William masuk dengan wajah kesal. Mentari bahkan tidak sudi menatapnya, membuat rindu yang dirasakan laki-laki itu menguap. Rasa kesal itu telah membunuh rindu yang ingin dituntaskan.
"Aku sudah berbaik hati tersenyum menyapanya, tapi dia malah memalingkan muka. Bikin kesal saja," gerutu William di dalam kamarnya.
"Tuan!" seru kepala asisten Ran.
"Ada apa?" tanya Will dengan malas.
"Nona ingin bicara dengan Anda di taman belakang," jawab Ran dengan sopan.
Laki-laki paruh baya itu sudah terbiasa dengan sikap arogan sang majikan, karena Ran dan para asisten rumah tangga di sana mengenal William dengan baik. Meski mulutnya pedas dan sikapnya dingin, tapi hatinya lebih hangat dari sinar mentari di musim semi. Semarah apa pun laki-laki itu, ia bukanlah orang yang suka melakukan kekerasan.