semua kenyataan ini, namun aku bersyukur aku tak perlu capek untuk berusaha menjauh dari Gus Zain, nyatanya justru aku yang dijauhkannya oleh Allah. Aku pun menutup mataku dan tertidur berharap mimpi yang indah menghampiriku.
Keesokan harinya, pukul 7 pagi. Aku melihat Mobil Pesantren Mambausshofa. Nampaknya mereka sudah berada disini. Allah, cepet banget sih! Pasti sebentar lagi Umi memanggilku. Satu dua tiga, "Kaylaaaa..!" kan apa kataku. "Nggih Umi." Aku pun segera menuju ke ruang tamu dan menghampiri mereka. Lihat Amel masih tertutup matanya. Masya Allah Amel Apakah di tak salat subuh? Aku pun tak menghiraukannya dan ruang tamu untuk keluarga Kyai Al Faqih.