Chereads / Pelakor Cantik / Chapter 2 - Selingkuh

Chapter 2 - Selingkuh

"Mas kapan bisa nginap diapartemen ku, aku bosan bercinta diruangan pabrik saja. Aku pengen menghabiskan malam panjang dengan mencoba berbagai gaya bercinta dengan mu."

Darah Anisa seketika mendidih membaca isi chat yang sangat vulgar tersebut, berbagai pertanyaan bermunculan. Kesabaran ku sudah berada pada titik nya. Apa lagi alasan yang akan mas Alan kemukakan.

Aku berfikir, jika ini bukan no yang nyasar lagi, melainkan akal-akalan mas Alan untuk mengibuliku yang selalu percaya terhadap apapun perkataan nya. Air mata seakan-akan begitu setia menemaniku dan sholat yang tidak pernah aku tinggalkan, istighfar dan doa-doa selalu aku panjatkan agar hatiku kuat dan Rumah tangga ku tetap bahagia tanpa adanya orang ketiga.

"Aku harus mencari tahu siapa wanita dibalik nama No nyasar ini? Aku tidak bisa tenang dan terus dihantui rasa curiga dan penasaran." Gumam ku.

Beruntung aku sempat menyimpan No tersebut, setelah mas Alan berangkat kerja. Aku mencoba menghubungi No ponsel tersebut dengan no baru yang aku beli di konter seberang jalan tidak jauh dari Rumah. Benar saja kecurigaan ku, terdengar suara perempuan diseberang sana, yang begitu lembut. Aku seperti petnah mendengar suara itu tapi dimana? Aku berusaha untuk mengingat-ingat nya tetap tidak bisa.

Pagi ini, Alan kembali sarapan berduan dengan Dina. Yang jauh lebih terasa enak, tenang dan nyaman. dibandingkan sarapan dirumah bersama Anisa dengan penampilan kucel dengan baju daster, ditambah lagi suara tangisan Dilla. Yang terkadang membuat selera makanya langsung hilang seketika.

"Sku jatuh cinta lagi, diwaktu yang bersamaan dengan dua wanita. Apakah aku sedang puber Kedua? Oh... rasanya begitu indah. Ternyata cinta tidak pernah salah." Gumam Alan begitu bahagia.

"Mas lagi mikirin apa sih? Senyum-senyum ngak jelas." Ucap Dina sambil mengibaskan tangannya pada Dina.

"!as lagi ngebayangin jika punya istri dua." Ucap alan menggoda reaksi Dina.

"Dan lebih hot mana goyangan aku apa Anisa?" ucap Dina yang yakin sekali jika dia lebih Segalanya dibandingkan Anisa ya g kalem dan sok alim menurut Dina.

"Tentunya kamu lah sayang, yang jelas-jelas lebih muda, energik dan pintar muadin mas." Bisik Alan.

"Tapi mas, aku bosan main sambil kucing-kucing an begini. Bagaimana jika mas nikahin aku saja. Biar kita bebas bercinta tanpa seperti ini i lagi." Rengek Dina yang sudah dibutakan oleh cinta, dia jatuh cinta pada pandangan pertama kali bertemu dengan Alan sewaktu Anisa dan Alan berkunjung kerumahnya untuk mengantarkan langsung undangan pernikahan mereka.

Dina dan Anisa sudah lama bersahabat, semenjak mereka sama-sama duduk di bangku SMA. Annisa yang pintar mendapatkan beasiswa sehingga dia bisa sekolah ditempat sekolah favorit dan bertemu dengan Dina.

Setelah menyandang status janda muda, kembali mencari-cari Alan yang merupakan cinta pertama nya, setelah mendapat alamat pabrik tempat Balan bekerja. Dengan kekuasaan dan kelicikan nya. Dina membembeli pabrik tersebut. Sehingga sekarang dia berhasil mendapatkan cinta Alan.

Gayung bersambut, ditengah-tengah kondisi Rumah tangga yang mulai membuat Alan jenuh. Anisa yang dulu cantik, rapi dan pintar, sekarang menjelma menjadi ibu Rumah tangga, dengan kondisi keuangan mereka yang juga bertahan dari bulan ke bulan, mengingat ibu Alan yang sering meminta uang untuk ini dan itu, yang terkadang harus membuat Alan casbon duku di kantor.

Tapi semenjak bertemu Dina, kesulitan ekonomi Alan mulai teratasi, bahkan Alan juga memberi Anisa uang lebih untuk kebutuhan dapur dan belanja kebutuhan Dilla. Sisanya bisa ditabung oleh Anisa yang tidak tahu asal muasal uang yang diperoleh suaminya.

"Bagaimana mas, kapan kamu akan menikahi ku?" Dina kembali mengulangi pertanyaannya.

Alan terlihat bingung, sesekali dia mengusap kasar wajahnya. hingga akir nya dia mengambil keputusan.

"Dina, apa kamu bersedia dan siap untuk menjadi yang kedua. bagaimana pun aku tidak akan meninggalkan Anisa dan Dilla anakku." Terang alan yang sesungguhnya dia masih sangat mencintai anak dan istri nya yang begitu tulus menerima dirinya. Termasuk sikap ibunya yang selalu menuntut ini dan itu pada Alan.

"Bagiku memilikimu saja sudah membuat ku begitu bahagia mas, meski aku hanya jadi yang kedua." Ucap Dina.

Dina sudah benar-benar dibutakan cinta oleh suami dari sahabat baiknya Anisa, dia lupa bagaimana baik dan lembut nya Anisa, yang begitu iklas membantu saat Dina pernah mendapatkan masalah sewaktu digerebek sedang melakukan adegan panas dengan teman sekolah nya.

Dina meminta Anisa untuk menjelaskan pada semua orang jika itu tidak benar, orang-orang percaya sewaktu Dina memberikan klarifikasi. Mengingat kebaikan dan kejujuran gadis itu.

Meskipun sesungguhnya Anisa merasa berdosa, tapi demi nama baik Dina dan persahabatan nya. Akirnya Dina terpaksa ikut berbohong. Jika itu hanya jebakan dan rekayasa untuk !enjatuh Kam Dina.

Alan menarik tangan Dina, perlahan dia mendudukkan Dina, dengan tingkah manja nya duduk dipangkuan Alan. Saling berciuman dan merangkul sudah menjadi hal biasa bagi mereka yang sudah lupa dengan perasaan orang lain yang tersakiti atas hubungan terlarang yang membuat mereka selalu kecanduan dan tidak pernah merasa puas.

Kembali Anisa melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam, tidak biasanya Alan pulang selarut itu. Anisa mulai cemas dan curiga.

"Perasaanku tidak enak, pikiran buruk selalu menghantui ku. Apa mas Alan sedang bercinta dan ketiduran dalam dekapan wanita itu....tidak.... kenapa aku tidak bisa menepis pikiran buruk ini." Anisa mengusap dadanya sambil beristigfar.

Suara deru motor yang begitu dikenali Anisa, membuat nya langsung menuju pintu untuk menyambut kedatangan suaminya.

"Tumben pulangnya larut begini mas."

"Iya di pabrik tadi sedang ada audit, sehingga kami diminta untuk lembur." Alasan yang diutarakan Alan, padahal Anisa sudah tahu jika sedang tidak ada lembur dari tari Anye teman satu tim Alan dikantor.

"Mas kamu memang sudah pintar membohongi ku sekarang." Gumam Anisa dalam hati, berusaha menahan isak tangisan nya.

"Mas aku siapin makanan ya."

"Ngak usah mas sudah makan." Jawab Alan langsung mengganti pakaian nya.

Anisa mengenai pakaian Alan, yang tercium wangi parfum perempuan, aroma yang sangat dikenali Anisa. Sekilas dia melirik bibir Alan terdapat bekas ciuman. Karena masih membekas warna merah muda lipstik disana.

Alan tidak menyadari jika istrinya melihat hal itu, dia langsung tertidur pulas sambil membelakangi Annisa. Percintaan panasnya dengan Dina membuat tenaga nya terkuras habis, sehingga dia tidak mendengar isak tangisan istrinya.