Chereads / Ghost Hunter: The Blood and River / Chapter 9 - Peringatan!

Chapter 9 - Peringatan!

At 06.30 AM KST

Seperti janjinya, Yoon Jae mengajak teman-temannya termasuk lima adik kelas mereka untuk ikut bersamanya. Mereka menemui hantu yang sering berada di ujung tangga.

Hantu itu tersenyum melihat Yoon Jae menghampirinya. "Kenapa kau kesini?"

"Aku ingin mengenalkanmu dengan teman-temanku." Sahut Yoon Jae

"Hallo. Namaku Jeon Jung In." Ucap Jung In

"Hallo. Namaku Choi Beom Gi." Ucap Beom Gi

"Namaku Park Min Gi."

"Namaku Daniel Choi."

"Namaku Kim Jin Gu."

"Namaku Kim Joon Oh."

"Namaku Choi Hwang Bin."

"Namaku Kim Tae Oh."

"Namaku Jung In Seok."

"Namaku Kang Hyun Gi."

"Namaku Andrew Christian."

Hantu perempuan itu tersenyum yang hanya bisa di lihat oleh Yoon Jae, Jung In, dan Beom Gi saja. "Senang bertemu kalian semua. Namaku Jung Seo Min."

"Salam kenal Seo Min-ssi." Sahut Jung In

"Jangan panggil aku seformal itu. Panggil saja kakak." Sahutnya

"Kau lebih pantas di panggil Bibi ketimbang di panggil kakak." Ejek Yoon Jae

"Hei!" Kesal hantu perempuan itu dengan wajah marah

Yoon Jae, Jung In, dan Beom Gi tertawa melihat raut kesal hantu perempuan itu. Sementara yang lainnya tidak mengerti kenapa mereka tertawa. Jadi mereka hanya diam. Jung In dan Beom Gi menjelaskannya dan mengatakan jika hantu itu bernama Seo Min.

"Jadi nama hantu perempuan itu Seo Min?" Tanya Min Gi

"Iya. Lebih tepatnya Jung Seo Min." Sahut Jung In

"Apa dia tahu kenapa dia bisa meninggal?" Tanya Joon Oh

Hantu perempuan itu menunduk sedih, dia tiba-tiba saja teringat kejadian sebelum dia meninggal pada waktu itu.

"Jika aku ceritakan itu akan memakan waktu yang cukup lama, jadi nanti saja aku ceritanya. Kalian sebaiknya kembali ke kelas kalian, nanti kita bertemu lagi dan aku akan menceritakannya." Ucapnya

"Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu." Sahut Yoon Jae

Mereka pergi dari tangga itu dan menuju ruang kelas mereka.

"Kenapa kita harus pergi?" Tanya Min Gi

"Karena katanya jika dia ceritakan maka akan memakan waktu yang cukup lama, jadi dia akan menceritakannya nanti pada kita." Sahut Jung In

Mereka semua mengangguk mengerti. Tujuh pemuda itu kembali kekelas mereka dan lima pemuda itu kembali ke sekolahan mereka. Selama perjalanan menuju kelas, mereka bertemu dengan Min Jae, teman sekelas mereka.

"Dari mana aja kalian?" Tanya Min Jae

"Dari sekolah sebelah, kenapa?" Tanya Hwang Bin

"Kalian tadi di cari kepala sekolah dan meminta kalian ke ruangan kepala sekolah jika aku bertemu kalian." Sahut Min Jae

"Untuk apa?" Tanya Hyun Gi

"Aku tidak tahu. Sebaiknya kalian cepat temui kepala sekolah sekarang." Sahut Min Jae

"Baiklah, terimakasih Min Jae-ah." Sahut Hwang Bin

Mereka langsung menuju ruangan kepala sekolah itu. Ketika sampai, mereka mengetuk pintunya terlebih dahulu dan baru masuk ketika terdengar suara kepala sekolah mereka yang menyuruh mereka masuk dari dalam.

"Ada apa bapak memanggil kita ke sini?"

"Berhenti sebelum terlambat."

"Maksud bapak apa?"

"Berhenti sekarang sebelum semuanya terjadi."

Lima pemuda itu saling lempar pandang. Mereka sungguh tidak mengerti dengan ucapan kepala sekolah mereka.

"Kami benar-benar tidak mengerti dengan ucapan bapak."

Setelahnya bel masuk berbunyi. "Kalian boleh kembali ke kelas kalian."

Mereka kembali saling lempar pandang dan mengindikkan bahunya tidak mengerti. Daripada menanyakan lebih lanjut, mereka lebih memilih untuk kembali ke kelas mereka.

Ketika sampai di kelas, mereka mengerutkan keningnya melihat kursi di samping In Joon kosong.

Brukkk!!

Hyun Gi dan Andrew terjatuh ke lantai ketika ada yang menabrak mereka dari belakang. Sementara yang lainnya melotot tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Sialan tuh guru main menghukum murid seenaknya aja." Umpat Min Jae

"Kalian tidak apa-apa kan? Maafin aku yah, tadi aku tidak melihat kalian berdiri di sini." Ucap Min Jae sambil cengengesan

Dua pemuda itu bangun lalu ikut melotot kaget dengan kedatangan Min Jae. "K-kamu habis dari mana?" Tanya Hwang Bin

"Habis lari paling dari kejaran guru BP." Sahut Mark

"Iya. Dia kan selalu begitu setiap harinya. Bukannya menjalankan hukuman malah lari karena tidak mau di hukum." Sahut Sung Ji

"Lagian kan aku cuman terlambat satu detik, ngapain aku ikutan di hukum mending aku lari. Kan aku tidak salah." Sahut Min Jae membela diri

"Terserahmulah." Sahut In Joon

"Sesuka hatimu aja deh, Jae." Sahut Jin Goo

"T-tunggu dulu!" Ucap Hwang Bin

"Kalian kenapa sih? Kok kaya ketakutan gitu melihat aku datang?" Tanya Min Jae bingung

"Bukannya kamu sudah datang yah? Terus kamu minta kita berlima buat ke ruangan kepala sekolah." Ucap Hwang Bin

"Hah? Kapan aku bicara seperti itu sama kalian?" Kali ini Min Jae benar-benar bingung

"Ta-tadi barusan kamu minta kita ke ruangan kepala sekolah, karena kamu diminta kepala sekolah buat nemuin kita berlima untuk menyuruh keruangannya saat kamu bertemu dengan kita." Jelas Daniel

"Hahahahahaha... ngawur kalian semua. Kepala sekolah aja ada di rumah sakit, gimana ceritanya dia ada di ruangannya buat nemuin kalian." Ucap Jin Goo yang tertawa keras mendengar ucapan tidak masuk akal lima temannya

"Iya. Lagian kapan sih Min Jae nggak telat? Kalo itu semua terjadi, aku bakal traktir anak satu kelas buat makan di kantin sepuasnya." Sahut Chen Hoon

"Tunggu dulu, kamu bilang kepala sekolah lagi ada di rumah sakit, kenapa?" Tanya Beom Gi

"Katanya sih penyakitnya kambuh lagi." Sahut Jin Goo

"Terus yang diruangan kepala sekolah itu siapa dong?" Gumam Daniel yang membuat mereka mengindikkan bahunya tidak tahu

"Loh? Bukannya tadi Min Jae pake tas biru yah?" Tanya Hyun Gi ketika melihat warna tas yang di bawa Jaemin beda dari yang mereka temui tadi

"Sejak kapan aku punya tas warna biru? Aku tuh punya tas semuanya hampir warna hitam dan abu-abu." Sahut Min Jae

"Terus yang tadi kita temuin siapa dong?" Tanya Andrew

Mereka semua langsung melotot horror. "Kalian jangan nakutin deh. Masih pagi juga, udah horor aja." Sahut Mark

"Tapi serius tadi Min Jae nemuin kita dan minta kita ke ruangan kepala sekolah, ketika di sana kita melihat kepala sekolah duduk dan mengatakan untuk berhenti, tapi kita semua tidak tahu maksud kepala sekolah itu." Jelas Hwang Bin

"Kalian semua bikin aku takut aja. Kapan coba aku nemuin kalian? Orang tadi aja aku masih di parkiran buat markir mobil terus pas bel bunyi baru aku nyoba nerobos masuk." Jelas Min Jae

"Kalian bilang kan, kalian lagi nyelidiki kasus kematian di sekolah sebelah kelas 3A bersama tujuh kakak kelas yang bersekolah di sana. Mungkin hantu penunggunya minta kalian buat berhenti nyelidikin kasus itu." Sahut Mark

"Benar. Pasti yang nemuin kalian itu hantu penunggunya. Soalnya mustahil Min Jae datang pagi-pagi terus nemuin kalian buat nyuruh kalian ke ruangan kepala sekolah." Sahut In Joon

"Apalagi kepala sekolah kita lagi di rumah sakit jadi mustahil yang bicara dengan kalian tadi itu adalah kepala sekolah." Sahut Chen Hoon

Lima pemuda itu saling lempar pandang, mereka menyetujui ucapan In Joon yang mengatakan mustahil Min Jae datang pagi dan tidak terlambat, harusnya mereka ingat itu. Karena mereka kenal Min Jae dari kelas 1 dan anak itu selalu datang terlambat. Tidak pernah dia tidak terlambat ketika masuk kelas.

Tidak lama setelah itu ada guru yang masuk kekelas mereka untuk memulai pembelajaran.

*****

Hal yang sama juga terjadi pada tujuh pemuda itu. Ketika mereka dalam perjalanan menuju kekelas, mereka bertemu Chan Bin.

"Kalian diminta kepala sekolah buat nemuin dia."

"Buat apa?"

"Aku tidak tahu, sebaiknya kalian cepat temui kepala sekolah sebelum dia ngamuk dan aku yang disalahkan karena dianggap tidak menyampaikan pesannya pada kalian."

"Baiklah. Terimakasih, Bin."

"Yo. Sama-sama."

Tujuh pemuda itu langsung berjalan menuju ruangan kepala sekolah dan mengetuk pintunya. Ketika terdengar suara 'masuk' dari dalam, baru mereka masuk kerungan itu.

"Ada apa bapak ingin bertemu kita semua?"

"Jangan lanjutkan. Nanti kalian menyesal."

"Maksud bapak apa?"

"Berhenti sebelum terlambat."

"Kita tidak tahu apa yang bapak maksudkan."

Tidak lama terdengar bunyi bel masuk. "Segera kembali ke kelas kalian."

"B-baik, pak."

Mereka langsung kembali ke kelas mereka. Selama perjalanan mereka masih bingung dengan ucapan kepala sekolah mereka.

Ketika memasuki kelas, mereka langsung duduk di kursi masing-masing. Yoon Jae melihat kearah samping, ada Se Joon yang lagi main game di ponselnya.

"Chan Bin belum kembali, Joon?" Tanya Yoon Jae

"Hah?" Se Joon langsung berhenti bermain lalu menatap Yoon Jae

"Chan Bin belum datang kali jam segini." Sahut Se Joon

"Bukannya tadi dia udah datang yah terus memuin kita tadi?" Sahut Jin Gu

"Sejak kapan Chan Bin datang? Tuh anak kan telat terus dan menjadi langganan guru BP." Sahut Jong Min mendengar ucapan Jin Gu

"Iya. Sampe tuh buku semuanya nama dia. Jadi mustahil Chan Bin dateng pagi." Sahut Baek Ho

"Ta-tapi tadi kita beneran bertemu Chan Bin dan dia minta kita buat keruangan kepala sekolah." Sahut Jung In

"Hah? Ke ruangan kepala sekolah?" Tanya Dae Hyun

"Hahahahahaha." Tawa mereka semua

"Kalian ngelindur yah? Bukannya udah tiga hari kepala sekolah kita tidak masuk karena dia bulan madu sama istrinya." Sahut Jun Myeon

"Tapi tadi beneran kami nemuin kepala sekolah, dia duduk di kursi sambil mengerjakan sesuatu." Sahut In Seok

"Halusinasi kalian doang kali. Ya kali Chan Bin datang pagi dan kepala sekolah ada di ruangannya." Sahut Baek Ho

"Kalo mau ngomongin aku tuh di depan orangnya langsung bukan malah di belakang." Sindir Chan Bin yang baru datang

"Noh anaknya baru dateng. Tanyain gih lebih jelasnya." Sahut Jun Myeon

"Ada apaan nih?" Tanya Chan Bin yang langsung duduk di kursinya

"Bukannya tadi kamu nemuin kita yah dan minta kita buat ke ruangan kepala sekolah?" Tanya Joon Oh

"Kapan? Aku aja baru dateng." Sahut Chan Bin bingung

"Cepet banget kamu ganti warna rambut. Perasaan tadi rambutmu warna merah." Sahut Min Gi

"Kalo kemarin rambutku emang warna merah tapi aku ganti pas sorenya. Kapok aku ngewarnain rambut jadi warna merah. Hukumannya jadi double." Sahut Chan Bin ngeri sendiri mengingat hukuman yang dia jalankan kemarin ketika dia nekat mewarnai rambutnya jadi merah

"Lagian kamu nekat banget ngewarnain rambut jadi merah." Sahut Baek Ho

"Sudah kita bilangin juga, jangan warna merah. Masih aja kamu nekat ngewarnain rambut jadi warna merah. Kena hukum kan jadinya." Sahut Yi Xing

"Aku kan iseng doang melakukannya." Sahut Chan Bin sambil cengengesan

"Tapi enak kan kena hukum double?" Tanya Yoon Jae dengan nada mengejek

"Tidak enak sama sekali." Sahut Chan Bin yang bergidik ngeri mengingat kembali hukuman yang diterimanya kemarin

Mereka semua tertawa kecil mendengarnya. Di antara mereka semua yang sering berbuat ulah itu si Chan Bin, padahal mereka masih kelas 1 tapi buku BP udah semuanya nama dia gara-gara dia terlambat datang terus. Itu adalah hal yang tujuh namja itu lupakan. Semenjak mereka kenal dan berteman dengan Chan Bin, mereka selalu melihat Chan Bin yang memasuki kelas lebih lambat dari mereka.

"Tidak. Tidak. Tadi kamu itu nemuin kita pake rambut warna merah." Sahut Tae Oh

"Nah kalau itu pasti bukan aku." Sahut Chan Bin

"Terus siapa dong kalau bukan kamu?" Tanya Jung In

"Setan kali." Sahut Jong Min

"Ya kali masih pagi ada setan." Sahut Jun Myeon

"Iya benar. Setan tuh munculnya malam. Kalau pagi begini mereka masih tidur." Sahut Chan Bin

"Emang setan bisa tidur?" Tanya Jung In

"Percaya aja kamu sama omongan Chan Bin." Sahut Se Joon

"Mana ada setan bisa tidur. Kecuali Yoon Jae setannya, baru bisa. Dia kan suka tidur." Sahut Jong Min

"Sialan kamu, Jong." Umpat Yoon Jae

Mereka semua tertawa. Tidak lama guru masuk untuk memulai pelajaran hari ini.

Hari ini mereka sama-sama mengalami kejadian yang aneh. Kejadian itu seolah-olah memberikan mereka peringatan agar tidak melanjutkan misi mereka dalam menyelidiki kematian murid di kelas 3A itu.

Sekarang mereka harus bagaimana? Berhenti atau lanjutkan? Jika hantunya saja sudah memberikan peringatan bukankah itu artinya mereka dalam bahaya? Entahlah. Mereka tidak tahu. Mereka hanya ingin menjalaninya saja. Jika takdir mereka adalah kematian maka mereka akan menerimanya tapi jika bukan, maka sejauh apapun hantu itu mencoba mencelakakan mereka maka mereka tidak akan mati.

bersambung...