Hari itu Beni dan Bella melewati hari dengan penuh makna, saling menghamburkan perasaan yang selama ini terpendam dalam dada.
Tidak terasa mereka menghabiskan waktu hingga larut malam di tempat itu. Tempat yang menjadi saksi sejarah menyatunya dua hati menjadi satu ikatan cinta yang sejati. Cinta mereka.
Dari atas Bukit itu, mereka bisa melihat hampir seluruh wilayah kota Bandung dengan leluasa, hamparan cahaya lampu-lampu kota yang gemerlap membuat suasana malam itu semakin terasa indah. Semakin sempurna dengan dekorasi cafe yang romantis.
Meja kursi yang ditata rapih ditambah lampu-lampu hias yang warna-warni membuat mereka betah berlama-lama disana.
Beni masih anteng didepan laptopnya, mengedit beberapa frame photo-photo pilhan yang telah disortir Bella. Sesekali menciumi rambut Bella yang menyenderkan kepala di bahunya.
"Ben," Panggil Bella.
"Hemm" Beni mendehem pelan.
"Kamu beneran sayang sama aku? Sejak kapan?" Tanya Bella memecah kesunyian malam.
"hemmm, mau tau atau mau tau banget?" Tanya Beni berseloroh.
"Ihh!" Bella merajuk manja.
"Hehe. Eumm, sebetulnya dari pandangan pertama udah suka, cowok mana yang gak suka liat kamu zheyeng? Tadi sore saja banyak yang merhatiin kamu. Bikin aku emburu saja!" Ucap Beni pura-pura cemberut.
"Masa sih?" Ucap Bella, senyumannya mengembang menghiasi raut wajahnya yang bersinar.
"Iya, aslinya demi ampuun! Semenjak bertemu, aku selalu ingat sama kamu, tanpa aku sadari, rasa suka itu berkembang pesat menjadi rasa cinta yang tumbuh semakin membesar. Lalu, saat kita jam session pertama kali, seketika bertambah lagi kekagumanku. Kamu tahu? Aku mengidolakan mu Bella Cahaya Hati!" Ucap Beni sembari mencuil dagu Betjah dengan genit.
"Iihhh, geniiiit ya kamuu!" Ucap Bella menimpalinya dengan senyuman manja.
Mereka bercengkrama diantara dinginnya malam, begitu mesra saling menggoda dan menumpahkan perasaan yang menggebu didalam hati mereka masing-masing.
Sampai tiba saatnya lampu-lampu di cafe tersebut satu-persatu padam, pertanda tempat itu akan segera mengakhiri layanannya pada malam itu.
"Cafe udah mo tutup Ben, ga enak kalo kita masih berlama-lama disini." Kata Bella.
"Ah iya, ya sudah kita siap-siap pulang yuk!" Ucap Beni sembari menutup beberapa software pengolah data photonya itu.
Beni dan Bella segera membereskan laptop dan peralatan lainnya, lalu Bejo melangkah kearah kasir, dan membayar tagihannya.
Diperjalanan pulang, Bella melingkari tubuh Beni dengan kedua tangannya. Seakan enggan terlepaskan, Beni segera menggenggam erat lengan Bella, tak henti-hentinya mengusap dan membelainya dengan lembut.
"Zheyeng, sebenarnya aku gak mau bahas, tapi agak sedikit penasaran, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Beni.
"huum, tanya aja." Ucap Bella.
"Eum, Si Bokir masih suka menghubungi?" Tanya Beni sedikit ragu.
"Hah? Bokir? Gak ada lah, semua kontak sama media sosial dia tuh udah aku blok semuanya, Bokir adalah salah satu kesalahan dalam hidupku Ben, mana mungkin aku masih mau berhubungan lagi sama dia." Kata Bella, nampak pelukannya semakin kencang.
"Kamu gak punya alasan untuk cemburu ke dia ya zheyeng! Hatiku sekarang sudah mutlak milikmu." Lanjut Bella, menempelkan pipinya dibahu Beni.
"Yes! Aku benar-benar jatuh cinta padamu Bel. Hati, jantung, paru-paru, usus, limpa, ginjal, semuaaanyaaa sudah menjadi milikmu! Hehe." Ucap Beni gombal. Nampak senyumnya mengembang diantara desir angin malam yang semakin dingin. Sembari tertawa kecil, di raihnya jemari tangan Bella, lalu dikecupnya dengan penuh perasaan.
Bella pun tersenyum mendengarnya, "Betul semuanya?" Tanya Bella.
"Iya, Semuaaanyaaa! Jiwa dan ragaku seutuhnya milikmu wahai Bella Cahaya Hati!" Kata Beni berteriak kencang melawan suara angin yang bergemuruh, seiring laju sepeda motornya itu.
"Oh iya, aku juga mau menanyakan sesuatu, boleh?" Tanya Bella.
"Boleh dong, apapun pertanyaannya pasti aku akan menjawabnya dengan jujur apa adanya." Jawab Beni.
"Eumm, sebelum kamu kembali ke Bandung, apa kamu disana mempunyai kekasih?" Tanya Bella pelan.
"Hemmp, mau tau atau mau tau banget?" Beni balik bertanya usil.
"Iihhhh!!!" Seru Bella sembari mencubit tipis pinggang Beni didepannya itu.
"Aw!" Beni berteriak kesakitan.
"Syukurin! Ahahaha!" Ucap Bella sembari tertawa.
"Iyaa.. iya, kenapa ingin tahu?" Tanya Beni.
"Pengen tahu aja, jangan-jangan kamu masih punya hubungan ya sama dia?" Tanya Bella nampak pura-pura ketus.
"Ish! Gak lah! Baiklah, jika kamu bersikeras ingin mengetahui. Dia namanya Chacha, model yang sering aku photo dulu, karena kedekatan yang cukup lama akhirnya kami pacaran. Tetapi takdir berkata lain, ia dijodohkan paksa, sama lelaki tua yang sudah beristri. Aku pernah mencoba ke rumahnya menemui ibunya, meminta secara baik-baik agar aku dapat menikahi anaknya itu. Tapi malah aku diusirnya. Dan Chacha nampak lebih memilih mengikuti kemauan ibunya itu. Akhirnya, aku pulang ke Bandung dengan membawa rasa sakit di hati." Ucap Beni, kembali bayangan itu melintasi fikirannya.
"Entah dia bagaimana sekarang, aku sudah lost contact sama sekali, aku berharap Chacha sekarang hidup bahagia dengan pilihan ibunya itu." Sambung Beni sembari menghela nafasnya panjang.
"Ouhh, jaman sekarang masih ada ya orangtua yang menjodohkan anaknya, tapi kok bisa sih, sama lelaki tua yang sudah beristri?" Tanya Bella mulai penasaran.
"Entahlah, yang aku tahu, orangtuanya itu mempunyai hutang yang sangat besar, dan lelaki tua itu yang melunasi semua hutang-hutang orangtuanya. Dan sebagai gantinya lelaki tua itu meminta Chacha untuk menjadi istri keduanya." Ucap Beni. Ada sebersit luka yang kembali terkoyak dalam hatinya.
"Ya semoga saja, aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa menjalani kehidupan yang sama sekali tidak sesuai dengan keinginanku." Ucap Bella pelan. Kedua lengannya semakin erat melingkar kedepan tubuh Beni yang sedang mengendarai sepeda motornya itu.
"Amin, yang berlalu biarkanlah berlalu, aku hidup di masa ini. Bersamamu Bella Zheyeng! Lagian, aku telah melupakan semuanya, saatnya melangkah maju kedepan bersamamu, engkaulah cahaya hatiku, yang menerangi jiwaku. Muach!" Ucap Beni, sembari mengecup punggung tangan Bella yang memeluknya dari belakang itu.
Nampak Bella semakin menenggelamkan kepalanya dipunggung Beni. Dalam hatinya berdoa, berharap semesta merestui hubungan mereka, dan mengizinkan untuk tetap selalu bersama, selamanya.
Tiba di depan kostan Bella, perlahan Beni memarkirkan sepeda motornya, lalu berkata dengan lebaynya.
"Wahai masa depanku, terima kasih untuk hari ini. Aku sangat senang sekali, semoga aku selalu hadir disetiap mimpi-mimpimu." Ucap Beni sembari memandang Bella dengan tatapannya yang menggoda.
"Kenapa harus dalam mimpi?" Ucap Bella mengedipkan matanya yang indah.
"Pemanasan, hehe. Aku pamit pulang ya sayang, kamu segera tidur, istirahat ya. Besok aku kabari. I Love You 100 juta kali." Ucap Beni, tangannya nampak mencuil dagu Bella yang menatapnya dengan mesra.
"I Love You More Beni Suharjo." Bisik Bella dengan senyum yang indah terukir di wajah cantiknya.