ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 22.
Kini, Keandre yang sudah dapat bergerak bebas, belum beberapa lama bisa berjalan kembali dirinya sudah berulah nakal kepada Calista sang istri.
Dengan menghimpit Calista di sudut dinding, Keandre menatap sang istri dengan penuh gairah dan hawa nafsu. Seakan mengisyaratkan sesuatu.
"Ke-keandre…. Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? aku ... aku tidak mengerti apa maksud dari perkataanmu tadi."
Dengan gugupnya Calista bertanya. Kedua matanya tidak berani memandang wajah sang suami yang sangat dekat dengannya itu.
Kedua tangan Keandre menuntun tangan Calista untuk mengalung di lehernya. Dilanjut dengan Keandre yang menarik pinggang Calista agar mereka semakin dekat.
"Keandre…."
Calista tidak bisa berkata apapun juga. Seakan dirinya dibungkam dengan ketampanan pria yang menatapnya sangat dalam itu.
Perlahan wajah Keandre mulai mendekat padanya. Hembusan napas yang hangat, membuat seluruh tubuh Calista dibuat lemas tak bertenaga. Dan dalam sekejap ....
Hmm….
Bibirnya mulai merasakan sentuhan lembut untuk pertama kali. Keandre mencium sang istri dengan penuh kehangatan hingga membuat Calista terbuai olehnya.
Bergerak perlahan dan semakin mendalam. Bertukar saliva masing-masing hingga membuat mereka kehabisan napas satu sama lain.
"Hu ... ha…. Keandre…. Itu seharusnya sudah cukup, bukan? Bisakah kau melepaskanku sekarang?" Calista masih terus berusaha untuk terlepas dari jeratan hasrat suaminya itu. Kedua tangannya mendorong tubuh kekar Keandre Niels agar menjauh darinya.
"Tidak! Hari ini aku menginginkan hal lebih darimu!"
Keandre bersikeras menginginkan sesuatu dari istrinya itu. Keinginan yang selama ini sudah dipendam terlalu lama sebagai seorang pria sejati.
"Hmm…"
Bibir Calista langsung dibungkam kembali. Tapi kali ini berbeda, tidak ada kelembutan seperti tadi. Muncul hawa nafsu yang begitu besar dalam diri Keandre.
Tangan kanan Keandre mulai bergerak nakal. Turun ke bawah dari pinggang Calista. Mengangkat sedikit dress yang dikenakan istrinya itu.
"Ha… Keandre, apa yang kau lakukan?!"
Calista begitu terkejut saat merasakan sesuatu mulai menyentuh paha jenjang miliknya. Membuat seluruh tubuhnya terasa aneh.
Hub….
Tubuh Calista dengan ringannya diangkat oleh Keandre. Sontak membuat Calista membulatkan kedua bola matanya.
"Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!" Calista meronta dan memukul-mukul bahu Keandre, agar sang suami mau menurunkannya.
"Hari ini, kau akan menjadi milikku."
Dengan sigap Keandre menggendong sang istri tercinta menuju ranjang di sana. Tatapan mesra tidak pernah teralihkan oleh apa pun juga.
Perlahan membaringkan Calista dan ikut menindihnya, sudah dapat dimengerti apa maksud tujuan kelakuan Keandre kali ini. Calista menjadi gugup sekali, seakan seluruh tubuh tak dapat digerakkan.
"Ke-keandre…. Ini, ini masih siang hari…. Apa kau tidak pergi bekerja?" gugup Calista.
Keandre tersenyum ke arah Calista. Dia sangat menyukai kegugupan dari istrinya itu.
"Calista, kau tahu, sudah sangat lama aku menahan ini semua. Kali ini aku akan meminta hakku sebagai suamimu," ujar Keandre.
Satu persatu, dari mulai jas yang dikenakan Keandre dilepas. Kancing kemeja putih yang ia kenakan juga, tidak luput untuk dilepaskan.
Terpampang otot-otot kekar yang dapat membuat mata para wanita menjadi tergoda dibuatnya. Itu juga termasuk Calista sendiri.
Gluk….
Menelan saliva dengan sangat berat. Seakan suatu hasrat mulai terpancing muncul dalam pikiran seorang Calista Kay.
Tok tok tok…..
Tiba-tiba muncul suara ketukan pintu yang membuyarkan suasana romantis dalam seketika. Tatapan Keandre Niels sekejap berubah menjadi muram saat menatap ke arah pintu di sana.
"Ada yang datang!"
Calista langsung mendorong tubuh suaminya itu dan bergegas bangkit untuk duduk. Kali ini sepertinya ia dapat lolos dari terkaman seorang Keandre Niels.
"Dasar! Siapa yang berani merusak suasanaku seperti ini?!" kekesalan yang amat mendalam akibat rencananya terganggu, Keandre langsung memakai kembali kemeja putihnya.
"Iya… tunggu sebentar!" Calista langsung berlari ke arah pintu, untuk tahu siapa yang sudah menyelamatkannya dari kondisi krisis tadi.
"Nona, seorang wanita yang mengaku sebagai teman anda sedang ada di bawah sekarang. Ia mengatakan ingin menemui dan membicarakan sesuatu kepadamu," ujar pelayan yang mengetuk pintu tadi.
"Oh, baiklah."
Dengan cepat Calista langsung berjalan keluar dari kamar meninggalkan sang suami sendiri di sana
Hal romantis yang seharusnya terjadi, kini sudah buyar hilang entah kemana. Hasrat birahi yang seharusnya dikeluarkan, sekarang harus terpendam dalam-dalam lagi.
Karena memiliki tamu yang harus ditemui, Calista langsung turun ke lantai bawah untuk menemui orang tersebut. Dan ada suatu perasaan lega karena akhirnya dirinya bisa kabur keluar dari kamar.
Saat melihat orang yang datang menemuinya, senyuman sinis terlukis di wajah cantik Calista Kay. Dia sangat mengenal wanita yang sedang duduk di sofa sana.
Berwajah polos dan lugu, wanita itu nampak sangat lesu seperti orang yang sedang kebingungan dan resah. Tapi entah kenapa Calista memandangnya dengan pandangan jijik.
"Aktingmu terlalu murni, seharusnya kau mendapatkan piala Oscar sebagai penghargaan untuk aktingmu itu," batin muak Calista.
Berjalan mendekat ke arah tamu di sana, ekspresi Calista sangat dingin dan menunjukkan sisi yang sangat berbeda dari biasanya.
"Calista!" wanita itu menoleh dan melihat, bahwa orang yang sedang ia tunggu akhirnya datang menemuinya juga.
Langsung bangkit dan segera menghampiri sang teman. Dengan susah payah Elina datang untuk menemui Calista. Bahkan saat di gerbang masuk kastil, sangat sulit Elina untuk mendapatkan izin masuk.
Sesuai dengan aturan yang dibuat oleh sang tuan rumah, orang asing yang tak dikenal dan tak memiliki izin, dilarang memasuki area kastil dengan sembarangan.
Karena dengan wajah lugu dan polosnya, Elina akhirnya mendapatkan izin penjaga gerbang kastil dan disetujui untuk masuk ke dalam.
"Calista! Akhirnya aku bisa bertemu denganmu."
Betapa senangnya Elina yang akhirnya dapat menemui sang sahabat. Pelukan erat langsung ia berikan kepada Calista untuk melepas perasaan rindunya.
Namun itu tak ditanggapi dengan baik, Calista tidak membalas pelukan sang teman yang begitu merindukannya itu. Malah sepertinya Calista sedang menahan amarahnya karena sesuatu.
"Ya ampun! Wanita ini memang siluman rubah! Aku benar-benar bodoh telah mempercayainya di masa lalu," batin Calista.
"Hiks…. Aku sangat merindukanmu. Senang rasanya bisa bertemu lagi denganmu," ujar Elina dengan meneteskan air mata kepalsuan.
"Wanita ini sangat berlebihan! Membuat mual orang saja," jijik di dalam hati Calista. Sudah sangat tidak tahan melihat wanita yang ada di hadapannya itu, Calista dengan kasar mendorongnya kasar agar menjauh.
"Menjauh sedikit dariku!" bentak Calista.
"Apa?! Kenapa?!" Elina merasa sangat aneh dengan sikap kasar yang ditunjukkan Calista. Sungguh sangat berbeda dari teman yang selama ini ia kenal dengan baik.
"Apa kau membenciku? Apa aku membuat kesalahan?" tanya Elina dengan nada memelas.
"Argh! Tidak perlu berakting lagi padaku!" Calista berjalan menuju sofa di sana. Ia mengabaikan Elina begitu saja.
"Cepat! Apa yang ingin kau katakan padaku?!" seru Calista sambil duduk di sofa.
Ingin langsung pada intinya dan tidak perlu bertele-tele, Calista tidak ingin melihat sandiwara yang dibuat Elina di hadapannya. Segera ingin mendengar maksud tujuan dari kedatangannya kali ini.
Baca juga bab selanjutnya ya.