"Sekarang bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? " tanya Rey pada Jack.
"Aku akan masuk kerumah itu, aku akan menemuinya. Aku yakin! mahluk itu mempunyai hubungan erat dengan arwah wanita yang akan kita temui. " Tegas Jack.
"Aku butuh bantuan kalian! " lanjutnya.
"Bantuan apa? " tanya Ken.
Jack mengambil kotak hitam yang ia bawa, kotak itu langsung dia berikan pada temannya Rey. Walaupun Rey tidak mengetahui isi kotaknya, tapi ia tetap menerima kotak yang Jack berikan padanya.
"Dengar! Aku akan masuk kerumah itu, kalian pergi ke halaman belakang rumahnya dan bakar dupa disana, berikan juga beberapa persembahan disana. Ini agak sulit, jadi berhati-hatilah. Satu hal lagi, jangan pernah masuk kedalam rumah atau berani mendekati pintunya! Kalian tunggulah didalam mobil jika sudah selesai! Paham? " Ucap Jack, ia menjelaskan secara detail satu persatu agar mereka melakukannya dengan benar.
Rey dan Ken mengangguk paham. Mereka yakin bisa melakukan apa yang Jack ucapkan.
"Baiklah! Aku percaya pada kalian." Ucap Jack yakin.
Tak lama, Jack keluar dari mobil dan dengan cepat ia menutupnya pintunya kembali. Jack menarik nafas panjang dan berusaha tenang agar tidak membahayakan dirinya ataupun orang yang bersamanya. Perlahan tapi pasti, Jack melangkah pergi memasuki rumah dua lantai dihadapannya. Jack masuk lewat pintu gerbang depan yang tidak terkunci.
Angin malam seketika berhembus menimpa wajahnya. Jack menghentikan langkah kakinya, ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam rumah tua itu dihadapannya.
Jack tersenyum tipis dengan tatapan tajam misterius, "Sial!" gumam pria tampan itu.
Jack berlari masuk kedalam rumah, mendorong paksa pintu depan dengan kakinya.
Bugh!!!
Pintunya terbuka. Satu dorongan paksa mampu membuka pintu depan rumah yang telah usang termakan rayap.
Jack melangkah masuk kedalam rumah tua gelap dan lembab. Sekilas memang tidak ada yang aneh dengan rumah yang Jack datangi. Ia sendiri bahkan tidak merasakan sosok mahluk astral yang mendiami rumah itu! Tapi, ini masih dilantai satu, masih ada satu lantai lagi yang harus Jack datangi.
Lelaki tampan itu berjalan santai melihat-lihat isi rumahnya yang sudah di tutupi debu tebal, tidak begitu banyak barang yang berada disana. Hanya lemari besar, meja dan kursi kumuh yang berada disana. Jack melihat ke pojok kanan rumahnya, memang nampak gelap, tapi cahaya rembulan yang masuk dari selah-selah jendela sedikit menerangi pandangan yang nampak samar.
Jack berjalan mendekati sesuatu yang menurutnya terlihat seperti tangga.
"Sepertinya ini tangga untuk naik ke lantai dua, " Ujar Jack, ia mengambil ponsel di saku celananya dan dengan cepat menyalakan senter ponselnya.
Sekarang kakinya itu bisa dengan leluasa melangkah, Jack mengarahkan cahaya senternya ke anak tangga yang akan ia pijak. Tangganya nampak kotor dan penuh dengan debu, rumah itu memang sudah lama tidak berpenghuni, mungkin sekitar sepuluh tahun lamanya. Rumah yang dulunya asri dan nyaman untuk ditempati, kini justru berubah menjadi rumah mengerikan dan mencekam ditambah dengan lokasinya yang berada ditengah hutan.
Tukk... tukk....tukk.
Suara langkah kaki Jack bahkan terdengar jelas saking heningnya suasana didalam rumah. Jack menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua, ia terus mengarahkan senternya kesana kemari sembari melihat-lihat rumah yang telah lama ditinggali itu. Langkah kaki Jack terhenti, saat ia menyadari bahwa dirinya sudah sampai di lantai dua. Pria itu nampak waspada, ia berjalan perlahan melihat-lihat setiap ruangan di lantai dua. Hawa disana agaknya terasa sedikit berbeda dengan lantai pertama yang sudah ia datangi sebelumnya.
Insting Jack mulai menjadi-jadi saat ia melihat jendela tempat mahluk yang Jack dan Rey lihat tadi. Ia berjalan cepat menuju jendela yang yang masih tertutup rapat dengan kaca yang berdebu.
Bugh!!!
Pintu depan rumah dilantai satu tertutup dengan sendirinya. Suaranya bahkan sampai terdengar oleh Jack yang berada dilantai dua.
Jack menoleh cepat, "Apa itu?! " gumam Jack dengan mengerutkan dahinya bingung.
Dalam penglihatan Jack, ia melihat sesuatu hitam pekat tiba-tiba mendekati tubuhnya dengan jarak yang cukup dekat. Tapi ia hanya terdiam kaku karna sudah mengetahui dirinya sedang menjadi incaran mhluk itu. Sesuatu yang nampak samar itu terus mengincar Jack, sampai akhirnya terdiam disatu tempat dan membentuk sesosok mahluk yang mengerikan. Matanya merah besar, dan wajahnya setengah tengkorak dengan tubuh yang hitam pekat.
Mahluk itu berdiri dibelakang Jack karna ia cukup risih dengan senter ponsel yang Jak bawa.
Jack mematikan senter ponselnya dan memasukannya kembali ke saku celana. Jack membalikkan badannya, ia ingin melihat sosok itu dengan Jelas.
"Siapa dia? " batin Jack yang menatap mahluk itu dihadapannya.
Mahluk astral penghuni rumah itu kini menunjukan eksistensinya. Ia seperti menunjukan pada Jack bahwa rumah itu adalah wilayahnya.
Bugh! Bugh! Bugh!
Suara benda berjatuhan terdengar jelas dari lantai satu, lalu sebuah benda seperti kaca terdengar pecah ntah dari ruangan mana ia berasal. Jack mulai merasa risih, ia berulang kali mencoba berkomunikasi dengan mahluk itu, akan tetapi sepertinya mahluk itu menganggap Jack sebagai musuh yang mencoba memasuki wilayahnya.
"Jiwa yang sudah tenang tidak pantas untuk kembali! Ini bukan tempatmu! " Bisik Jack yang nampak kesal.
Mendengar perkataan yang Jack lontarkan padanya, membuat dia semakin marah. Ia menyeret tubuh Jack ketembok dan menghantamkannya. Jack merasakan sakit yang hebat di tubuhnya, terutama punggung yang menghantam tembok keras dan tebal. Ia mencoba untuk bangkit, meskipun tubuhnya sangat sulit untuk berdiri tegak seperti semula.
Sementara itu, Rey dan Ken terlihat sudah keluar dari mobilnya. Ia berjalan pergi menuju halaman belakang rumah untuk melakukan apa yang Jack perintahkan padanya.
"Ken nyalakan senternya! " bisik Rey pada adiknya yang berjalan pelan di balik pundak Rey.
"Ken! Jangan tarik bajuku! Cepat nyalakan senternya! " tegas Rey pada adiknya.
"Hah? nyalakan senter?" tanya Ken panik. Dengan cepat ia meraba-raba saku celana dan bajunya.
"Sepertinya, ponselku tertinggal di mobil. " Ujar Ken panik.
Mendengar perkataan adiknya Rey membalik badan kesal. "Pegang ini! Aku ingin mengambil ponselku. " Ujar Rey, ia memberikan kotak hitam yang Jack berikan padanya. Ken mengambil kotak itu, sementara Rey mengambil ponsel di saku celananya dan menyalakan senter ponselnya.
"Ayok cepat! Kita harus pergi dari sini! " Ujar Rey yang berjalan pergi di ikuti adiknya Ken dari belakang. Ken nampak ketakutan, ia mendekap erat kotak hitam yang diberikan kakanya sambil berjalan.
Di dalam rumah tidak berpenghuni itu tepatnya di lantai dua, Jack terlihat bangkit kembali dengan napas yang sedikit sesak. Tapi sesaat setelah Jack berdiri kembali, ia merasa kakinya tidak menapak lagi pada lantai. Perlahan tubuhnya terangkat semakin tinggi, kini Jack tidak punya pilihan lain sebelum tubunya terbanting kembali seperti sebelumnya. Jack mengangkat satu tangan kanannya, lalu sebilah pedang muncul tiba-tiba dari genggamannya. Pedang tak kasat mata yang hanya bisa dilihat oleh para mahluk dan manusia seperti Jack. Pedang ritual yang berumur ratusan tahun itu dahulunya sering digunakan sebagai alat untuk memusnahkan mahluk yang berdosa karena mereka telah melanggar batasannya dengan manusia.
Jack menggenggam erat pedang itu dengan kedua tangannya, ia mengarahkannya pada mahluk itu sebagai sasaran utama. Meskipun dari jarak yang cukup jauh, Jack menebaskan pedangnya sekuat tenaga untuk menghentikan energi negatif yang mengarah padanya. Seketika tubuhnya jatuh kembali kelantai berbarengan dengan hilangnya mahluk itu dihadapannya.
"Sial! " gumam Jack kesal. Ia mengambil ponsel dari saku celananya lalu menghubungi Rey temannya.
"Rey! Apa kau sedah melakukannya?" tanya Jack panik.
"Aku baru sampai di halaman belakang rumahnya, kau tenang saja! Aku akan melakukannya dengan cepat. " Jawab Rey.
"Baiklah, lakukan dengan cepat."
Jack menutup panggilannya. Ia lalu berjalan cepat menuruni anak tangga pergi lantai satu untuk mencari keberadaan mahluk itu disana.