Chereads / The Hunters: Jackson Wang / Chapter 6 - Kegagalan

Chapter 6 - Kegagalan

"Ken, cepat buka kotaknya!" perintah Rey pada adiknya.

Dengan cepat Ken membuka kotak hitam yang ia bawa, terdapat dupa dan beberapa persembahan makanan untuk orang yang sudah meninggal di dalamnya.

"Ken letakan itu disini! Kita harus melakukannya cepat! " Ujar Rey pada adiknya.

Mereka berdua menyusun semua persembahan tepat di dibawah pohon besar di halaman belakang rumah, persis seperti melakukannya persembahan untuk orang meninggal dalam upacara kematian. Tak lupa Rey menyalakan hio atau dupa dan meletakkannya dekat persembahan. Dupa seketika mengeluarkan asap sesaat setelah dibakar.

"Sekarang bagai mana? " tanya Ken.

"Mari kita berdoa sebentar." Ujar Rey.

Rey lalu menyatukan telapak tangannya sembari memejamkan mata, diikuti oleh Ken adiknya. Rey berdoa untuk arwah siapapun yang meninggal dirumah itu, termasuk wanita yang kasusnya sedang ia selidiki saat ini.

Rey membuka matanya, "Ken, ayok kita pergi dari sini! " Ujar Rey, nampaknya ia sudah selesai memanjatkan doa disana.

"Baik, " jawab Ken singkat.

Rey dan Ken, mereka berdua sudah menyelesaikan tugasnya. Kini tinggal Jack yang sepertinya masih bergelut dengan mahluk penghuni rumah yang ia datangi. Dengan cepat Jack menuruni anak tangga, sekarang ia sudah sampai di lantai satu. Jack berjalan perlahan sembari melihat-lihat seisi rumah, ia nampak waspada pada setiap barang yang dapat membahayakan dirinya. Dan benar saja! Sebilah pisau melayang dari arah belakang.

Jack menoleh, dan pisau itupun menancap tepat pada lukisan yang berada dihadapannya. Jika saja saat itu Jack tidak menoleh, mungkin saat ini, pisau itu sudah menancap tepat dikepalanya.

Jack membulatkan matanya, ia sepertinya menyadari apa yang baru saja terjadi setelah melihat sebilah pisau datang dari arah belakang dan menancap tepat pada sebuah lukisan usang di depannya.

Jack membalik badan, Ia melihat mahluk itu melayang mengitari dirinya. Jack mengangkat kepalanya dan menatap tajam mahluk itu, matanya terus mengikuti gerak-gerik mahluk yang melayang mengitari dirinya.

"Aku bawakan persembahan untukmu, semoga kau menikmatinya. Aku datang ketempat ini dengan niat baik, tapi jika kau menyambutku dengan buruk seperti ini, aku tidak akan mengampunimu!" Tegas Jack yang terus memperhatikan mahluk itu.

***

"Kaka, kenapa dia belum kembali? Sudah sejam lebih kita menunggunya dimobil." Ujar Ken pada Rey yang terus memandangi rumah itu dengan perasaan cemas didalam mobil.

"Ntahlah, kenapa Jack belum kembali?" Rey justru bertanya balik pada adiknya.

Malam semakin mencekam, langit nampak hitam pekat dengan awan yang tertiup angin perlahan menenggelamkan bulan. Satu menit terasa begitu lambat bagi Ken, ia ingin cepat pulang dan mengakhiri apa yang sedang terjadi malam ini.

"Kaka. Sejak kapan kalian melakukan ini semua? Maksudku melakukan hal mistis seperti ini," tanya Ken pada kakanya.

Rey menoleh, ia menatap adiknya, "Sekitar tiga bulan lalu mungkin. Awalnya aku memang tidak percaya saat Jack menceritakan hal seperti itu padaku, kau tau sendiri dijaman sekarang ini mana ada orang yang mempercayai hal seperti itu. Tapi, berkat Jack aku bisa memecahkan kasus tentang pemerkosaan yang menewaskan remaja beberapa bulan yang lalu. Jadi, aku berpikir hal seperti itu memang ada. " Jawab Rey pada adiknya.

"Aku jugak sempat tidak percaya saat kaka menceritakan tentang ka Jack padaku.Tapi, ka Jack bisa melakukan apa saja selain ini?" Ken lanjut bertanya.

"Ntahlah. Yang jelas dia hanya bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka sejak sadar dari komanya beberapa tahun yang lalu. " Balas Rey.

"Itu dia kembali. " Ujar Ken, ia melihat Jack berjalan ke arah mobil dari kegelapan.

Mendengar apa yang adiknya ucapkan Rey pun menoleh dan dengan cepat membuka kaca mobil. Terlihat Jack berjalan cepat menuju mobil dan langsung membuka pintunya dan duduk di kursi belakang.

Bugh!

Jack menutup pintu mobil. Rey nampak cemas dengan keadaan temannya yang datang dengan wajah lebam.

"Jack kau baik-baik saja? Apa yang terjadi disana?!" Tanya Rey cemas.

Jack mengusap darah dari sudut bibirnya yang memar dengan ibu jarinya. Rasanya memang sedikit perih, tapi ia berusaha untuk menahan rasa sakit yang menurutnya tidak seberapa dengan luka yang ia alami beberapa tahun yang lalu sampai membuat ia koma.

"Aku hanya sedikit terluka, kalin baik-baik saja?" Jack justru balik bertanya karna mencemaskan mereka berdua yang cukup lama menunggunya.

"Tentu saja. Kami berdua hanya duduk di mobil menunggumu, tapi lihatlah dirimu! Apa terjadi sesuatu? " Ujar Rey.

"Cepat! Kita harus segera pergi dari sini Rey. Tegas Jack.

Mendengar perintah Jack, Rey langsung tancab gas meninggalkan tempat itu. Rey mengendarai mobilnya di jalan aspal yang sepi dengan kendaraan, dan hanya ada pepohonan rindang di sepanjang tepi jalan.

"Sebenarnya apa yang terjadi disana Jack?!" tanya Rey. Ia penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai temannya itu terluka.

"Ka Jack, apa lukamu parah? Haruskah kita pergi kerumah sakit?" Tanya Ken, ia terlihat cemas dengan keadaan Jack yang datang dengan wajah memar.

"Aku baik-baik saja. Ternyata dugaanku memang benar! Arwah wanita itu tidak ada disana. Lebih tepatnya, dia tidak dihabisi di rumah itu!" Ucap Jack kesal.

"Apa?! Apa yang kau katakan?" tanya Rey yang tidak paham dengan apa yang Jack ucapkan.

"Mahluk yang kau lihat tadi, di adalah jiwa ayahnya yang sudah tenang. Tapi, ia kembali dengan amarah yang begitu besar saat mengetahui putri satu-satunya yang ia miliki meninggal dengan tidak wajar. Dia cukup berbahaya. Tapi itu wajar saja, karena kesedihan dan amarah begitu menguasai dirinya saat ini. "

"Lalu sekarang bagai mana Rey? Jika arwah itu tidak ada disana berarti ia tidak meninggal disana. Jika bukan disana lalu dimana?! Benar-benar membingungkan! Padahal aku sendiri yang melihat mayat itu tergantung disana. " Ujar Rey, ia merasa kesal dengan hal yang membingungkannya saat ini. Pasalnya, ini jauh berbeda dengan dugaannya dan laporan dari pihak kepolisian yang menangani kasus ini.

Sembari mengemudi mobil, Rey nampak kesal. Bagaimanapun juga ia harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dari kasus yang sedang ia tangani. Rey melihat adiknya yang sudah tertidur pulas disampingnya, ia lalu pokus kembali mengemudi menatap jalan yang gelap dan sepi.

"Sudahlah Rey jangan terlalu dipikirkan. Cepat atau lambat, malam ini atu esok, kita pasti akan segera mengetahui semuanya. Aku tidak menjanjikan itu padamu, tapi.....aku kan berusaha membantumu semampu yang kubisa." Ujar Jack, ia menghela nafas panjang lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil dan menatap kosong pepohonan di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Rey tersenyum tipis dengan rasa kecewa yang nampak jelas diwajahnya, "Lihatlah kenyataan, tidak ada yang berjalan sesuai rencana didunia ini. " Ucap Rey.

Mobil yang Rey kendarai akhirnya sudah melewati hutan yang begitu mencekam apalagi saat tengah malam seperti ini. Tidak ada lampu jalan atau satupun kendaraan yang melintas, malam ini mereka bertiga pulang tanpa mendapat petunjuk apapun.