Hari yang sudah ditentukan itu telah tiba, Beni tampak gagah mengenakan setelan jas itu, rambutnya yang telah di potong pendek, disisirnya hingga rapih dan mengkilap.
Keluarganya sudah berkumpul semua. Mereka sudah bersiap diri untuk berkunjung dan menculik calon anggota keluarga baru mereka, Bella Cahaya Hati yang akan disandingkan dengan anak lelaki ibu satu-satunya yang belum menikah itu.
Sedangkan Bella sudah dari beberapa hari lalu pulang ke rumah orang tuanya di Sumedang.
Orang tua Bella pada awalnya kaget dan hampir tidak menyakini bahwa putri mereka mendadak ingin menikah, tetapi setelah berulang kali mendengar keseriusan anaknya itu, akhirnya mereka menyetujui dan merestui.
Setelah mengetahui Beni sudah bekerja, dan juga berhasil menyakinkan mereka bahwa Beni sudah siap lahir dan batin untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama Putrinya itu.
Bella nampak mondar-mandir dikamarnya, ketegangan nampak di wajahnya. bagaimanapun ini adalah pengalamannya yang pertama, wajar bila dia gugup seperti itu.
Tiba-tiba ia membayangkan, bahwa sebentar lagi ia akan menjadi Nyonya Beni Suharjo, seketika di raut wajahnya itu terlukiskan sebuah senyum yang indah.
Cinta memang aneh, sebentar panik, sebentar mengulum senyum sendiri.
Suasana di rumah orang tuanya Bella tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa persiapan kecil.
Yang akan menghadiri undangan acara hari ini, hanyalah keluarga dan teman dekat saja, sesuai permintaan Bella dan Beni.
Sekitar jam 10an, keluarga Beni tiba di kediaman orang tua Bella. Acara perkenalan, ramah tamah dan lamaran berlangsung dengan lancar.
Sesuai jadwal yang telah diberikan oleh KUA, Jam 13:00 WIB setelah jamuan makan siang, rombongan segera bertolak menuju kantor KUA.
Semua berkas sudah terkumpul dan diperiksa ulang, Beni duduk di depan ayahnya Bella, Bapak Wahyudi Tjahya. Beliau lalu menyodorkan tangannya dan langsung disambut oleh Beni, mereka lalu bersalaman bersiap untuk memulai acara yang sakral itu.
Ijab Kabul dimulai dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, disusul dengan kata pengantar dari pihak KUA.
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Bella Cahaya Hati Binti Bapak Wahyudi Tjahya dengan Mas Kawin 15 gram emas dibayar tunai!"
Beni terdengar lantang mengucapkan kobulnya dengan lancar.
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
Para saksi berteriak ucap puji syukur. Ibu Beni dan semua yang hadir nampak meneteskan airmata haru.
Bella mengusap wajahnya dengan kedua tangan, memanjatkan do'a dalam hati, lalu melirik kepada suaminya itu, mereka saling melemparkan senyum mesra.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan buku nikah dan sesi foto alakadarnya. Eko dan Idhut yang menyempatkan diri untuk hadir ke acara pernikahan Beni, segera mengambil kameranya dan mulai memotret pasangan pengantin baru itu dengan ceria.
"Selamat ya Ben, Bella, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Amin!" Kata Eko dan Idhuy, bergantian dengan Rumsky, Mbak Chemmy dan lalu disusul teman-teman bandnya Bella.
"Cium!"
"Cium!"
"Cium!"
Eko berteriak kencang mensponsori Beni agar mencium istrinya itu.
Beni lantas memegang kepala istrinya itu dengan lembut, mencium keningnya mesra. Lalu Bella meraih tangan Beni dan menciumnya dengan penuh khidmat.
"Aku mencintaimu wahai Istriku!" Bisik Beni.
Perihal jodoh memang tidak pernah ada yang mengetahuinya. Kapan, dimana dan dengan siapa kita akan berjodoh.
Semua skenario kehidupan mutlak milik Sang Maha Esa. Pemilik alam semesta beserta seluruh isinya.
Acara akad nikah selesai, kini saatnya mereka kembali pulang ke Bandung. Orangtua Bella sebenarnya berharap Beni dan Bella menginap di Sumedang beberapa hari, tapi karena Beni tidak mengajukan cuti, maka mereka harus ikut pamit pulang bersama rombongan.
Ibu dan Ayah Bella tidak henti menitipkan putri mereka kepada Beni, sembari mewanti-wanti agar Bella menjadi istri yang naik dan taat pada suami.
Airmata haru dan bahagia akhirnya tumpah saat mereka harus melepas kepergian Bella dan rombongan keluarga barunya.
"Doa Ibu selalu mengalir untukmu nak, hati-hati ya disana. Jaga diri baik-baik, dan ingat selalu Taat sama suami." Ucap Ibunya bella sambil menciumi putrinya itu beberapa kali.
_____________________________
Beberapa hari sebelum pernikahan, Beni sudah mencari rumah kontrakan di daerah sekitar Tamansari, Beni ingin membangun rumah tangganya secara mandiri.
Beni dan Bella mulai bongkar angkut barang keesokan harinya. Rumah kontrakan itu cukup sederhana, hanya ada 1 kamar utama, 1 kamar tamu, 2 toilet, 1 dapur, 1 ruang tamu dan 1 ruang tengah untuk kumpul keluarga, serta halaman di belakang yang cukup luas untuk sekedar duduk santai mencari inspirasi.
Karena Beni dan Bella masih dalam tahap proses produksi anak, kamar tamu yang masih kosong itu mereka jadikan ruang kerja merangkap studio recording alakadarnya, hanya untuk sekedar membuat guide lagu ciptaan mereka.
Mereka memang berencana untuk membuat Project baru bernama "DuoKustik" mengganti "2-B Project", project mereka sebelum menikah, untuk mengisi event ataupun reguler rutin di Cafe Sebagai side-project mereka, biar ada pemasukan tambahan.
"Zheyeng, kamu gak nyesel kan menikah denganku?" Bisik Beni ke telinga Bella yang sedari tadi dirangkulnya dari belakang.
Hidung Beni yang mancung itu mengendus pelan bagian belakang daun telinga Bella, membuat istrinya itu melengkungkan senyum geli di wajahnya.
"Kalo menyesal, mana mungkin aku mau diculik jadi istri kamu Zheyeng, aneh aja ah kamu mah!" Ucap Bella sembari membalikan tubuhnya, hingga akhirnya mereka saling berhadapan, hampir tanpa ada jarak sama sekali.
Mereka nampak saling mengunci pandang. Insting keduanya secara otomatis mengikuti naluri sebagai sepasang pengantin baru yang hasrat dan gairahnya sudah mencapai puncak ubun-ubun. Halal bagi mereka "Berbuat" dimanapun dan kapanpun.
Tanpa memperdulikan tumpukan barang yang masih berserakan di rumah kontrakan itu, mereka mulai melakukan ritual pelepasan dengan penuh rasa cinta yang menggebu.
Deru nafas dan hentakan jantung mereka semakin kencang, lambat laun gerak permainan mereka semakin cepat.
Mereka nampak saling berlomba, memacu diri menggapai kenikmatan surga dunia, hingga akhirnya mereka menghempaskan libidonya, menuju puncak klimaks berbarengan.
Diatas karpet, diantara dus-dus dan beberapa barang yang berserakan, mereka terkapar lemas dengan senyum yang mengembang di wajah keduanya.
Bella memeluk Beni dengan erat. Meletakan kepalanya di dada Beni yang cukup bidang.
"Zheyeng, boleh gak? Aku ambil cuti kuliah satu tahun. Aku ingin melanjutkan Online Shopku yang dulu terbengkalai." Ucap Bella serius.
"Aku Ingin fokus dulu cari uang, bantu kamu juga, boleh ya Zheyeng. Yaa? Boleh yaaa?" Kata Bella setengah merajuk manja.
"Siapa tahu kita cepat diberi baby, kita kan harus menyiapkan segala sesuatunya." Lanjut Bella mencoba terus berdalih.
"Sebetulnya, kalo masalah persiapan kehamilan dan biaya lahiran mah Insya Allah aku sanggup mencari dan mengusahakannya, kamu gak usah khawatir." Ucap Beni.
"Tapi jika itu memang keinginanmu, aku akan selalu mendukung keputusanmu." Tambah Beni sembari kembali mengecup lembut kening Bella.
"Cup!"
Satu kecupan lagi mendarat mulus di bibir tipis Bella yang merah merekah itu.
Bejo tahu, Jika dia memaksa Betjah untuk tetap kuliah, Bella tidak akan bisa fokus, lalu besar kemungkinan Bella tidak akan lulus, bahkan mungkin saja mendapatkan nilai yang sangat buruk. Karena Beni hapal betul, sebelum menikahpun Bella lebih fokus main band dibanding kuliah.
"Beneran boleh ya? Asyiiikkkk! terima kasih suamiku, kamu memang selalu mengerti aku." Ucap Bella girang.
"Muaaaachhh!"
Bella mendaratkan sebuah ciuman yang sangat panas ke bibir Beni, anggap saja itu sebagai bonus karena sudah mengizinkannya untuk ambil cuti kuliah satu tahun.
"Oh iya satu lagi, aku ingin mengumpulkan portofolio photo produk-produk ku, nanti bantuin motret modelnya ya Zheyeng. Hehe." Ucap Bella, pelukannya semakin erat mengunci tubuh mereka.
"Modelnya siapa?" Tanya Beni.
"Ada temen di kampus yang kasih rekomendasi, kayaknya sih cocok." Jawab Bella nampak antusias.
"Kenapa bukan kamu aja?" Tanya Beni.
"Masa Aku sih, maruk bener! (Maruk : Serakah, *red), Ya Ownernya, ya Modelnya juga. Gak ahh, udah pake model profesional saja yaa." Lagi-lagi Bella merajuk manja.
Kalo sudah merajuk seperti itu, Beni hanya bisa mengikuti semua keinginan istrinya itu.
"Ya sudah iya, iyaa. Apapun yang menurut kamu bagus, aku pasti akan selalu mendukung." Kata Beni menyetujui keinginan Bella.
"Sekarang mah mending satu ronde lagi yuk ah, sekalian mandi bareng di kamar mandi, Hehehe." Ucap Beni sembari berdiri, tangannya merangkul dan membopong tubuh Istrinya yang masih sama-sama polos tanpa sehelai benangpun itu.
"Iiihh Zheyeeng!" Teriak Bella manja, kedua lengannya ia lingkari ke belakang leher Beni.
Lalu mereka masuk ke kamar mandi dan melanjutkan pertempuran sengit babak kedua.