ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 18.
Tidak pernah menyangka, sebuah keajaiban memang benar adanya di dunia ini. Sulit dipercaya tapi itulah kebenaran yang sebenarnya.
Mengulang kembali dan diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupan lalu, itulah yang kini dirasakan dan sedang dilakukan oleh Calista Kay.
Flash back dalam ingatan Calista di hari kematian kehidupan masa lalunya.
"Jason, kenapa kau melakukan ini semua padaku?! Aku sangat mencintaimu, dan kau malah menghianatiku!"
Calista sedang duduk terikat di sebuah kursi. Ini semua adalah ulah dari pria yang sangat ia cintai, yaitu Jason Collin.
"Ha, cinta?! Aku akan mencintaimu, kalau kau masih nona dari keluarga Kay yang kaya raya! Tapi lihat dirimu sekarang?! Kau menjadi wanita bodoh yang tidak berguna dan malah menyusahkan hidupku saja!" jawab Jason dengan lantang.
Jder….!
Bak tersambar petir, hati Calista Kay lansung hancur dalam seketika. Sebuah pernyataan pahit baru saja masuk terdengar di telinganya.
"Kau…. Jadi kau mencintaiku hanya karena aku anak orang kaya?! Bukan karena sebuah cinta tulus untukku?!"
Calista mulai berlinangan air mata. Sebuah rasa sakit yang teramat sangat menusuk-nusuk di dalam hatinya.
Kebenaran yang sesungguhnya terungkap, pria yang ia cintai selama beberapa tahun ini, tidak pernah memandang dirinya seutuhnya. Melainkan harta kekayaan yang dilihat.
"Kenapa?! Kenapa kau tidak mencintaiku?! Aku selalu baik padamu! Inikah balasan yang kau berikan padaku?" Calista sangat tidak bisa menerima ini semua, dia membutuhkan kejelasan.
"Itu karena Jason mencintaiku, bukan dirimu!"
Tiba-tiba seorang wanita masuk ke ruangan kosong itu, dan menghampiri Jason dan Calista disana.
"Elina? Apa, apa yang baru saja kau katakan?! Jason mencintaimu? Jadi kau juga menghianatiku?" tanya Calista kepada wanita itu.
"Haha…. Bagaimana bisa Jason mencintai wanita bodoh sepertimu? Tentu dia akan lebih memilih diriku yang pintar ini dari pada dirimu," jawab wanita bernama Elina itu.
Sekarang hati Calista Kay benar-benar hancur. Sebuah kebenaran lain telah terungkap kembali. Sang sahabat yang selama ini ia percayai sepenuhnya, ternyata juga ikut menghianatinya. Bahkan merebut pria yang ia cintai selama ini.
"Kita sudah berteman sangat lama! Kau tidak menganggap pertemanan kita sama sekali?" ujar Calista.
Tubuhnya sudah mulai lemas tak bertenaga. Calista kehilangan seluruh kekuatan di dalam hidupnya untuk menghadapi ini semua.
"Salahkan dirimu yang terlalu bodoh. Rasa kasihanmu itu, aku sangat berterima kasih. Setidaknya berkat bantuan darimu, aku hidup dengan sangat mudah sekarang," ungkap Elina.
"Dan juga, hidup bahagia bersama pria yang kucintai. Ini semua berkat bantuan darimu." Elina mendekatkan tubuhnya pada Jason Collin dan mengalungkan tangannya di leher pria itu.
"Kau!"
Emosi Calista sudah tidak bisa dibendung mendapati sang pria tercinta ternyata berselingkuh dengan sahabat sendiri. Ini kenyataan yang terlalu pahit bagi Calista Kay.
"Jason! Lepaskan aku!" Calista mulai bergerak memberontak. Berusaha melepaskan kedua tangannya yang terikat di belakang kursi. Bahkan dengan gerakannya menjadikan kursi yang diduduki itu bergerak ke atas dan mengeluarkan beberapa suara ketukan.
Wanita bermarga Kay itu berusaha sekuat tenaga untuk melepas ikatan itu. Namun itu tidak mengendur sama sekali, malah terasa semakin menyakiti dirinya.
"Haha…. Percuma kau berusaha sekuat tenaga, kau tidak akan bisa lepas dari ikatan itu," kata Jason dengan sinis.
"Hari ini, kau harus menghadapi kematianmu!"
"Apa?! Tidak! Lepaskan aku! Aku akan menghukum kalian semua dengan kekuatan keluarga Kay!" teriak Calista.
"Haha, Ayahmu bahkan sudah meninggal. Bagaimana keluarga Kay akan membalas dendam untukmu?! Dasar wanita bodoh! Haha…"
Mendengar apa yang dikatakan Jason Collin padanya, Calista berhenti memberontak dan menundukkan kepalanya.
"Hiks…. Ayah…"
Air mata sudah tidak bisa ditahan, akhirnya jatuh juga dan mengalir deras keluar.
"Ayah, kenapa ini terjadi padaku? Aku tidak pernah mendengarkan dirimu. Seharusnya aku tidak pernah pergi dengan pria brengsek ini. Seharusnya aku mendengarkan semua kata-katamu dulu, Ayah."
Dalam hati Calista dipenuhi rasa penyesalan yang sangat dalam. Dulu tidak pernah mendengar nasihat, kini akibat yang dirasakan terlalu sakit untuk diterimanya seorang diri.
"Baiklah Jason, sebaiknya jangan terlalu lama membiarkan wanita bodoh ini hidup. Memberikan kematian untuknya adalah hal sangat pantas diterimanya," ujar Elina.
"Kau benar Elina."
Jason mengeluarkan sebuah korek api dari saku celananya.
Krek…
"Aku sudah melumuri rumah ini dengan minyak, dan akan sangat mudah terbakar. Sekaligus bisa menghilangkan bukti jejak, bahwa aku yang telah membunuhmu," ungkap Jason.
Dengan memegang sebuah korek api yang sedang menyala, Jason mengungkapkan apa yang akan ia lakukan saat ini.
"Sampai jumpa Calista Kay."
Salam perpisahan diiringi dengan dibuangnya korek api itu di sudut ruangan. Jason dan Elina melangkah pergi dari ruangan kosong sebuah rumah besar itu.
"Tidak….!!!"
Teriakan Calista bergema seisi rumah. Namun sayangnya tidak akan ada yang mendengar jeritannya itu.
"Ha, selama ini aku memang wanita yang sangat bodoh. Bagaimana bisa percaya dengan orang-orang brengsek itu?" ujar Calista menyalahkan dirinya sendiri.
Jika bukan dirinya sendiri, siapa lagi yang harus disalahkan. Ini semua terjadi memang karena keluguan dan kepolosan hati Calista. Hingga ia mudah percaya dengan orang-orang yang salah di dunia ini.
Api sudah mulai melahap seisi dinding ruangan. Kini Calista Kay hanya bisa pasrah, kematian sebentar lagi akan menghampirinya.
Brak…
"Calista!"
Tiba-tiba seseorang menerobos masuk dan berteriak memanggil nama Calista.
"Keandre?!" Calista begitu terkejut melihat siapa yang datang. Di saat keputusasaan mulai melanda, ada seseorang yang dikenalnya datang.
"Calista!"
Orang itu langsung berlari menuju Calista disana. Dengan sigap ia menerobos kepungan asap yang mulai menutupi seluruh ruangan itu.
"Keandre! Apa yang kau lakukan disini?! Cepat pergi! Ini sangat berbahaya!" teriak Calista.
Pria bertubuh tinggi itu tidak menggubris apa yang dikatakan Calista padanya. Dia langsung mendekat dan berusaha melepaskan ikatan tali yang mengikat tangan Calista.
"Aku akan menyelamatkanmu. Tenanglah," ujar pria itu.
Hup…
Dia langsung menggendong Calista dengan sigap. Pria bernama Keandre Niels itu mulai melangkah untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Dengan kepungan asap yang menutupi jalannya, mata Calista sangat kabur untuk melihat wajah pria yang sebenarnya sangat ia benci.
'Keandre…. Dia datang menyelamatkanku…' hati Calista yang sangat tersentuh.
"Kenapa kau menyelamatkanku? Aku tidak pantas kau selamatkan seperti ini," kata Calista sambil menggeram kemeja putih yang dipakai pria itu.
"Selama aku masih hidup, kau hanya boleh hidup dan mati bersamaku. Aku tidak akan membiarkan dewa kematian membawamu pergi dariku," ujar pria itu.
Dengan berjalan menyusuri lorong rumah besar itu, tatapan mata pria itu fokus ke arah depan yang minim penglihatan akibat tertutup kepungan asap.
Hiks….
Air mata mulai keluar mengalir lagi dafi kedua mata Calista. Ada perasaan campur aduk di dalam hatinya sekarang.
Kriet….
Suara retakan di langit-langit mulai terdengar. Seluruh bangunan rumah ini sudah terkepung dengan si jago merah dengan cepat.
Kriek…
Bam…
"Keandre! Awas!" teriak Calista saat melihat ke arah atas, sebuah kayu akan jatuh menimpa mereka.
Brak…!
Ha…..
Calista membuka kedua matanya. Dia tidak sanggup mengingat seluruh kejadian saat di hari kematiannya dulu.
Saat membuka mata, Calista Kay saat ini masih berada di taman halaman kastil Keandre. Dia ingat saat ini baru saja menyelesaikan olahraga pagi.
Baca juga kelanjutan ceritanya ya.