ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 21.
"Kau… apa kau tidak peduli?! Jason sekarang sedang terluka, kau harus menolongnya Calista!"
Suara Elina begitu terkejut di dalam telepon. Tidak menyangka bahwa temannya itu sama sekali sudah tidak peduli dengan Jason.
"Yang terluka itu dia, bukan diriku. Kenapa aku harus peduli?!" Jawaban menohok yang diberikan Calista. Terdengar sangat jelas dibalik ponsel yang menjadi wadah berbicara dengan teman wanitanya itu.
Sekarang Calista sudah terlahir kembali. Sudah tidak ada yang namanya cinta kepada seorang pria bernama Jason Collin itu. Dan juga, sebuah rasa simpati kepada teman bernama Elina, juga sudah lenyap dimakan waktu.
'Ada apa dengan Calista?! Kenapa dia tidak peduli lagi dengan Jason? Apa ia sudah tahu semuanya?!' batin Elina.
Elina seketika menjadi gugup. Bibir berwarna merah merona itu terus ia gigit walau tak bersalah. Sekujur tubuh juga tiba-tiba berkeringat dingin. Ada sebuah rahasia yang sangat takut jika itu terungkap keluar.
"Kau…. Tapi bisakah kau datang ke apartemen Jason? Dia sedang sakit sekarang, dia sangat membutuhkanmu, Calista."
Walau dengan terbata-bata, Elina terus berusaha untuk mengajak Calista pergi. Dia harus membuat rencana ini berhasil bagaimanapun caranya.
"Hmmm, mungkin aku akan datang, tapi setelah mendapatkan izin dari suamiku," jawab Calista.
Niat jahat sudah terungkap jelas di mata Calista. Dia sudah bukan wanita lugu yang dulu bisa dipermainkan dengan mudah. Kini sandiwara kecil seperti itu, tidak akan mampu untuk mengelabui seorang Calista Kay lagi.
Lagi-lagi jawaban yang dikatakan Calista di telepon membuat Elina semakin dibuat tak karuan. Kali ini sepertinya rencana untuk membawa Calista untuk kembali bersama Jason sudah gagal total.
"Tapi Calis…."
Tut tut….
Telepon langsung terputus begitu saja. Itu membuat perkataan Elina langsung terpotong.
"Wanita jalang! Beraninya menutup teleponku!"
Kekesalan langsung melanda Elina. Melihat ponselnya dan digenggam begitu erat olehnya. Seakan amarahnya sangat memuncak akibat semua rencananya gagal kali ini.
Sedangkan Calista yang di sana, tersenyum tipis saat memandang ponselnya. Ada rasa kepuasan tersendiri setelah memutus telepon dari temannya itu.
Tidak akan tertipu untuk yang kedua kalinya. Calista sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan Jason jika ia datang menemuinya.
Jika ingin menghadapi pria brengsek itu, Calista sudah menyiapkan banyak cara untuk membalas dendam. Hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan semuanya saja.
"Sekarang yang paling penting adalah membuat Keandre bisa pulih sepenuhnya. Jika dia bisa berjalan dengan sehat lagi, aku akan bisa bebas keluar."
"Membalas kalian yang mempermainkanku di kehidupan lalu, kalian semua harus membayarnya puluhan kali lipat!"
Kutukan balas dendam tidak akan pernah reda dikatakan Calista. Setelah bangkit dari kematian, membalas dendam pada para pembunuhnya, adalah hal utama yang harus dilakukan.
****
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Pagi bertemu malam, terus terulang kembali dan menjadi konsumsi sehari-hari bagi semua insan.
Sudah 2 bulan sejak pernikahan Calista Kay dan Keandre Niels. Dan hari ini, adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Calista selama beberapa minggu ini.
Setelah terapi yang begitu rutin dilakukan dan dengan pengawasan Dokter yang handal, kini Keandre mulai bisa berjalan kembali akibat kecelakaan yang ia alami setahun lalu.
Di dalam Kastil Keandre, kali ini Calista dan beberapa pelayan sedang menunggu kedatangan Keandre dari lantai atas. Menunggu sang suami bisa berjalan sendiri dengan kedua kakinya itu.
Tak tak tak…
"Keandre…."
Berjalan dengan gagahnya, Keandre menuruni anak-anak tangga di sana. Aura dingin sang Presdir tampan sangat terpancar di wajahnya itu.
Dokter Nicholas dan Leon si asisten mengiringi langkah Keandre di belakang. Membuat ketiga pria ini menjadi pemandangan luar biasa yang memanjakan mata.
Senyuman kebahagiaan terpancar oleh semua orang yang melihat. Tidak luput dari Calista. Justru dialah yang paling gembira saat ini. Melihat sang suami akhirnya bisa berjalan kembali. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari itu semua sekarang.
"Keandre, akhirnya kau bisa berjalan lagi. Aku sangat senang melihatnya," ujar Calista yang penuh dengan senyuman di bibirnya.
"Tuan muda, selamat. Akhirnya anda bisa pulih dan berjalan kembali."
"Iya, saya berharap kesehatan selalu menyertai anda dan juga nona."
Beberapa pelayan berdoa dengan tulus untuk majikan mereka. Berharap yang terbaik dan menginginkan hal buruk tidak akan pernah datang lagi menghampiri kedua pasangan itu.
"Kondisi Keandre baru saja stabil, kau harus tetap menjaga kesehatannya," ungkap Dokter Nicholas yang berbicara kepada Calista.
"Baiklah, aku pasti akan selalu merawat Keandre dengan baik." Calista menerima tanggung jawab itu semua. Biar bagaimanapun juga, menjaga suami memang sudah menjadi tugasnya sebagai istri Keandre Niels.
Tapi di tengah kebahagian besar itu, ada satu orang yang terlihat tidak senang sedari tadi. Yaitu si orang yang paling bersangkutan, Keandre Niels sendiri.
Pria yang berstatus sebagai Presdir itu, menatap Calista dengan tatapan iblis miliknya. Seakan ingin membunuh wanita yang ada di hadapannya itu.
"Ikut denganku!"
Tangan Calista langsung ditarik begitu saja oleh Keandre. Mengajak pergi untuk meninggalkan orang-orang yang sedang berkumpul di sana.
Berjalan naik ke lantai atas, sepertinya Keandre menarik Calista untuk menuju kamarnya. Dengan genggaman yang sangat erat, itu sedikit membuat Calita dibuat kesakitan oleh ulahnya itu.
Brak….!
Pintu yang tertutup dengan paksa dan Keandre langsung menghimpit sang istri saat baru masuk ke dalam kamar di sudut dinding.
"Ke-keandre, ada apa? Kenapa kau menjadi marah seperti ini?"
Calista tidak mengerti, kenapa tiba-tiba emosi sang suami menjadi tak terkendali. Dan bersikap kasar seperti ini padanya.
"Apa kau sangat senang sekarang? Kau bahkan dengan mudahnya tersenyum di depan pria lain!"
Ungkapan kekesalan Keandre kepada istrinya itu. Cemburu adalah hal yang paling memungkinkan untuk Keandre mudah marah kepada Calista.
"Jangan pernah tersenyum kepada pria lain seperti tadi! Kau hanya boleh tersenyum seperti itu kepadaku!" peringatan keras yang diberikan Keandre.
Kedua tangan Calista ditahan dan membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali. Menghadapi kemarahan Keandre, tidak berbeda jauh seperti berhadapan dengan dewa kematian di depan mata.
"Iya! Baiklah." Calista hanya bisa menuruti keinginan sang suami agar amarahnya itu mereda.
"Sekarang, bisakah kau lepaskan aku. Kau menyakitiku Keandre."
Calista merintih kesakitan. Kedua tangannya digenggam terlalu kuat oleh suaminya itu.
"Tidak! Aku cemburu sekarang. Kau harus membayar kompensasi untuk itu!"
Ada hal tersembunyi lain yang ingin dilakukan Keandre terhadap Calista. Menatap dalam-dalam ke arah bibir merah merona milik Calista.
Hmmm…
Wajah langsung didekatkan dan bibir sudah terbungkam. Calista tidak bisa bicara apapun karena bibirnya sudah ditutup rapat-rapat oleh Keandre.
"Hmmm…." Calista hanya bisa bergumam. Dia tidak membalas sentuhan lembut di bibirnya itu.
Kedua kaki jenjangnya itu mulai bergetar akibat rangsangan dari suaminya. Calista merasakan hal aneh yang terjadi pada tubuhnya.
"Calista, aku menginginkanmu. Jadilah milikku seutuhnya," ujar Keandre saat akhirnya melepas ciumannya itu.
"Eh… apa?!"
Baca juga bab selanjutnya ya.