ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 23.
Elina merasa sangat bingung melihat perubahan drastis dari sang sahabat. Ini sama sekali di luar dugaannya. Tidak dapat ditebak, bahwa kini Calista Kay dapat bersikap sangat dingin padanya.
"Ada apa dengannya? Biasanya dia selalu simpati padaku dan merasa kasihan. Kenapa wanita ini sekarang menjadi dingin padaku," gerutu di dalam batin Elina.
"Calista, tujuanku datang kesini untuk membicarakan masalah Jason padamu."
Dengan tetap tersenyum, Elina berusaha untuk tetap terlihat polos dan lugu di hadapan Calista. Datang menghampiri sang sahabat yang tengah duduk di sana.
"Hum…." Calista hanya melirik. Seakan enggan dan tidak penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Elina.
"Sebulan yang lalu, beberapa preman terus menerornya. Dia dipaksa untuk membayar semua hutang-hutang Ayahnya," ungkap Elina.
"Aku sangat kasihan padanya. Jason dipecat dari perusahaan dan kini menganggur. Sekarang hanya kau yang dapat menolongnya, Calista. Datanglah ke rumahnya! Bisakah kau melakukannya?"
Elina sudah menjelaskan maksud dari kedatangannya. Semua ia lakukan demi seorang pria yang bernama lengkap Jason Collin itu.
"Oh…." Calista menanggapinya dengan biasa saja. Hati nurani seakan telah hilang entah kemana. Tidak ada rasa kasihan setelah mendengar cerita dari Elina.
Sungguh dipandang sangat aneh bagi Elina. Bagaimana bisa Calista Kay bisa tidak begitu peduli dengan pria yang ia cintai, yaitu Jason. Keanehan ini sungguh tidak dapat dipercaya.
"Calista, kau harus datang menemuinya! Hanya kau yang bisa membantu Jason sekarang," mohon Elina.
Dengan akting polos yang begitu meyakinkan, Elina terus berusaha untuk membujuk Calista untuk pergi menemui Jason. Ini adalah misi yang harus dilaksanakan dan tidak boleh gagal.
"Bukankah kau ada bersamanya, kalau begitu kau saja yang menolongnya," ujar Calista dengan acuh.
"Aku ... mana bisa aku membantu Jason! Hanya kau yang bisa membantu membayar hutang-hutang Jason." Elina langsung menolak sendiri jika harus ia yang pergi membantu Jason.
Tentu saja ia menolak, dari mana Elina bisa mendapatkan uang untuk membayar hutangnya Jason, Elina hanya seorang pekerja biasa di sebuah perusahaan kecil. Uang yang ia hasilkan hanya cukup untuk menutupi kehidupan sehari-harinya saja.
"Ya sudah… itu adalah hutangnya, kenapa harus aku yang harus membayar?"
Dengan angkuhnya Calista berkata. Sangat cocok untuk dirinya yang sebagai nona muda keluarga kaya.
"Calista… kau!" Elina mulai tersulut emosi. Merasa sangat kesal, karena kini Calista tidak lagi mau mendengarkannya.
"Ada apa dengan wanita jalang ini?! Kenapa dia tidak peduli lagi dengan Jason? Biasanya jika mendengar Jason dalam masalah, dia selalu bergegas untuk menemuinya walau dalam keadaan apapun. Kenapa sekarang tiba-tiba berubah?" pikir aneh Elina.
Walau sudah merasa kesal, biar bagaimanapun juga tetap harus terlihat kasihan di depan Calista. Agar wanita yang tengah duduk di sana bisa percaya dengan semua perkataan Elina itu.
"Calista." Elina mendekati Calista yang duduk di sofa dan berdiri di hadapannya.
"Aku tahu, saat ini kau pasti sedang diancam oleh tuan muda Niels, dan itu sebabnya kau takut untuk menemui Jason, kan?" ujar Elina.
"Kau tidak perlu takut, aku akan membantu agar kau bisa keluar dari sini dan menemui Jason," sambung Elina.
Elina tidak akan menyerah sampai Calista mau pergi dengannya.
Calista bangkit dari duduknya dan sedikit melangkah untuk mendekat pada wanita murahan di depannya itu.
Plak…!
Sebuah tamparan keras tiba-tiba saja melayang di pipi kanan Elina.
"Calista! Kau…!" Elina membulatkan matanya. Mendapatkan perlakuan kasar dari Calista untuk yang pertama kalinya.
"Kenapa kau memukulku…?" tanya Elina sambil memegang pipinya yang merah akibat tamparan tadi.
Kembali tak disangka-sangka, Calista membuat Elina terkejut dengan sikap perubahannya itu. Calista yang selalu bersikap baik dan ramah, kini berubah menjadi dingin dan bahkan berani memukul Elina dengan keras.
"Kau menuduh hal buruk tentang suamiku! Tamparan itu adalah hukuman kecil untuk kesalahanmu!" ungkap Calista dengan dingin.
Tidak ada senyuman sama sekali, melainkan aura iblis pembunuh yang ditunjukkan. Sudah tidak bisa mengenali Calista Kay yang dulu lagi.
Elina menggertakkan giginya akibat kesal. Sangat tidak terima diperlakukan kasar seperti ini. Merasa harga dirinya sudah jatuh sekarang.
"Jika sudah selesai, segera pergi dari sini!" Calista melangkah menjauh dari wanita yang merupakan sahabatnya itu. Tidak ada salam perpisahan yang indah. Melainkan terkesan diusir pergi dari rumahnya.
Elina mengepalkan kedua tangannya. Sudah sangat tak tahan dengan perlakuan tidak layak ini. Kini ia malah diusir pergi tanpa rasa hormat dari tuan rumah.
"Tidak Calista! Kau harus ikut denganku!" Elina langsung menarik tangan Calista dan menghentikan langkah sahabatnya itu.
Hum…
Calista merasa sangat tidak nyaman jika berada dekat dengan wanita yang gemar bersandiwara itu. Semua keburukan yang terpendam di dalam hati Elina, sudah terlihat dengan jelas oleh kedua mata Calista.
"Lepaskan tanganku!" perintah Calista.
"Tapi Calista…." Elina tidak mau melepas pergi Calista. Harus membuat Calista ikut pergi dan meninggalkan kastil mewah ini.
"Siapa yang berani masuk ke kastilku tanpa izin?!"
Seperti suara raja neraka, tiba-tiba suasana menjadi suram dan menakutkan. Kedua wanita itu langsung menoleh ke arah sumber suara itu berasal.
"Keandre…"
"Tuan muda Niels!"
Secara bersamaan Calista dan Elina menyebut orang yang baru saja datang itu. Dia adalah sang tuan rumah sekaligus suami dari Calista Kay, Keandre Niels.
Tangan yang menahan Calista tadi, sontak langsung dilepaskan. Elina berjalan mundur beberapa langkah dari tempat Calista Kay berdiri.
Merasa takut akan kehadiran dari Keandre Niels, keringat dingin mulai bercucuran di wajah Elina karena sedikit panik sekarang.
"Leon! Sejak kapan di kastil ini bisa masuk sembarangan orang?! Apa para penjaga gerbang adalah orang buta dan tidak bisa bekerja?!"
Perkataan Keandre seakan mengisyaratkan ketidak senangannya atas kehadiran Elina di rumah besarnya ini. Para penjagalah yang kini harus disalahkan. Bahkan sang asisten tidak luput dari itu semua.
"Maaf tuan muda, saya akan mengganti para penjaga kastil sekarang juga." Leon langsung sigap menanggapi perkataan dari sang tuan muda. Menunduk hormat mengakui kesalahan yang sebenarnya tidak ia lakukan.
Calista langsung menghampiri sang suami di sana. Ia tahu Keandre saat ini pasti sedang marah dan kesal. Pertama akibat ia kabur dari kamar tadi dan sekarang melihat orang asing masuk ke dalam kastilnya.
Tempremen Keandre yang sangat sulit ditebak, dapat dikenali Calista dengan sangat baik. Karena sudah terlahir kembali dan mengenali kondisi yang pernah terjadi, membuat Calista sudah dapat membuka matanya dan melihat seluruh kebenaran dari hati masing-masing orang yang ada di sekelilingnya.
"Keandre, kau tidak perlu menyalahkan para penjaga. Mungkin mereka kelelahan dan membiarkan wanita itu masuk ke sini," kata Calista.
Pertama ia membela para penjaga yang tak bersalah. Memecat pekerjaan orang begitu saja, hati nurani Calista sungguh tak tega melihatnya.
"Hum!" Keandre menatap dingin ke arah istrinya sendiri.
"Gawat! Keandre sedang marah besar sekarang! Harus bagaimana untuk meredakannya sekarang?!" panik dalam hati Calista.
Baca juga kelanjutan ceritanya ya.