Aku dan Anne sedang makan bakso di kantin. Mumpung jam kosong, jadi waktunya kami menghilangkan stres dengan jajan. Tiba-tiba Joanna dan Jesselyn datang dari arah depan dan menghampiri kami. Entah mengapa baksonya jadi sangat pedas sejak kedatangan mereka. Lagipula, untuk apa mereka masih mengejekku yang notabennya adalah putri kecantikan sekolah. Joanna mengambil duduk di sampingku dan diikuti oleh Jesselyn. Mereka terlihat sangat menikmati es krimnya.
"Putri kecantikan tidak makan bakso. Jangan sampai sakit gigi," ucap Joanna dengan santainya.
"Memangnya kenapa? Apa aku perlu bertanya padamu apa yang boleh dan tidak boleh kumakan? Habiskan saja es krimmu itu," ucapku lalu melahap baksonya.
"Aku hanya memberitahumu. Jangan salahkan aku jika ada daging yang masuk sela-sela gigimu. Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa tidur karena sakit gigi," ucap Joanna.
Anne menggeleng pelan ke arahku supaya tidak meladeni dua anak kembar yang super menyebalkan itu. Es krim stroberi yang dipegang oleh Joanna dan Jesselyn membuatku menaruh dugaan. Misi pertamaku adalah mencari buku petunjuk stroberi, bisa saja ada hubungannya dengan mereka. Lebih baik aku waspada mulai dari sekarang.
"Sejak kapan kalian suka makan es krim? Sebelumnya aku tidak pernah melihat kalian makan es krim." Aku pura-pura sok peduli.
"Setiap hari aku makan es krim. Tidak perlu juga sampai orang lain tahu," ucap Jesselyn.
"Kulkas di rumahku punya banyak es krim. Tapi jangan minta padaku karena aku tidak akan memberikannya," ucap Joanna.
Mengapa ucapan mereka terdengar sedikit ambigu bagiku. Bagi orang awam mungkin akan biasa saja, tetapi bagiku seperti sebuah teka-teki yang harus dipecahkan. Jika ucapan mereka digabungkan, aku bisa mengambil kesimpulan kalau mereka sangat menyukai es krim. Bahkan, mereka memiliki banyak stok es krim. Aku harus memberi tahu Sharla setelah ini. Kecurigaanku bisa saja benar. Tujuanku untuk mendapatkan buku petunjukknya makin dekat. Namun tunggu dahulu, jangan bilang mereka anaknya Victoria? Aku menatap ke arah Joanna dan Jesselyn secara bergantian dengan raut wajah tak percaya.
"Anne, aku suka buku yang kau rekomendasikan waktu itu. Aku suka nama pemeran utamanya," ucap Jesselyn.
"Victoria, bukan? Jelas aku masih ingat," ucap Joanna yang membuatku melebarkan mata.
Teori macam apa ini? Akankah dugaanku terbukti? Pertama mereka menyukai es krim dan kedua mereka menyukai nama Victoria. Keduanya memiliki keterkaitan. Di saat seperti ini di mana Sharla? Aku tidak bisa memanggilnya karena dia selalu datang sendiri. Lain kali aku harus bertanya bagaimana caraku memanggilnya.
"Ya, Victoria. Menurutku dia sangat keren.Tapi sayang, dia harus menderita dan itu membuatku sedih," ucap Jesselyn.
Kecurigaanku makin bertambah mendengar alasan yang dilontarkan Jesselyn. Dengan sangat jelas aku ingat saat Sharla bercerita tentang Victoria yang menyedihkan. Bisa saja alur cerita yang sama membuat Jesselyn menyukai sosok Victoria. Selain namanya yang sama, karakter Victoria juga menggambarkan ibunya.
"Ayo kita pergi, Anne," ajakku.
Saat Anne akan berdiri, tanpa sengaja sikunya menyenggol es krim milik Jesselyn. Es krim itu jatuh ke meja. Jesselyn langsung mengambil es krimnya dan berdiri.
"Aku tidak pernah memiliki masalah denganmu. Tapi kau membuatku kesal," ucap Jesselyn.
"Maafkan aku, Jess. Aku akan membelikan yang baru," ucap Anne sedikit takut.
"Aku tidak mau. Es krim ini sangat berharga bagiku dan kau sudah menjatuhkannya," ucap Jesselyn masih tidak terima.
Dugaanku makin kuat. Jesselyn baru saja mengatakan kalau es krim sangat berharga baginya. Ya ampun, aku tidak menduga kalau dua anak kembar yang ada di depanku ini adalah musuh dari dunia es krim. Apa karena itulah mereka sering menggangguku? Jangan bilang kalau mereka tahu bahwa aku orang pilihan untuk menyelamatkan dunia es krim? Astaga, kalau begitu hidupku dalam bahaya. Mulai sekarang aku akan menjaga jarak dengan mereka. Namun, aku juga harus terus memantau gerak-gerik mereka. Aku menarik tangan Anne supaya meninggalkan tempat ini sekarang juga.
"Windy ada apa? Kau terlihat sedang syok." Anne melihatku dengan saksama.
"Ti-tidak. Aku tidak apa-apa. Kau duluan saja, aku mau ke toilet dulu," ucapku lalu pergi ke toilet.
Hampir saja aku akan menjerit karena bertemu dengan Sharla di depan pintu toilet. Kedatangan Sharla yang tiba-tiba sungguh menyusahkanku. Bagaimana kalau ada orang lain yang mengetahui jika aku menjerit sendiri? Bagaimanapun aku harus menjaga citraku sebagai putri kecantikan. Kutarik Sharla masuk ke dalam toilet. AKu beruntung karena tidak ada siapa pun di sini.
"Aku punya teori yang harus dipecahkan," ucapku dengan pelan supaya tidak ada yang mendengarnya.
"Apa?" tanya Sharla sudah tidak sabar.
"Dua anak kembar itu. Aku mencurigai mereka," jawabku.
Aku menceritakan semua kejadian yang telah terjadi di kantin. Bagaimana dua anak kembar itu menunjukkan kecintaannya pada es krim, kulkasnya yang memiliki persedian es krim dan Jesselyn yang menganggap es krim sangat berharga. Sharla belum merespon ucapanku dan hanya diam berpikir keras. Dengan sabar aku menunggu Sharla mengeluarkan pendapatnya.
"Apa kau yakin?" tanya Sharla yang meragukan jiwa detektifku.
"Aku yakin, mungkin tidak juga. Tapi yakin sih," jawabku.
"Seberapa persen keyakinanmu?" tanya Sharla yang menguji kesabaranku.
"Aku tidak akan curiga jika mereka hanya menyukai es krim. Tapi tanda-tanda lainnya sangat mencurigakan bagiku, seperti menyukai sebuah karakter bernama Victoria," jawabku.
Sharla berjalan mondar-mandir untuk memikirkan sebuah cara. Aku juga sedang berpikir menyusun strategi untuk bisa memantau Joanna dan Jesselyn tanpa terlihat mencurigakan. Pintu yang terbuka membuatku langsung mendekat ke arah wastafel dan berpura-pura sedang mencuci tangan. Tiba-tiba Sharla membisikkan sesuatu padaku. Namun pandanganku mengarah ke cermin untuk mengawasi situasi di sekitar. Sharla membisikkan sebuah ide padaku. Kurasa idenya bagus juga.
"Jangan sampai lengah," ucap Sharla memperingatiku.
"Tunggu dulu, apa anaknya Victoria memiliki kekuatan seperti Ibunya?" tanyaku.
"Kekuatan apa? Kami para penduduk es krim tidak berperang," jawab Sharla.
"Maksudku seperti dirimu. Kau bisa terbang, mengecil dan membesar, kau juga bisa membuatkan gaun untukku. Itu keajaiban, kan?"
"Kami memang bisa melakukan itu, tetapi tidak yang lainnya, seperti menghilang," ucap Sharla.
"Selama ini kalau tidak menghilang lalu apa?" tanyaku yang merasa heran.
"Verzartra memberiku kekuatan itu untuk berjaga-jaga di bumi. Tapi aku tidak bisa mengajakmu ikut menghilang, hanya aku," jawab Sharla.
Kukira Sharla juga akan memiliki kekuatan super seperti yang ada di film, ternyata hanya terbatas. Sharla hanya bisa memberikan, tetapi tidak menghilangkan. Pantas saja Sharla tidak bisa mengembalikan rambut merahku ke warna asli. Kalau seperti ini aku harus terus waspada. Jika sewaktu-waktu Sharla memberikan sesuatu padaku, maka aku harus menyembunyikannya sendiri.
"Aku ingin berjaga-jaga jika anaknya Victoria menyerangku," ucapku.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu," ucap Sharla menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Situasinya makin berbahaya. Bahkan Sharla tidak mengetahui kekuatan musuh. Kalau begini tingkat hati-hatiku harus makin diperkuat. Jangan sampai aku mati di tengah misi.