Widuri berjalan sambil menyapa beberapa teman kampusnya. Ada yang sibuk dengan kerja kelompoknya, ada yang asyik dengan panggilan di handponenya, ada yang sedang asyik berpacaran bahkan ada yang bahagia dengan kesendiriannya sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya, duduk di bawah rindangnya pohon.
Langkah kakinya berhenti di depan perpustakaan kampus, lalu ia masuk ke dalamnya. Jari jemarinya memilah buku-buku. Tak sengaja, beberapa buku terjatuh. Widuri berusaha untuk merapikannya kembali. Tiba-tiba Cakraminata datang dan membantu Widuri. Widuri merasa tidak nyaman saat dekat dengan Cakraminata. Setelah selesai, ia bergegas pergi keluar perpustakaan. Cakra mengikutinya dari belakang.
"Wid, ada sesuatu yang harus kamu tau, ini tentang bapak dan ibu"
Widuri menghentikan langkahnya. Tiba-tiba, Ratih datang dari arah depan. Cakra berlalu pergi menjauh dari mereka.
"Wid, tadi kayanya Cakra ada di belakang kamu deh. Tapi pas aku dateng kok dia malah pergi" Ucap Ratih sambil menerka-nerka apakah yang dia lihat tadi Cakraminata atau bukan.
"Kemana dia pergi?"
"Ke arah kantin"
Mereka segera bergegas pergi ke arah kantin. Terlihat Cakraminata sedang duduk sambil memakan sepiring nasi goreng yang hampir habis setengahnya, melihatny seperti itu, Widuri menyadari satu hal, yang di perpustakan tadi bukanlah Cakraminata.
Ratih menghampiri Cakraminata.
"Hey, ternyata kamu di sini. Kelas kedua sebentar lagi di mulai loh"
"Oh ya, aku akan segera ke kelas nanti. Bagaimana kabarmu?"
"Aku sangat baik hari ini" sambil memperlihatkan senyumnya yang manis
Cakra membuka resleting tasnya dan mengeluarkan buku yang ia pinjam dari Ratih.
"Kebetulan kita ketemu di sini, aku mau mengembalikan buku ini" sambil menyodorkan buku tersebut
"Isi bukunya bagus sekali, lain kali aku akan membelinya"
Widuri dan Ratih merasa bingung. Bukankah kemarin Cakraminata sudah mengembalikan bukunya di rumah lama Ratih.
Ratih mengambil bukunya dan membuka satu persatu lembar. Itu memang bukunya. Kalau bukan Cakraminata yang datang kemarin, lalu siapa. Ratih menatap Widuri yang juga terlihat bingung.
Cakraminata segera menyelesaikan makannya. Dia melihat ke arah Widuri.
"Dia siapa Ratih? Kakakmu?"
Pertanyaan itu memecahkan lamunan Widuri dan Ratih.
"Dia Widuri, sahabat sewaktu SMA"
Cakraminata mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Widuri. Tapi lagi-lagi Widuri tidak membalas uluran tangannya dan memilih pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kelas kedua sebentar lagi di mulai, ayo kita ke kelas"
Ratih dan Cakraminata berjalan ke arah kelas mereka. Widuri berjalan sambil memikirkan kejadian tadi. Entah kenapa dia merasa ada hal yang aneh.
***
Di Cafe yang kemarin, Widuri duduk kembali di sudut ruangan. Memesan secangkir coklat panas. Mengeluarkan buku yang sempat ia pinjam di perpustakaan.
Dari dalamnya terjatuh sebuah foto keluarga. Terdiri dari ayah, ibu, ketiga anak laki-laki dan satu bayi perempuan yang digendong oleh wanita lain. Widuri mengambil foto tersebut dan matanya tertuju pada wanita yang menggendong bayi perempuan tersebut.
"Mirip seperti tante Iswari" pikir Widuri saat itu.
"Tapi kenapa foto itu bisa ada di dalam buku ini?"
Widuri kembali membuka buku itu lembar demi lembar. Dia menemukan secarik kerja bertuliskan Kehancuranmu sudah dekat Bayuaji. Di balik kertas itu tertulis nama Bayuaji, Harini, Bagaskoro, Adiluwih, Cakraminata, Ratih, Iswari, dan Ismoyono.
Tapi anehnya nama Ismoyono dan Adiluwih dicoret dengan tinta merah. Widuri semakin penasaran. Siapa mereka sebenarnya dan kenapa ada nama Ratih dan tante Iswari.
Widuri segera menyadari satu hal. Kejadian-kejadian di rumah Ratih dan juga tante Iswari yang tiba-tiba ingin pergi dan pindah dari rumah itu. Padahal sebelumnya, mereka sangat tidak mau pergi dari rumah itu.
Widuri bergegas pergi ke rumah baru Ratih.
***
Di kelas, dosen sedang memberikan penjelasan dan tugas kepada para mahasiswa. Setelah itu, dosen pergi dan para mahasiswa segera bergegas untuk kelas selanjutnya.
Cakraminata menghampiri Ratih. Mengajaknya untuk pergi ke taman kota. Dengan senang hati, Ratih menerima ajakannya.
***
Di rumah barunya, Iswari sibuk menyembunyikan barang milik putri tuan Bayuaji. Widuri datang dan mengetuk pintu berulang kali tapi tidak ada jawaban.
Bruugg!!!
Suara barang jatuh terdengar dari dalam.
Widuri khawatir jika terjadi sesuatu dengan tante Iswari. Pintunya tidak di kunci. Widuri mencari Iswari di setiap ruangan sampai tiba di gudang. Barang-barang jatuh berserakan, Iswari dengan cepat merapikannya kembali. Tetapi Widuri sampai terlebih dahulu dan membuat Iswari terkejut.
"Nduk, kamu kenapa masuk ke rumah seperti ini?" tanya Iswari ketakutan jika Widuri sampai tahu sesuatu mengenai dirinya.
"Maaf tante, aku hanya khawatir tante kenapa-kenapa. Soalnya tadi ada suara barang yang jatuh terdengar sampai keluar"
"Yasudah, kamu tunggu saja di ruang tamu. Tante mau beres-beres dulu"
Widuri mengangguk. Langkah kakinya terhenti tatkala dia melihat sebuah kotak yang isinya ikut berantakan. Ia mengambilnya dan melihat foto tante Iswari bersama seorang pria. Mereka mengenakan pakaian pengantin. Sepertinya pria itu adalah suami tante Iswari dan ayahnya Ratih. Buru-buru Iswari mengambil foto itu dari tangan Widuri.
"Sudah cepat sana" perintah Iswari.
Widuri pergi ke ruang tamu. Ia duduk dan melihat foto-foto yang terpajang di setiap sudut. Ratih selama ini tidak tahu bagaimana dan dimana ayahnya. Tapi tante Iswari pasti tau dimana ayahnya Ratih dan dia mencoba untuk menyembunyikannya dari Ratih. Pikir Widuri saat itu.
***
Di taman kota, Cakraminata dan Ratih duduk di bawah rindangnya pohon.
"Kenapa tiba-tiba kamu ngajak aku ke sini?" tanya Ratih yang penasaran.
"Aku juga nggak tau. Padahal biasanya aku ke sini sendirian" sambil tersenyum
"Selama satu semester ini? Ngapain kamu ke sini?"
"Aku hanya menikmati kedamaian di sini. Aku merindukan rumahku di desa. Dan tempat ini tidak jauh berbeda dengan desa tempatku dilahirkan"
"Jadi kamu dari desa?"
"Iya. Di sana aku tinggal bersama bapak, ibu dan juga kedua kakak laki-laki dan satu adik...perempuan" saat menyebutkan adiknya Cakraminata terlihat begitu takut.
"Wah kamu bahagia banget ya, aku sedari kecil sudah tinggal berdua aja sama ibu. Aku nggak tau gimana bapakku sekarang dan dimana. Padahal aku juga ingin merasakan kasih sayang seorang bapak" ucap Ratih sambil berkaca-kaca
"Baguskan? Kamu malah menjadi wanita tangguh seperti ini" hibur Cakraminata pada Ratih
Ratih tersenyum dan mengangguk.
"Seharusnya aku bersyukur. Sementara Widuri, dia sudah tinggal sendiri. Dulu dia tinggal di panti asuhan, setelah bekerja sekarang dia hidup mandiri. Aku begitu bangga kepadanya, dia tidak pernah mengeluh"
"Temanmu itu juga cantik" spontan Cakraminata mengatakan hal itu sambil tersenyum
"Jadi kamu naksir ya sama Widuri. Nanti aku bilangin deh sama dia" goda Ratih
"Eh, jangan-jangan. Aku nggak mau. Udah ya aku mau beli makanan sama es krim, aku traktir deh tapi janji ya nggak bilang hal itu sama Widuri"
"Iya deh iya, janji. Es krimnya yang banyak ya, soalnya aku suka"
"Siap Ndoro"
Cakraminata pergi. Ratih mengambil handphonenya dan melihat fotonya dan Widuri.
"Kau beruntung Wid" sambil tersenyum.