~~~
"Selamat datang di Pesta Perayaan 42 tahun bersama SuperOne Group! Nikmatilah acaranya!"
Jenny membuka mulutnya dan menatap sekeliling yang di penuhi oleh berbagai macam hiasan mewah. Belum lagi dengan hotel mewahnya yang nampak megah di depan sana. Dirinya yang memakai rok pendek sepan biru tua dengan kemeja biru muda hanya menggandeng lengan Salma yang sama antusias seperti dirinya.
Sementara Salma hanya memakai setelan jas berwarna abu-abu dengan rambut sedikit bergelombang yang terurai. Ini adalah pertama kali ia menghadiri acara mewah seperti ini. "Ingat! Kita di sini nyari berita! Jangan lupa tugas!" bisiknya pada Jenny.
"Iya-iya," jawab Jenny lalu ia sedikit berlari menuju meja makanan dan mengambil segelas jus lalu meminumnya.
"Jen-Jenny!" panggil Salma.
Daniel menghentikan Salma yang berniat menyusul Jenny, "biarkan saja, kamu juga nikmati acara ini ya?" ucapnya.
"T-tadi Jenny..."
Daniel menggelengkan kepalanya, "enggak apa-apa Salma, jangan cuma fokus cari berita, nikmati saja acaranya! Saya perlu menelepon dulu!" ucapnya lalu pergi dari hadapan Salma, "angkatlah Rangga!" gumamnya.
Salma kemudian tersenyum dan berjalan mendekati Jenny. Matanya berbinar melihat berbagai macam kue yang cantik dan sayang sekali jika harus dimakan. "Jen-Jenny-" ia tak bisa berkata-kata ketika Jenny tiba-tiba menyerahkan kameranya dan pergi ke tempat lain begitu saja. "Anak itu benar-benar!" gerutunya.
Tiba-tiba tepuk tangan meriah begitu bergema, Salma yang tak menyadari apa yang terjadi hanya berjalan menuju sebuah meja kosong dan duduk di sana. Karena orang-orang yang berdiri di depannya, Salma jadi tak bisa melihat apa yang terjadi. Ia menyimpan kamera dan mengambil minuman yang disajikan oleh staf, "Pak Daniel kemana sih? Gue jadi kayak orang bego sendirian," gumamnya.
"Baiklah semuanya silakan duduk! Kita sambut, pendiri sekaligus pemilik resmi serta pemimpin kita dalam kemajuan dan kesejahteraan SuperOne Group, Bapak Ketua Herman Maulana!"
Salma bertepuk tangan tanpa mempedulikan apa yang sedang terjadi. Ia hanya menikmati beberapa camilan dan minuman yang dihidangkan.
Saat Herman sedang mengucapkan beberapa kata sambutan, Daniel hanya berdiri di depan gerbang hotel dengan cemas dan beberapa kali menelepon Rangga. "Kenapa gak aktif lagi, Rangga!" geramnya.
"Daniel? Kamu juga ke sini?"
Daniel mengangkat tatapannya dan matanya kembali bertemu dengan mata wanita yang pernah berada di hatinya beberapa waktu lalu, "apa yang kamu lakukan di sini, Alisa?"
Alisa menyunggingkan senyum miringnya, ia melambaikan tangannya melihat seorang pria berjas hitam menghampirinya.
Reza tersenyum menghampiri Alisa dan dengan cepat ia meraih tubuh mungil wanita itu dan mengecup bibirnya lalu terkekeh.
Alisa dengan cepat menjauhkan dirinya dari Reza dan kedua tangannya kini menutup bibirnya, dengan raut wajah terkejut ia melirik Daniel yang hanya mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kamu ngagetin aku, Reza!" ucapnya sambil memukul pelan dada laki-laki di hadapannya itu.
Reza terkekeh, "ehh Direktur DN News? Kenapa tidak langsung masuk? Pak Ketua baru saja memberikan sambutannya," ucapnya.
Daniel hanya tersenyum, "permisi," pamitnya lalu bergegas pergi dari sana.
"Kamu kapan ngenalin aku ke keluarga kamu?" tanya Alisa.
"Sebentar lagi, sabarlah sayang," jawab Reza.
Daniel menghela napas pasrah lalu matanya mencari kedua wanita yang tadi ikut dengannya, ia melihat Jenny yang tengah berdiri bersama beberapa orang lainnya namun ia tak melihat Salma. Ia kembali menghela, pertama Rangga lalu Alisa dan sekarang Salma, kenapa orang-orang ini membuatnya pusing dan lelah.
Mata Jenny terbuka lebar melihat ketiga pemuda yang berjalan bersama menuju tempat mewah yang terdapat Herman Maulana dan Halimah tengah duduk bersama di sana. "Kenapa mereka semua ganteng?" ucapnya.
"Mereka kakak saya loh, malahan ada satu lagi yang lebih ganteng," ucap seorang gadis dengan rambut diikat dan memakai dress putih yang nampak buatan designer ternama berharga jutaan.
Jenny menoleh dan matanya kembali melebar, "Ranti Dwitama?"
Ranti menganggukkan kepalanya, "saya, Ranti Dwitama dari Pink Fashion," ucapnya sambil terkekeh.
"Saya Jenny dari DN News," ucapnya yang tiba-tiba menjadi lebih sopan dan pendiam, "anda cantik seperti biasanya, saya penggemar anda," ucapnya malu-malu.
Ranti tersenyum, "kalau begitu, kamu pasti bersama Direktur Daniel, dimana dia?"
"Saya di sini, Ranti. Kamu nyari saya?" ucap Daniel yang baru saja tiba dan berdiri di samping Jenny.
"Kak Daniel sudah di sini, Rangga dimana ya?" tanya Ranti.
Daniel mengalihkan tatapannya ke arah lain, ia menggaruk pelipisnya lalu melirik ke arah gerbang masuk, "dia sulit di hubungi," ucapnya.
Ranti menundukkan kepalanya, "sebentar lagi pesta akan berakhir dan perkenalan calon istri para pewaris akan segera di lakukan, tapi Rangga belum datang," keluhnya.
Daniel masih terdiam dan nampak berpikir, ia kemudian melirik Jenny yang hanya terdiam di sampingnya, "kamera kamu kemana?" bisiknya.
"K-kamera?" gumam Jenny dengan gagapnya, ia kemudian melirik meja tempat Salma duduk tadi namun meja itu nampak kosong, "Mbak Salma? Dia kemana?" ucapnya agak panik.
"Kenapa lagi?"
"Tadi kameranya sama Mbak Salma tapi Mbak Salmanya gak tahu kemana," panik Jenny.
"Kenapa Kak Daniel?" tanya Ranti.
"Hmm itu-"
"Pestanya hampir selesai, bagaimana jika kita pulang saja, Jenny?" ucap Daniel yang memotong ucapan Jenny.
"Sekarang?" tanya Jenny.
Daniel menganggukan kepalanya, "kamu akan diantar oleh mobil vip dari sini sampai ke rumah kamu, saya akan ke perusahaan, gimana? Mau?"
Jenny terdiam sejenak lalu mengangguk perlahan, "Mbak Salma?"
"Jangan khawatir, saya yang akan mencari Salma sebelum pergi," ucap Daniel.
Daniel meraih tangan Jenny lalu menuntunnya meninggalkan tempat itu, ia bicara pada salah satu sopir keluarga dan akhirnya sopir itu bersedia mengantarkan Jenny. Setelahnya, ia menghampiri Jenny dan kembali menuntunnya, "ini mobilnya, kamu bisa naik sekarang!" ucapnya sambil tersenyum.
Jenny terkejut melihat mobil mewah di hadapannya, ini mobil yang biasa digunakan oleh orang-orang kelas atas, dan sekarang ia akan diantar pulang dengan mobil ini. Ia kemudian tersenyum lebar dan melirik Daniel, "Pak Daniel bisa tampar saya? Barangkali saya bermimpi!" ucapnya.
Daniel mengerutkan keningnya lalu tertawa, ia sedang memikirkan bagaimana mencari Salma namun melihat tingkah Jenny membuatnya lupa akan kegelisahannya sejenak. Ia kemudian membukakan pintu mobil dan kembali menoleh ke arah Jenny, "silakan naik!"
Jenny menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu berjalan memasuki mobil itu. Ia meletakkan tas tangannya di kursi sebelahnya lalu terduduk manis dan merasakan betapa empuknya kursi mobil itu. "Pak Daniel yakin gak bakal ikut?"
"Saya masih ada urusan, kamu akan diantar sampai rumah, jangan khawatir," ucap Daniel sambil tersenyum.
"Makasih banyak, Pak!" ucap Jenny.
"Sampai jumpa besok, Jenny!"
Mobil mewah itu berangkat meninggalkan tempat parkir hotel. Daniel menghela napas lelah, ia kembali membuka ponselnya dan menelepon Rangga. Ia sangat yakin pemuda itu pasti hanya bersantai di kantornya dan melarang seluruh pegawainya untuk menghadiri pesta. Juga Salma, kemana gadis itu pergi hingga membuatnya harus pergi mencarinya.
Salma berdiri dan berusaha melihat pria paruh baya yang duduk bersama istri dan anak-anaknya. Ia sangat penasaran dengan wajah seorang Herman Maulana itu namun di jarak jauh ini ia hanya dapat melihat warna pakaiannya saja.
"Salma? Kamu di sini?"
Salma menoleh begitu seseorang mencolek bahunya, "Pak Daniel kemana saja? Jenny dimana?"
Daniel menghembuskan napas panjang, kedua tangannya memegang bahu gadis itu. Ia tersenyum lega, "pestanya hampir selesai, Jenny juga sudah pulang lebih dulu," ucapnya.
"Jenny pulang?"
Daniel menganggukan kepalanya, "mari kita pulang," ucapnya. Ia lalu melirik kamera yang menggantung di bahu Salma dan segera mengambilnya, "kameranya?"
"Kenapa, Pak?" heran Salma.
"Pak Ketua Herman melarang ada artikel untuk urusan pribadi setelah pesta ini, makanya saya suruh Jenny pulang. Tapi kameranya masih di sini..." keluh Daniel.
Salma kembali merebut kamera di tangan Daniel dan memasukkan benda itu pada tas hitamnya. Meski tidak muat, ia sebisa mungkin menyembunyikannya. Ia tersenyum, "mari pulang," ucapnya.
Daniel ikut tersenyum, "pertama, saya perlu menemui Ketua Herman, kamu bisa tunggu-"
"Saya juga ingin bertemu Ketua Herman!" tegas Salma.
"Hah? B-buat apa?"
"Sebentar saja, ingin melihat wajahnya, ya?" ucapnya.
Daniel akhirnya menganggukan kepalanya dan berjalan mendekati kumpulan keluarga Maulana, sementara Salma membuntutinya dan kini berdiri di sampingnya.
"Daniel'kah?" tanya Herman perlahan.
Daniel tersenyum, "saya Daniel dari DN News, dan ini sekretaris kami, Salma," ucapnya.
Salma menundukkan kepalanya begitu melihat Herman. Ia ingin bertemu Herman sejak 6 tahun lalu dan inilah harinya tapi sekarang perasaannya menjadi aneh setelah melihat wajah pria paruh baya itu. Ia tak bisa mengingat wajah dengan mudah namun ia ingat bahwa pria ini adalah pria berkaos putih yang ia temui di restoran beberapa waktu lalu.
"Hallo semuanya, saya putra pertama Widya Maulani dan Hardi Mahendra, juga Direktur dari hotel ini, Reza Mahendra," ucap seorang pemuda yang baru saja berdiri di hadapan seluruh keluar dengan seorang gadis cantik yang menggandeng tangannya.
Daniel menoleh refleks begitu mendengar suara barusan dan kembali mengalihkan tatapannya ke arah lain saat melihat wanita yang digandeng oleh Reza.
Salma membuka mulutnya lebar, "Alisa?" herannya.
Herman tersenyum melihat Reza yang bersama seorang gadis, ia melirik Widya yang duduk bersama Hardi dan menganggukan kepalanya. "Baiklah, lalu?" tunjuknya pada wanita di sebelah Reza.
"Saya mengelola perusahaan mode di Jakarta Utara, Alice Fashion, nama saya Alisa Oktavia Kakek Herman," ucap Alisa sambil tersenyum ke arah Herman.
Herman kembali melebarkan senyumannya, "Alisa Oktavia, selamat datang di keluarga kami," ucapnya. "Berikutnya, Rizal'kah?"
Rizal akhirnya datang bersama seorang gadis yang ia genggam tangannya, "saya Rizal Mahendra, datang bersama-"
"Saya cucu pertama dari pemilik perusahaan IT Indo-Amerika, juga pendiri Lembaga Sosial Remaja Jakarta, nama saya Jessica Alisten," ucap gadis bergaun biru muda dengan rambut pendek itu.
"Jessica? Sudah lama tidak bertemu, bagaimana Kakekmu?" ucap Halimah.
Jessica menampilkan senyum manisnya, "dia baik-baik saja, bagaimana dengan kalian berdua?"
Halimah menganggukan kepalanya, "kami pun sama, selalu baik-baik saja," ucapnya sambil terkekeh.
Herman kembali menganggukkan kepalanya, "baiklah Jessica, Kakek senang melihatmu di sini hari ini," ucapnya.
"Saya putra pertama dari Nadia Maulani dan Anton Aryatama, saya Ravi Aryatama," ucap Ravi dengan singkat.
"Saya Sabila Alexandra, putri dari Alexander dan investor dari beberapa perusahaan SuperOne Group," ucap gadis ceria itu sambil tersenyum dan mengangguk ke arah Nadia yang juga tersenyum ke arahnya.
"Saya Rangga Maulana, satu-satunya cucu laki-laki dengan nama Maulana!" ucap seorang pria berjas hitam rapi yang baru saja tiba dan berdiri di dekat Daniel.
Seluruh keluarga nampak melirik Rangga dan keheranan dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan sendirian.
Rangga melirik ke sampingnya, ia berjalan satu langkah lalu menarik lengan seorang wanita di samping Daniel dan membawanya ke tengah keluarga. Ia berdiri di samping Ravi dengan percaya dirinya. "Sebutin nama! Cepat!" bisiknya pada wanita di sampingnya.
Dengan kepala yang menunduk, "s-saya Salma..."