Chereads / IDOLA RASA PACAR. / Chapter 21 - rahasia besar

Chapter 21 - rahasia besar

Saat Yerin sedang berada di toilet dia memang sedikit lama karena dia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Kenapa harus kesal saat lihat dia sama yang lain," batin Yerin kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke cermin.

"Aku yang salah, kenapa aku besar kepala. Kenapa aku menggunakan hati." Yerin memaki dirinya sendiri yang ada di cermin.

"Harusnya Lo sadar diri, dari segi penampilan saja sudah beda. Dari profesi juga beda." Yerin membasahi wajahnya dengan sedikit air.

"Kenapa harus melihat hal seperti," gumam Yerin seraya membersihkan bajunya yang terkena Saos.

Setelah beberapa lama dia berada di toilet akhirnya Yerin memutuskan untuk kembali bergabung dengan temannya. Sebelum mereka khawatir terhadap dirinya.

Saat Yerin keluar dari toilet dia tak menyadari ada seseorang sedang menunggunya.

"Sst" suara seseorang berdesis. Karena cafe sepi membuat Yerin berfikir itu adalah ulat atau hantu. Dengan pelan dia menoleh ke belakang dan dia melihat pria tinggi sedang bersandar di dinding.

"Kenapa anda disini?" tanya Yerin dengan nada normal kepada Joon.

"Kenapa tidak menjawab panggilan ku?" tanya Joon dengan mendekatkan diri kepada Yerin.

"S-saya... Saya .... Saya sibuk," jawab Yerin dengan gugup.

"Sok sibuk, tapi selalu ada waktu dengan Bobby." Joon dengan gesit menarik tubuh yerin dan melingkarkan tangannya ke pinggang Yerin. Yerin yang tersentak tidak memiliki ruang untuk menolak. Sedangkan Joon mendorong sedikit demi sedikit langkah Yerin untuk bersandar ke dinding.

***

Shima yang merasa khawatir terhadap Yerin ingin menyusulnya.

"Aku akan menyusul Yerin," pamit Shima kepada teman barunya tersebut.

"Aku ikut," teriak Gisel.

"Nggak usah, aku sendiri saja!" jawab Shima dengan semangat.

Dia berjalan sembari memainkannya ponsel. Hingga tanpa. Sadar dia telah sampai di lorong toilet dan dia melihat seseorang yang dia kenal sedang berpelukan di depan toilet.

"Rin!" panggil Shima.

Yerin yang mendengar suara yang memanggilnya seketika dia menoleh ke sumber suara, dan dia melihat sosok Shima telah berdiri mematung menatapnya dengan Joon. Yerin berusaha melepaskan diri dari pelukan Joon. namun sebaliknya Joon malah mempererat lingkaran tangannya.

"Lepaskan," bisik Yerin.

"Tidak," sahut Joon dengan singkat dan berlagak masa bodoh dengan kehadiran Shima.

"Rin, butuh bantuan?" tanya Shima.

"Tidak-tidak, kamu mau ke toilet kan masuklah," sahut Joon.

"Rin lebih baik aku tunggu di depan saja ya," kata Shima sesaat sebelum pergi meninggalkan Yerin dan Joon.

"Kamu gila ya," umpat Yerin kesal dengan mendorong Joon.

"Kenapa?" Joon seakan tidak memiliki masalah.

"Apa yang harus aku katakan kepada dia?" tanya Yerin dengan kesal.

"Katakanlah kalau kita pacaran," jawab Joon dengan enteng.

"Yang ada aku di katakan halu. Sudahlah urusi saja temanmu."

Yerin meninggalkan Joon dengan langkah cepat, namun tiba-tiba ponselnya berdering dan tertulis nama Joon. Yerin menoleh ke arah Joon.

"Jawablah panggilanku dan jawablah pesan ku. Kalau tidak aku akan melakukan ini di manapun aku menemukanmu." Yerin mengabaikan ucapan Joon dan meninggalkannya begitu saja.

Joon yang melihat Yerin meninggalkannya hanya tertawa kecil. "Dia kalau marah terlihat lucu."

Sedangkan Yerin sepanjang langkahnya memikirkan apa yang harus dia katakan kepada Shima. Saat meja temannya mulai terlihat Yerin menatap tajam ke arah Shima seakan menanyakan apakah teman-teman yang lain tahu. Shima yang peka hanya menggelengkan kepalanya menandakan temannya tidak ada yang tahu. Yerin menghela nafas panjang dan lega.

"Rin, kok lama?" tanya Gisel.

"Iya, agak susah hilangnya." Yerin menjawab seraya menatap ke arah Shima. Sedangkan di sisi lain terlihat Joon juga bergabung dengan temannya.

Kekesalannya Yerin semakin bertambah saat Joon tetap duduk berdekatan dengan teman wanitanya. Padahal Joon tahu Yerin sedang menatapnya.

"Kalian sudah selesai makannya?" tanya Yerin.

"Sudah," jawab mereka bersamaan.

"Aku aja yang bayar," Yerin berdiri dan menuju kasir.

"Berapa totalnya?" tanya Yerin seraya mengeluarkan dompet dari tasnya.

"Pesanan kakak sudah di bayar sama orang di meja itu," kasih itu menunjuk ke arah meja Joon. Dan secara bersama Yerin dan Joon saling adu pandangan.

"Oh, memangnya berapa totalnya?"

"250.000," jawab kasir itu.

"Baik, saya bayar. Dan kembalikan uang pria itu. Terima kasih." Yerin meletakan dua lembar uang seratus ribu dan satu lembar uang limapuluh ribu. Dan meninggalkan meja kasir tanpa mendengarkan Kasir itu bicara. Joon yang melihat Yerin menolak uang yang dia bayarkan ingin sekali mengejar namun temannya tidak memberi celah untuk pergi hingga akhirnya Yerin telah berlalu bersama temannya.

"Habis berapa Rin, mau bagi dua aja sama aku," Roky menawarkan untuk membantu Yerin tentang pembayaran tadi. Namun Yerin menolak.

"Rin kamu nggak apa-apa?" tanya Gisel yang melihat perubahan wajah Yerin.

"Nggak kok," jawab Yerin dengan senyum.

"Aku duluan sama Shima ya," pamit Yerin. Mereka berpisah karena jalan pulang mereka berbeda arah.

***

Sedangkan dalam perjalanan menuju rumah yerin, Shima menatap tajam kearah yerin melalui kaca spionnya. Seakan dia mengatakan. "Kamu berhutang penjelasan kepadaku."

Yerinpun peka akan sorotan tajam dari mata Shima. Dan dia memberikan kode anggukan kepala menandakan ia akan menjelaskannya.

Sesampainya di rumah yerin Shima memberi kabar kepada keluarganya bahwa ia akan menginap di rumah Yerin melalui sambungan telepon. Dan setelah itu mereka sibuk membersihkan diri sendiri. Karena mereka sudah makan malam mereka memutuskan untuk mengenakan piyama. Dan saat yerin keluar dari kamar mandi ia melihat Shima telah bersiap di atas sofa untuk menunggu penjelasannya.

"Apa hubunganmu dengan Joon?" tanya Shima.

"Hanya teman," jawab Yerin.

"Rin, kita sudah 24 tahun lebih aku sudah bisa membedakan teman dan hubungan lebih dari teman."

"Aku dekat, tapi tidak memiliki hubungan yang pasti."

"Sejak kapan?" tanya Shima.

"Semenjak kamu menceritakan kalau kamu akan gagal menikah," jawab Yerin dengan kepala menunduk.

"Selama itu kamu nggak pernah cerita sama aku!"

"Berarti yang mengantarmu kemarin juga dia?" Lanjut Shima.

"Bukan, tapi Bobby." Mendengar jawaban Yerin seketika Shima membelalakkan kedua matanya dan menatap tajam ke arah Yerin.

"Maaf," kata Yerin.

"Sudahlah, lupakan. Aku masih syok. Kamu dekat dengan orang yang selama ini kita idolakan tapi kamu nggak pernah cerita." Shima menutup wajahnya dengan bantal yang ada di sofa.

"Maaf,"

"Aku yakin, yang membantu mu masuk ke Sky entertainment juga salah satu dari mereka." Shima kembali menatap Yerin dengan tajam seakan mengintimidasi Yerin.

Sedangkan yerin hanya mengangguk menandakan apa yang di katakan Shima itu benar. Dan hal itu membuat Shima semakin tidak habis pikir dengan Yerin menyembunyikan rahasia sebesar itu.

"Lo sudah nggak nganggep gue teman lagi, Rin!" Shima melompat ke atas kasur dan menutupi tubuhnya dengan bad cover berwarna biru yang senada dengan sprei dan bantalnya.