Suasana sudah mulai kondusif setelah pembawa acara mulai naik ke atas panggung. Pembawa acaranya adalah Mela dari kelas sebelah. Acara dimulai dengan penyambutan kepala sekolah dan pemenang lomba kecantikan tahun lalu. Kalau dilihat-lihat memang cantik, pantas saja Lily menang. Lily kemudian menunjukkan bakatnya dengan menari tradisional di hadapan semua orang. Astaga, cantik dan berbakat adalah daya pikat yang mematikan. Saking fokusnya melihat Lily menari, aku sampai tidak sadar kalau Sharla sudah pergi. Syukurlah, Sharla tidak akan menggangguku lagi. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah setelah Lily selesai menari. Sekarang orang-orang yang ada di sekitarku mulai membicarakan Lily. Tugasku kian bertambah karena harus menyingkirkan segala sesuatu tentang Lily pada semua orang. Aku akan berhasil jika mampu menampilkan sesuatu yang lebih dibandingkan Lily, kalau aku ingin dianggap pemenangnya.
"Sekarang waktunya untuk para peserta menunjukkan penampilannya!" ucap Mela dengan keras dan bersemangat.
Suara tepuk tangan memenuhi seisi ruangan. Hal itu justru membuatku gugup. Namun aku terus meyakinkan diriku kalau aku bisa. Aku sudah sampai di sini, itu artinya tidak ada kata menyerah.
"Jesselyn!" ucap Mela mempersilakan Jesselyn sebagai penampil pertama.
Jesselyn mendapat giliran pertama? Itu berarti nomor urut penampil diacak? Ya ampun, aku harus siap setiap Mela memanggil namaku. Sambil menenangkan kegugupanku, aku memperhatikan Jesselyn yang dengan percaya dirinya berdiri di atas panggung. Jesselyn berpose penuh daya pikat, ditambah kaki jenjangnya yang dipakaikan boots setinggi lutut. Aku tidak tahu kalau boots bisa menambah kesan memikat. Soalnya waktu bertemu dengannya, Jesselyn tampak biasa saja. Sepertinya Jesselyn mengusahakan banyak hal untuk bisa menang di sini. Tadi aku terlalu meremehkannya.
"Beri tepuk tangan yang meriah untuk Jesselyn!"
Aku memicingkan mata saat mendengar suara tepuk tangan yang gemuruh. Sekarang aku harus memikirkan cara untuk berpose sempurna. Aku sudah berjuang keras sampai di sini dan aku tidak ingin sia-sia. Total sudah lima peserta yang tampil, tetapi aku hanya melihat ke lantai sambil terus membayangkan pose seperti apa yang harus kulakukan. Mataku seketika melotot karena melihat Sharla muncul di bawah kursi. Sharla sedang berjongkok dengan santainya.
"Aku tahu kau sedang bingung. Dasar," ucap Sharla menarik hidungku.
Mataku terasa berat. Aku mencoba membuat mataku tetap terbuka, tetapi tiba-tiba rasa kantuknya makin kuat. Hingga akhirnya aku tertidur. Sebuah senggolan di lenganku membuatku bangun seketika. Seketika aku mundur ke belakang karena saking kagetnya.
"Di mana aku?" tanyaku.
Orang-orang yang ada di sekitarku tiba-tiba menghilang. Tidak ada siapa pun di sini. Aku juga mulai kedinginan karena suhu dingin yang kuyakini mencapai minus. Tempat apa ini? Apa aku sedang bermimpi? Aku berjalan untuk mencari bantuan. Namun, kakiku seperti menginjak pasir yang sangat lembut. Saking lembutnya aku tidak merasakan kesakitan sama sekali. Saat aku berjalan lebih dalam, aroma es krim ada di mana-mana. Jangan bilang aku bermimpi sedang berada di dunia es krim?
"Windy bangunlah. Kau harus naik ke panggung," ucapku sambil menepuk-nepuk pipiku.
Bukannya bangun dari mimpi, pipiku terasa sakit karena kutepuk berkali-kali. Ya ampun di sini dingin sekali. Kuusap-usap kedua telapak tanganku untuk mendapatkan kehangatan. Tiba-tiba aku merasakan seseorang mendorongku dari belakang dan membuatku terjatuh.
"Siapa?!"
"La la la la…"
Sharla muncul di hadapanku dengan senyuman lebarnya. Ternyata Sharla yang sudah mendorongku. Sekarang bagaimana dengan gaunku? Gaunku pasti akan rusak. Riasanku pasti akan membeku karena suhu dingin.
"Selamat datang di dunia es krim…."
Sharla merentangkan kedua tangan untuk menyambutku. Kemudian orang-orang mulai berdatangan menyambutku juga. Meski aku sangat bingung, aku tetap berusaha tersenyum untuk menghormati mereka. Salah satu dari mereka kemudian memberiku jaket transparan untuk dikenakan olehku. Syukurlah mereka tahu kalau aku sudah kedinginan.
"Sharla, kau tidak bercanda, kan? Kembalikan aku. Aku harus mengikuti lombanya," suruhku.
"Berhenti merengek. Kau sendiri yang bingung cara untuk berpose. Kau ingin menang atau tidak?" tanya Sharla.
"Aku akan emnang kalau tidak ada di sini. Cepat kembalikan aku," suruhku sekali lagi.
"Berhenti menyuruhku. Kau tidak akan menang kalau tidak belajar. Karena itu aku membawamu ke sini supaya tidak ada yang melihatmu. Kau tidak ingin kan naik ke panggung tanpa persiapan?"
Sekarang aku tahu maksud Sharla membawaku ke sini. Itu karena Sharla ingin melatihku berpose. Namun, mengapa harus di dunia es krim? Kita bisa saja latihan di kelas kosong. Setidaknya aku tidak akan kedinginan seperti tadi.
"Wajah pemikirmu itu kelihatan sekali. Aku membawamu ke sini untuk memperlambat waktunya. Bagaimana kalau namamu dipanggil saat kau sedang berlatih? Setidaknya pikirkan itu," ucap Sharla.
"Apa? Kau bisa menghentikan waktu?" tanyaku antusias.
"Tidak. Waktu di bumi berbeda dengan dunia es krim," jawab Sharla.
Mataku berbinar melihat betapa jenisunya Sharla. Seketika aku langsung memeluknya untuk mengucapkan terima kasih. Tidak sia-sia aku berteman dengannya. Sharla sangat berguna untukku.
"Jangan senang dulu. Setelah aku membantumu kau harus mau menjalankan misinya. Tidak ada tawar menawar," ucap Sharla mengingatkanku.
"Iya. Ingatanku masih bagus," ucapku memutar kedua bola mata.
Aku berlari ke sana kemari untuk mencari keberadaan Verzatra. Aku ingin melihat secantik apa dirinya. Verzatra ratu di dunia es krim, kan? Pasti Verzatra memiliki kecantikan dan kecerdasan yang luar biasa. Tiba-tiba Sharla menjewer telingaku. Aku menatap Sharla dengan cemberut dan mengelus-elus telingaku yang memerah.
"Kau hanya akan belajar berpose di sini. Bukan untuk kelayapan," ucap Sharla dengan tegas.
Kini pelajaran yang sesungguhnya dimulai. Sharla memanggil seseorang untuk mengajariku menari. Hah, menari? Orang yang akan mengajariku bernama Stro Ruby. Ya, aku masih ingat. Stro Ruby adalah orang yang ada di toko waktu itu. Ternyata dia jago menari.
"Sebelum kau bertanya aku akan menejelaskannya dulu. Stro Ruby adalah salah satu penari di sini. Karena itu kau perlu belajar darinya. Maksudku, kau perlu melenturkan tubuhmu supaya terlihat indah saat berjalan di atas panggung," ucap Sharla.
Benar-benar ide yang bagus. Tubuh Lily sangat bagus dan lentur, itulah mengapa aku harus belajar juga darinya. Setidaknya gerak tubuhku tidak akan kaku nantinya. Dengan penuh kesabaran, Stro Ruby mengajariku menari. Tiap gerakannya diperhatikan dengan detail. Kurasa tariannya bukan sesuatu yang sulit, hanya aku yang belum terbiasa.
"Kau harus tetap tersenyum, Windy," ucap Sharla.
"Bawel. Stro Ruby saja tidak masalah denganku," ucapku lalu menjulurkan lidah mengejek Sharla.
"Itu karena Stro Ruby tidak memahami bahasa manusia," ucap Sharla.
"Jadi, sejak tadi Stro Ruby tidak mengerti apa yang kukatakan?" tanyaku terkejut.
"Hanya orang-orang yang terpilih saja yang bisa belajar bahasa manusia di sini. Maka dari itu hargailah aku yang sudah rela belajar bahasa manusia demi dirimu," ucap Sharla membanggakan dirinya.
"Tapi Stro Ruby bisa berbicara padaku waktu di toko," ucapku.
"Verzatra menghapus kembali kemampuan berbahasanya," ucap Sharla yang bisa kumengerti.
Aku hanya memberikan dua jempol kepada Sharla. Meskipun sedikit lelah, setidaknya pintu kemenangan akan makin terbuka lebar. Aku benar-benar beruntung.