Chereads / I Love You, Kak Laras! / Chapter 19 - Pelantikan OSIS

Chapter 19 - Pelantikan OSIS

Lapangan mulai penuh dengan anak-anak yang telah siap melaksanakan upacara, sekaligus pelantikan umum keanggotaan OSIS. Beberapa anak yang memilih berdiri di barisan belakang pun mulai menyesal, karena mereka tak dapat melihat sang ketua OSIS baru tahun ini. Andra melihat sekitar yang sangat ramai, ia berdiri di depan sebagai penerima bendera OSIS atas lengsernya jabatan OSIS lama. Yang mana hal tersebut berarti Andra-lah siswa yang terpilih sebagai ketua OSIS yang baru.

'Kak Laras mana, ya?' batinnya sembari celingukan.

Tak lama setelahnya, upacara pun dimulai. Andra kembali ke tempatnya dan mulai melaukan hal yang telah ia pelajari. Pertama, upacara biasa dimulai. Setelah bendera merah putih dikibarkan dan pasukan pengibarnya kembali ke tempat, mulailah acara pelantikan anggota OSIS.

Bima memegang tongkat dengan bendera OSIS di ujungnya, sementara Angga di sampingnya memegang tongkat dengan bendera merah putih di ujungnya. Wajah Bima sangat datar, terlihat sekali raut wajahnya yang sangat tak rela kalau jabatannya kini jatuh di tangan sang adik yang agak kurang waras tersebut.

'Mantap betul. Bunda pasti bangga kuadrat, nih, anak-anaknya bisa jadi ketua OSIS dua-

duanya,' batin Andra merasa bangga. 'Harusnya gue punya adek juga, sih, biar ada lagi yang nerusin jabatan gue.'

Prosesi penyerahan bendera dan pelantikan OSIS telah usai. Semua siswa dan siswi telah kembali ke kelasnya masing-masing, karena memang jam pertama masih akan dimulai dalam tiga puluh menit ke depan.

Sementara itu, seluruh anggota OSIS tengah menuju ke ruang OSIS. Andra pun berjalan dengan santai, dan Bima mulai menjajarkan langkahnya dengan sang adik.

"Kalo sampe lo macem-macem di OSIS, gue bakal rebut Laras dari lo!" bisiknya mengancam Andra.

Anak berkulit putih itu langsung menoleh dengan cepat dan melotot tajam. "Bisa-bisanya lo mau rebut gebetan adek lo sendiri?" tanyanya dengan alis yang saling bertautan.

"Ya, kalo lo nggak mau itu terjadi, berarti lo harus tertib dan jalanin tugas lo di OSIS dengan baik dan benar." Bima menatap ke depan dan menegakkan tubuhnya.

Andra mendengkus dan tak ingin memedulikan kakaknya yang menyebalkan tersebut. Ia hanya fokus pada jalan di depannya, yang mana rombongan anak-anak OSIS mulai berbelok menuju ke ruangan OSIS yang mereka sebut dengan 'markas'.

Sesampainya di dalam markas, Andra langsung tersenyum melihat gadis yang tengah menyusun buku-buku di rak milik OSIS. Dengan senyum cerahnya, Andra mendekati gadis itu dan menyapanya.

"Kak Laras, kok tadi nggak ikut pelantikan, sih?" tanya Andra setelah sampai di hadapan Laras.

Laras menoleh dan tersenyum manis. "Aku kan bukan anggota inti, jadi aku cukup di belakang layar aja," jawabnya dengan terkekeh.

"Tapi Kakak jadi nggak liat Andra dilantik jadi ketua OSIS tadi." Andra tampak lesu.

"Kan kemarin udah liat pas LDKMS," jawab Laras.

"Tetep aja harusnya tadi Kak Laras ikut upacaranya, biar liat Andra dilantik secara resmi."

Laras terkekeh dengan pernyataan Andra. Ia lantas melayangkan tangannya untuk menepuk pelan puncak kepala anak laki-laki di hadapannya tersebut. Diperlakukan demikian, Andra justru diam membeku dan tak memberikan reaksi khusus.

"Iya, deh. Maaf, ya. Hebat banget kamu bisa jadi ketua OSIS," ujar Laras di tengah tepukan pada kepala Andra.

Dari kejauhan, Bima yang melihat tingkah Andra hingga Laras memujinya pun mulai geram. Dengan langkah yang dihentak-hentakkan, Bima mendekati keduanya.

"Woy, Beruk!" sentak Bima pada Andra.

Anak yang dipanggil beruk, juga gadis di sampingnya itu menoleh. Bima mendekat dan langsung menjambak rambut Andra dengan kuat. Diperlakukan demikian, Andra pun kontan berteriak dan memegang tangan sang kakak yang tengah mencengkeram rambutnya dengan kuat. Dengan sekuat tenaga, Andra mencoba melepas cengkeraman sang kakak yang sangat kuat. Namun, bukannya terlepas, cengkeraman itu justru semakin kuat.

"Lepasin, Bim! Rontok ntar rambut gue, nanti pala gue botak. Emang lo mau tanggung jawab, hah?!" erang Andra, dengan terus berusaha agar tangan Bima lekas melepaskan rambutnya.

Laras yang melihat kedua kakak-beradik itu bertengkar pun ikut bingung. Ia tak paham dengan apa yang tengah Bima lakukan. Padahal menjadi ketua OSIS adalah sebuah kebanggan, mengapa Bima justru marah pada sang adik?

'Apa jangan-jangan Bima cemburu dan nggak mau jabatannya turun ke adiknya sendiri?' batin Laras kebingungan.

"Gue nggak bakalan ngebiarin lo ngancurin reputasi OSIS yang udah gue bangun dengan susah payah," gertak Bima dengan kesal.

"Justru reputasi OSIS menurun gara-gara orang kayak lo!" balas Andra tak kalah kesal.

"Enak aja lo kalo ngomong!"

"Ya, lo juga enak aja kalo ngejambak orang! Lepasin, nggak?!"

"Nggak!" Bima menguatkan genggamannya pada rambut Andra.

"Arght! Lepasin!"

Keadaan semakin memanas dan Laras takt ahu bagaimana cara melerai keduanya. Beberapa detik setelahnya, ia pun menemukan sebuah ide untuk melepaskan keduanya dari pertengkaran tidak jelas tersebut.

"Andra kalo kamu nggak mau berhenti, aku nggak bakal mau jadi pacar kamu!" ucap Laras tiba-tiba.

"Hah?!"

"Hah?!"

Andra dan Bima menoleh bersamaan. Senyum Andra mengembang sempurna, sementara Bima melongo tak percaya. Dengan cukup sarkas Andra mendorong Bima yang cengkeramannya mulai melemas.

"Jadi, Kak Laras mau jadi pacar aku?" tanya Andra menatap lekat Laras yang tampak malu-malu.

Gadis berambut pendek itu menunduk dan mulai salah tingkah. Ragu-ragu ia mengangguk dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat tingkah Laras yang menurutnya imut maksimal, Andra pun ikut salah tingkah dan mengulum bibirnya menahan senyuman.

"Woy! Bangun! Udah siang masih molor aja lo!" Sebuah teriakan samar-samar terdengar ke telinga Andra, dengan diiringi suara bising-bising ayam berkokok.

"BANGUN!" Teriakan itu semakin keras terdengar dan menusuk langsung ke gendang telinga.

***

Alarm berbunyi dengan sangat keras. Dua alarm dari ponsel berbunyi bersamaan dengan alarm pada jam beker yang juga ikut berbunyi. Bunyi ayam berkokok dari alarm ponsel Andra sangat berisik, ditambah dengan teriakan Bima yang sangat menggelegar pun menambah bising suasana pagi di kamar Andra. Namun, anak laki-laki itu justru tetap lelap dan tak kunjung membuka matanya.

Hari mulai beranjak siang, Bima telah berpakaian rapi, tapi tidak dengan sang adik yang bahkan belum bangun dari tidurnya.

"Oke, Kak Laras pacar Andra mulai hari ini," racau Andra setengah sadar.

'Anj- mimpi apaan ini anak?' batin Bima bergidik ngeri.

Karena mulai geram dengan kelakuan sang adik yang masih larut dalam mimpi, Bima pun berinisiatif untuk menuju kamar mandi yang ada dalam ruangan tersebut. Dengan terburu-buru, Bima berjalan cepat kea rah kamr mandi dan langsung menggamit handuk yang ada di gantungan di dalamnya. Tanpa banyak bicara, anak laki-laki berkulit sawo matang itu membasahi handuk yang ia pegang dan langsung berjalan kembali kea rah tempat tidur Andra.

Tanpa aba-aba yang jelas, Bima langsung memeras handuk basah tersebut tepat di atas wajah Andra yang masih lelap.

*****

Lamongan,

Minggu, 17 Oktober 2021