Chereads / The Hunters: Jackson Wang / Chapter 2 - Misi Pertama

Chapter 2 - Misi Pertama

Ponsel Jack berbunyi.

Saat ia melihat ponselnya, ternyata dugaan Jack memang benar. Temannya yang meminta Jack untuk datang ke kantornya hari inilah yang menghubunginya. Saat ini, ia pasti sedang menunggu Jack datang, dan sepertinya ia akan menanyakan keberadaan Jack sekarang.

Jack menjawab panggilannya.

"Jack kau dimana? " tanya temannya.

"Aku sedang menuju ke kantormu, sebentar lagi aku sampai." balas Jack.

"Baiklah, cepat! Aku menunggumu. "

"Iya baiklah, sebentar lagi aku akan segera sampai. "

Klik. Jack menutup panggilannya.

Taxi yang sedang Jack tumpangipun semakin melaju kencang dijalanan dan menyalip beberapa mobil di depan nya. Jack menyuruhnya untuk mengemudikan mobil lebih cepat, karna ia sudah terlambat untuk menemui temannya. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke kekantor tempat temannya itu bekerja yang berada di pusat kota.

Sesampainya di tempat tujuan, Jack langsung membayar sejumlah uang dan turun dari mobil Taxi.

Bugh!

Jack menutup pintunya, tak lama Taxi itupun melaju pergi setelah Jack keluar dari mobilnya.

Jack sekarang berdiri di depan kantor kepolisian pusat kota, tempat temannya itu bekerja. Teman Jack adalah seorang anggota polisi yang sering menyelidiki kasus kejahatan dan kebanyakan tentang kasus pembunuhan, bisa dibilang temannya itu seorang detektif. Tapi tetap saja, sehebat apapun temannya itu dia tetap membutuhkan bantuan Jack dalam setiap misinya.

"Jack!" panggil seorang pria yang berjalan menghampirinya.

Jack menoleh, "Bagai mana kabarmu?" tanya Jack pada temannya.

"Baik, bagaimana denganmu? Sepertinya kau baik-baik saja. " balas temannya yang sedikit menepuk-nepuk pundak Jack.

"Ntahlah, dadaku sering sakit akhir-akhir ini. Besok, mungkin aku akan pergi kerumah sakit untuk menemui dokter Zeke seperti biasa. Katakan, kenapa kau menyuruhku datang kemari? " tanya Jack heran.

Kenzo Rey, seorang polisi tampan, dan tentu saja masih lajang. Tahun ini Rey menginjak usia 29 tahun. Rey dan Jack adalah teman semasa SMA dulu, meskipun Rey adalah kaka kelas Jack, tapi pertemanan yang terjalin di antara mereka berdua seperti tidak ada sekat yang memberatkan Jack dengan iming-iming senior junior bahkan sampai saat ini. Rey sudah seperti saudara bagi Jack begitupun sebaliknya.

***

Seorang pelayan Cafe meletakan secangkir kopi di atas meja yang ditempati oleh Rey dan Jack. Rey rupanya mengajak temannya itu untuk berbincang di cafe yang tak jauh dari kantornya.

"Begini Jack, ini tentang kasus mayat seorang wanita yang ditemukan seminggu yang lalu. Aku sudah pernah menceritakan nya padamu kan? Bukti-bukti yang ada menunjukan bahwa dia tewas karena bunuh diri di rumahnya. Kepolisian juga sudah membebaskan suaminya karena tidak ada bukti kuat yang mengarah padanya. " Ujar Rey yang membuat Jack sedikit tersedak saat ia sedang meminum secangkir kopi yang baru saja datang.

Jack agaknya sedikit dikejutkan dengan apa yang Rey ucapkan saat ia tengah menikmati kopinya dengan tenang, Jack lalu menaruh cangkirnya kembali di atas meja. "Ini gila! Kau membebaskan orang itu! Sudah jelas-jelas dia itu seorang psikopat. Aku yakin dialah yang membunuh istrinya, hanya karna dia seorang dokter, bukan berarti hatinya memiliki rasa untuk selalu tergerak menolong orang." Ujar Jack.

"Itulah maksudku Jack! Aku juga tidak mempercayainya. Meskipun memang benar istrinya itu selingkuh dibelakangnya tapi... "

"Apa! Istrinya selingkuh? Bagai mana bisa dia selingkuh? " Jack memotong ucapan Rey, seperti dia tidak percaya dengan apa yang temannya itu katakan.

"Itu benar, aku bahkan melihat pesannya dengan laki-laki lain. Saat ini polisi sedang mencari pria itu. Tapi bisa jadi....anak yang dikandungnya itu bukan anak suaminyakan?" Ucap Rey dengan mengerutkan dahinya. Sebenarnya ia hanya sekedar meneka-neka saja tanpa mengetahui kebenarannya.

"Ntahlah, aku sendiri tidak mengerti. " gumam Jack yang melipat kedua tangan didadanya sembari menyenderkan tubuhnya ke kursi.

"Itu dia! Kau akan mengerti setelah berbicara dengan arwahnya. " Ujar Rey.

Jack membulatkan matanya. "Apa?! Kau memintaku untuk berbicara padanya?!" tanya Jack dengan nada meninggi.

"Tentu saja, " jawab Rey santai.

Mendengar jawaban Rey, Jack hanya memalingkan wajahnya malas. "Sudahlah kita akhiri saja ini, aku harus pergi! " Jack beranjak dari kursi yang ia duduki dan pergi meninggalkan temannya itu.

Jujur saja, sebenarnya Jack merasa risih dengan kelebihannya itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa menyembuhkannya walaupun sudah datang menemui para normal atau semacam orang yang mendalami ilmu gaib. Mereka bilang, Jack sempat diculik oleh arwah seorang ibu yang merindukan putranya saat ia tengah koma dirumah sakit beberapa tahun yang lalu. Jack bahkan sudah hidup berbaur sebagai arwah dengan mereka. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Jack justru terbangun dari komanya, meskipun dengan jiwa yang sudah melekat bersama mereka.

Jack berdecik kesal. "Cih! Dia sudah tidak waras memintaku untuk melakukannya lagi. Yang terakhir saja hampir membuatku mati tercekik karena amarah yang begitu besar. Lagi pula, biasanya orang yang mati tidak wajar dengan jiwa yang belum tenang dan memiliki dendam yang begitu besar pada seseorang yang masih hidup. Ia bisa saja bersekutu dengan iblis dan membuatnya lebih kuat. Mahluk seperti itulah yang selalu menggangu ketenangan manusia!" Gumam Jack yang berjalan pergi meninggalkan Cafe dengan wajah kesal.

"Jack tunggu!" teriak Rey, ia berlari mengejar Jack yang berjalan cepat meninggalkannya.

Jack berhenti saat mendengar Rey memanggilnya, "Ada apa? " tanya Jack malas.

"Dengarkan aku dulu Jack, ini sangat menguntungkan bagi kita berdua!" Ujar Rey.

"Apa? Coba sebutkan bagian mana yang menguntungkan bagiku! " Ujar Jack.

"Dengar! Tidak lama lagi kasus penggelapan uang yang dilakukan mentri Tsuki akan masuk proses sidang. Kau bisa datang menyaksikannya jika kau mau. Bukankah ini sangat menguntuntungkan bagimu? Kau kan ingin sekali jadi pengacara, kau akan belajar banyak nanti disana. " Ucap Rey pada Jack dengan sedikit iming-iming agar ia mau menemui arwah wanita yang kasusnya sedang Rey tangani.

"Ayolah Jack! Para wartawan terus berdatangan mencari informasi terbaru mengenai kasus ini. Jika kebenaran tidak terungkap, mungkin saja kasus ini akan ditutup untuk selamanya." lanjut Rey.

Jack hanya terdiam saat mendengarnya, apa yang Rey ucapkan memang benar, Jack bahkan sempat melihat beritanya di televisi dua hari yang lalu. Beritanya bahkan tersebar di kampusnya hari ini, itu semua karna suaminya yang menjadi tersangka adalah seorang dokter muda dan tampan. Para gadis bahkan terus membicarakannya di kampus pagi ini.

"Tapi, bukankah itu sidang tertutup untuk umum? Bagai mana aku bisa melihatnya? " tanya Jack yang sepertinya meragukan penawaran Rey.

"Tentu saja itu sidang tertutup untuk umum. Tapi aku akan berbicara dengan atasanku, kau tenang saja. " ujar Rey dengan senyum tipis, dan itu benar-benar membuat Jack tertarik untuk menerima penawaran yang ditawarkan Rey.

"Baiklah-baiklah! Aku akan membantumu semampu yang kubisa. " Ujar Jack dengan sedikit terpaksa. Tapi, mau bagai mana pun juga, saat ini Rey sedang membutuhkan bantuannya. Lagi pula, tidak masalah bagi Jack selama itu untuk temannya ia akan melakukan apapun semampu yang ia bisa.

"Sudahlah aku harus kembali bekerja, kau pulanglah! Kita akan membicarakan ini nanti malam." lanjut Rey.

"kau akan datang kerumahku?" tanya Jack heran.

"Tentusaja. Dan jangan lupa untuk membuatkanku makan malam. Baiklah, sampai jumpa. " Ujar Rey yang pergi meninggalkan Jack sendiri di depan Cafe.

Jack melihat jam tangannya, waktu menunjukan pukul 17.36 sore. Tanpa pikir panjang, Jack langsung pergi meninggalkan cafe dan pulang kerumahnya dengan bus.

***

Sesampainya di depan rumah, yang pertama kali Jack lakukan adalah membuka pintu rumah yang terkunci.

Ceklek!

Jack membuka pintu rumahnya, kemudian ia membuka sepatu dan menaruhnya didekat pintu. Saat Jack masuk ke dalam rumah, ia melihat mahluk yang berdiri tepat dihadapannya dengan wajah yang hancur dan asap hitam muncul dari tubuhnya, membuat Jack terkejut bukan main. Tubuh Jack sedikit terpental kebelakang saat ia melihat sosok wanita itu berdiri seperti sedang menyambut kedatangannya.

"Kenapa kau mengagetkanku? Pergi sana! Astaga lihat wajahmu yang mengerikan itu dicermin! " Ujar Jack padanya. Mahluk itupun melayang pergi seperti asap, dan sesaat setelah ia pergi, tiba-tiba lampu di ruang tengah padam dan hidup kembali dengan tempo yang cepat berulang-ulang. Jack yang melihatnya hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

"Aku sedang tidak ingin bermain denganmu! Hentikan! " Ujar Jack kesal.

Lampu itupun menyala normal seperti biasa.

"Kau membuatku jengkel saja! " gumam pria tampan itu, kemudian ia berjalan pergi ke kasur dan menjatuhkan diri ke tempat tidurnya.

Bugh!

"Aku sangat lelah!" ujarya sembari menarik guling dan mendekapnya erat. Jack menutup matanya karna rasa kantuk yang amat besar. Tanpa ia sadari, akhirnya Jack tertidur lelap meskipun ponselnya terus berbunyi karna sang ibu terus menghubungi anak bungsunya itu.

Mimpi membawa Jack pergi menyusuri tidurnya yang pulas, dan waktu terus berjalan tanpa ia sadari.

Plakk... plakk.. plakk..plakk.

"Jack bangun! Jack... Jack!" Ujar Rey yang terus menepuk-nepuk pipinya agar Jack terbangun. Saat Rey sampai dirumah Jack ia melihat temannya itu sedang tidur pulas di kasurnya padahal malam ini ia harus pergi menemui arwah perempuan itu dan berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Dasar anak ini! Jack bangunlah! " Rey menarik guling yang Jack dekap dan langsung menggebuknya dengan guling itu.

"Apa yang kau lakukan! " Ujar Jack yang terbangun dari tidur pulasnya.

"Bagun! Ini sudah jam sepuluh malam. Bukankah kita harus pergi menemui arwah itu? " Ujar Rey kesal.

Jack meregangkan tubuhnya, sesekali ia menguap hebat karna rasa kantuknya. Dia mengucek matanya agar bisa melihat wajah Rey yang terlihat samar dihadapannya. "Apa harus malam ini? Aku tidak membuat persiapan, apa kau pikir ini mudah? kita bahkan tidak punya perantara! " Ujar Jack yang masih meringkuk dikasurnya.

"Tentusaja kita akan melakukannya malam ini! Tunggu, perantara apa maksudmu? " Tanya Rey bingung.