Sesampainya didepan kostan Bella, ternyata Bella sudah menunggunya didepan gerbang. Setengah berlari dia menghampiri Beni, Wajahnya menunjukan kekhawatiran.
"Kamu gak apa-apa? Benar dugaanku, kalau yang kemarin malam berkelahi itu adalah kamu, baru saja aku mendengar obrolan ibu-ibu di warung depan. Mereka ramai membicarakan tentang perkelahian tadi malam, mereka fikir ada perang antar gank!" Bella bicara tanpa henti sembari memegang kepala Beni dan memeriksa setiap inchinya.
"Bokir?" Tiba-tiba Bella menyebut nama itu dengan tatapan curiga.
"Bokir yang memukulimu lagi Zheyeng?" Ucap Bella semakin mendesak Beni mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.
"Boleh masuk dulu? Ga enak juga kita ngobrol disini, kakiku pegel, Hehe.." Ucap Beni dengan santainya.
"Kamu tuh ya! Orang lagi khawatir malah cengengesan!" Timpal Bella sembari menuntun Beni masuk ke dalam kamarnya.
"Hehe, aku tidak apa-apa, jangan khawatir ya!" Ucap Beni berusaha santai, sembari mencubit dagu Bella dengan genit.
"Ih ganjen!" Ucap Bella melirik Beni yang nampak mengulum senyum.
Lalu mereka masuk, dan duduk lesehan didalam kamar Bella, nampak Bella tidak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama lagi.
"Jadi gimana kejadiannya?" Tanya Bella.
"hmmm, kamu udah makan? mau aku pesanin apa? order online aja ya?" Ucap Beni seolah tidak menghiraukan pertanyaan Bella.
Beni nampak masih belum mau menceritakan kejadian tadi malam. Dia sungguh tidak ingin membuat Bella khawatir.
"Eerrghhh! Kamu tuhh yaaa bikin aku gregeeettt! Iiiihhh!" Ucap Bella sembari cemberut, lalu dengan gemas mencubit tangan Beni.
"Aduuhhhh!" Beni meringis kesakitan.
"Rasakaaan! Hehehe." Kata Bella tersenyum puas, giliran Bella yang cengengesan.
"Cepat ceritakan!" Lanjut Bella, nampak sangat penasaran.
"Hemm baiklah, tadinya aku tidak akan menceritakannya ke kamu, aku tidak mau membuat kamu khawatir, lalu marah-marah." Kata Beni seolah-olah menahan diri untuk tidak menceritakan kejadian itu.
Tapi ketika melihat tangan Bella sudah siap untuk mencubitnya lagi, Beni dengan segera mulai menceritakannya.
"Oke oke, jadi tadi malam itu, setelah aku nganterin kamu pulang. Diperjalanan, tak jauh dari sini ~"
Beni menceritakan kronologisnya secara detail dan gamblang, bagaimana dia di pepet, dipukuli, dibentak dan diteriaki sampai tersungkur, hingga akhirnya ditolong oleh abang-abang ojol. Semuanya Beni ceritakan.
Nampak mata Bella melotot tajam, seolah ingin keluar dari kelopak matanya sendiri, Bella terlihat sangat marah, rasa benci memenuhi disetiap rongga didadanya.
"Anjing Bokir Sialan anak Setan!" Sumpah serapah keluar dari mulut Bella, nampak seperti komat kamit.
"Eitts, sabar, kaleum kaleum. Jangan kamu kotori bibir cantikmu itu dengan sumpah serapah." Ucap Beni mencoba menenangkan perempuan dihadapannya itu. Perempuan canti yang kini telah menjadi kekasihnya.
"Kali ini aku benar-benar tidak terima! Kelakuan pengecut! Tidak tahu malu! Dia itu bukan siapa-siapa! Sama sekali tidak berhak mengklaim apapun atas diriku, ergh! menyesal pernah kenal dia!" Ucap Bella meluapkan kemarahan dan kekesalan hatinya.
Bella lalu nampak berdiri dan mengambil smartphonenya, ia terlihat bergegas menghubungi sesorang.
Beni tidak mengetahui jika Bella akan menghubungi Bokir.
"Keparat pengecut! Denger ya! Lu bukan siapa-siapa gua! Lu gak punya hak apapun atas diri Gua! Keparat! Nyesel gua pernah kenal sama cowok pengecut macam lu! Jauhi gua dan Beni! Kalo Lu masih berani maen keroyokan mukulin lagi Beni, gua laporin lu ke Polisi! Masuk Pasal Penganiayaan Lu itu Bangsat!" Teriak Bella kencang, meluncurkan sumpah serapah kasarnya.
Nada Bicaranya benar-benar menunjukan amarah yang sudah terkumpul sempurna. Tanpa memberi kesempatan sedikitpun kepada lawan bicaranya yang berada disebrang telepon itu.
Setelah memaki habis orang yang ditelponnya itu, Bella langsung menutupnya. Lalu seakan malas menerima pembelaan atau apapun, Bella segera blok lagi nomor itu.
Dari raut wajahnya terlihat dengan jelas kemarahan dan kekesalan yang sudah teramat menumpuk didadanya itu.
Melihat dan mendengar kemarahan itu, Beni mendekati Bella dan berusaha untuk menenangkannya.
"Zheyeng Sudah, jangan kamu buang energimu dengan percuma, aku tak apa-apa, sabar ya." Ucap Beni sembari memegang erat tangan Bella dan lalu merangkul pundaknya. Lengan Beni nampak membelai lembut puncak kepala Bella. Lalu membenamkan kepala Bella ke dadanya.
Tiada kata apapun yang meluncur di bibirnya, Yang ada hanya isak tangis kecil, seakan ingin menumpahkan segala kekesalan hatinya.
Setelah isak tangis Bella mulai mereda, Beni menempelkan kedua tangannya ke pipi Bella lalu mengangkat kepalanya hingga kedua wajah mereka saling berhadapan, dekat sekali. Sepasang matanya menatap lembut seraut wajah Bella yang nampak sembab dipelupuk matanya itu, lalu mencium keningnya dengan penuh perasaan.
"Apapun yang terjadi, aku akan tetap bertahan dan memperjuangkan cinta kita Zheyeng" Ucap Beni pelan membisikkannya di telinga Bella.
"Kamu jangan khawatir ya, aku bisa jaga diri.." Lanjut Beni menenangkan Bella yang masih tampak geram itu.
"Ayo sini kita duduk lagi, tenangkan hati mu ya." Ucap Beni menuntun tangan Bella agar duduk di kursi kecil kostannya itu, sementara Beni duduk bersila diatas karpet. Tangannya kembali menggenggam jemari Bella yang masih namoak terdiam, sibuk dengan fikirannya.
"Apa kita perlu melaporkannya ke pihak yang Berwajib? Tapi kamu harus di visum, saksi-saksi kita punya banyak, ada abang-abang ojol sama Ibu-ibu warung didepan. Mereka pasti mau bersaksi untuk kita."
Ucap Bella, nada bicaranya masih terdengar jengkel.
"Hmm, aku rasa belum perlu, kamu sudah beri dia peringatan keras barusan lewat telepon, aku fikir dia tidak akan berani lagi macam-macam." Kata Beni berusaha menyakinkan Bella bahwa dirinya baik-baik saja.
Beni tidak ingin memperkeruh suasana dengan melaporkannya ke polisi, apalagi pangkal masalahnya karena urusan dendam seorang mantan.
Kesannya, keributan dan perkelahian itu terjadi karena memperebutkan cewek, Beni tidak mau terlihat seperti itu. Beni tidak ingin Bella terkesan seperti itu di mata orang lain.
Bella nampak diam dan tertunduk, Beni kembali mengusap kepalanya dengan penuh kelembutan, dipeluknya tubuh itu sekali lagi, lalu mencium keningnya.
"Kita keluar yuk? Cari angin biar kepala kita kembali segar, kamu mau ke cafe mana?Sekalian kita terusin pekerjaan kita kemarin, kan masih belum kelar." Ucap Beni mengajak Bella keluar jalan-jalan, menyegarkan kembali suasana hatinya.
"Yaudah hayu, terserah kemana aja aku ikut." Jawab Bella.
Lalu Bella bergegas merapihkan dirinya dan memakai jaket warna biru muda. Pas sekali menempel ditubuhnya yang padat berisi itu.
Lekukan tubuh yang sempurna bak biola, terlihat sangat menggoda, membuat Beni sedikit menelan ludahnya.
Lalu secepat kilat, dia segera menyingkirkan fikiran-fikiran kelelakiannya yang kotor itu, nampak tangannya buru-buru mengusap wajahnya itu.
"Udah siap, yuk!" Ucap Bella melengkungkan seuntai senyum yang menggoda.
"Nah gitu donk, senyum kamu itu selalu berhasil memberiku semangat juang yang luar biasa Zheyeng! Hehe." Ucap Beni usil menggombal.
Mereka lalu melangkahkan kaki ke arah sepeda motor Beni yang diparkirkan di samping kostnya itu.
Sepeda motor Beni melaju pelan, menikmati angin sore yang sudah mulai terasa dingin. Diraihnya tangan Bella lalu menariknya kedepan agar tangan itu memeluknya dari belakang.
Bella menempelkan pipinya dipunggung Beni, nampak kedua tangannya sudah melingkar ke depan tubuh Beni yang sedari tadi memegang tangan Bella dan mengusap lembut jari jemarinya itu. j
"Aku akan menghadapi apapun Zheyeng, aku tidak akan kehilangan kekasih hatiku untuk yang kedua kalinya, cukup sudah dulu aku kehilangan Chacha. Sekarang, aku tidak akan pernah menyerah. Aku tidak akan sanggup menghadapi dunia ini bila aku harus kehilanganmu. Aku mencintaimu Bella Cahaya Hati." Ucap Beni berguman didalam hatinya.