ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 16.
"Tentu aku sudah tak tertarik lagi dengan kalung itu."
"Bagaimana jika nanti di masa depan ada yang merebutnya lagi secara paksa saat masih kukenakan di leherku."
Ucapan Calista sepertinya sedang menyindir seseorang. Dia melirik ke arah Cellin Hades yang berdiri di sebelahnya.
"Apa kau sedang membicarkanku?! Beraninya kau mengatakan bahwa aku akan mencuri sesuatu darimu!" Cellin menggertakan giginya kerena kesal.
Wanita berambut pendek itu merasa tidak senang karena Calista menuduhnya mencuri darinya. Itu membuat Cellin memiliki citra jelek di mata Keandre Niels.
"Aku tidak membicarakanmu. Jika kau merasa aku membicarakanmu, berarti itu benar, kau sangat suka mencuri sesuatu dari tangan orang lain," ledek Calista.
"Kau!"
Cellin sungguh sangat menahan emosinya. Seakan ingin meledak-ledak karena perkataan dari wanita saingannya itu.
Calista tersenyum sinis melihat Cellin yang dibuat kesal olehnya. Selanjutnya ia berjalan mendekat ke arah Keandre sang suami tercinta.
"Dan satu lagi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ujar Calista kepada Cellin.
"Jangan pernah memanggil suamiku dengan sebutan kakak. Dia bukan kakak ataupun mengenal dekat dirimu," ungkapnya.
Cellin Hades membulatkan matanya terkejut. Ia sekarang malah dilarang untuk memanggil pria yang ia sukai dengan nama kesayangan yang Cellin inginkan.
Akan tetapi, itu bagi Keandre Niels membuat wajahnya merona dan jantung pun berdebar kencang mendengar pernyataan dari istrinya itu.
'Apa dia sedang cemburu? Manis sekali….' dalam hati Keandre yang tersipu.
"Bagaimana ... bagaimana bisa kau seenaknya melarangku seperti itu?! Aku ingin memanggil apa kepada kak Keandre, itu terserah padaku!" teriak Cellin.
wanita itu merasa sangat kesal akibat kesombongan yang ditunjukkan Calista Kay. Dia mengepalkan kedua tangannya, seakan siap untuk meninju seseorang.
Selama ini tidak pernah ada yang berani menentang atau melarang apa yang ingin dilakukan Cellin selama hidupnya. Sebagai nona muda dari keluarga pengusaha besar, kehidupan Cellin Hades selalu dibalut dengan kemewahan dan dimanja oleh keluarganya.
Sekarang ia tentu saja tidak menerima jika ada orang yang berani melarang dan mengatur hidupnya. Itu membuat Cellin merasa sangat marah dan murka.
"Kak Keandre ... kau lihat, bagaimana bisa istrimu melarangku memanggilmu kakak? Kita adalah teman bermain sejak kecil, dia sekarang malah seenaknya melarangku, kak."
Bukannya marah, Cellin Hades malah berakting sedih dan lugu di depan Keandre Niels.
Dengan ekspresi memelas, Cellin berharap hati Keandre kini tergerak untuknya. Agar bisa membela dan mau memarahi wanita saingannya itu.
"Apa yang dikatakan istriku, harus dilakukan. Menjauhlah dari hadapanku sekarang juga!"
Keandre Niels malah mengusir Cellin agar menjauh dari pandangannya. Dia menyetujui apa yang diminta Calista si istri kesayangan.
"Apa?! Tapi kak…."
"Pergi!"
Belum selesai berbicara, perkataan Cellin Hades langsung dipotong oleh Keandre. Dia lagi-lagi diusir pergi oleh pria yang ia sukai sedari kecil itu.
"Keandre, sudahlah. Mari kita pergi dari tempat ini." Calista membungkuk mendekatkan dirinya kepada Keandre.
"Aku ingin makan es krim coklat," ungkap keinginan Calista.
Dengan senyuman manis di bibirnya, Calista meminta Keandre untuk mengajaknya pergi dari toko perhiasan itu.
"Baiklah." Keandre menyetujuinya. pria itu memberikan aba-aba pada asistennya untuk membawanya pergi. Leon langsung sigap dan segera mendorong kursi roda tuannya tersebut.
Kini kedua pasangan itu pergi begitu saja meninggalkan Cellin Hades sendiri disana. Perlahan mulai menjauh dari pandangan mata.
"Awas saja kau Calista Kay! Aku akan membalas semua penghinaan ini berkali-kali lipat nanti!"
Cellin mengutuk Calista dengan niat yang sangat jahat. Dendam dan kebencian pada wanita saingannya itu semakin menjadi-jadi sekarang.
***
Di sebuah restoran bintang lima.
Keandre Niels mengajak sang istri ke tempat yang pasti ia sukai. Dia sangat mengenal Calista yang sangat hobi memakan semua hidangan bertemakan coklat.
"Hmmm ... enaknya….!"
Calista yang sudah habis memakan segelas es krim coklat kesukaannya, terus memuji makanan itu walau sudah habis sampai bersih.
Kini hanya tersisa gelas sajinya saja di atas meja di hadapannya. Keandre hanya tersenyum melihat tingkah Calista yang seperti anak kecil di seberangnya.
'Sangat menyenangkan bisa merasakan es krim coklat di kehidupanku kali ini,' batin Calista yang merasa sangat puas.
"Hari ini benar-benar luar biasa. Jalan-jalan di Mal, makan es krim coklat kesukaanku, aku sangat senang sekali hari ini," ungkap Calista.
Dia mengungkapkan segala kebahagiaannya kepada Keandre Niels yang ada di hadapannya. Entah mimpi apa ia semalam, hari ini diri Calista merasa sangat bebas.
Biasanya hanya dikurung di dalam Kastil seharian penuh, kini ia sangat menikmati jalan-jalan yang sudah direncanakan oleh suaminya itu.
"Apa kau merasa tidak senang saat di rumah bersamaku?!"
Tiba-tiba saja Keandre mengajukan pertanyaan yang terdengar sangat serius. Suasananya malah berubah menjadi dingin dan suram dalam seketika.
"Eh ... tidak! Tentu saja tidak!" Calista langsung menepis tebakan Keandre.
'Gawat! Pria ini mudah sekali tersinggung. Aku harus memperhatikan setiap perkataanku di depannya,' batin panik Calista.
Calisa sangat mengenal sifat dari suaminya itu. Mudah sekali marah dan cemburu, itu sedikit mengganggunya. Cara satu-satunya hanya bisa bersabar menghadapinya.
"Hanya saja, terkadang aku merasa jenuh jika seharian selalu di dalam kastil tanpa melakukan apa pun," ujar Calista.
Dia mengungkapkan keluhannya itu kepada sang suami.
Karena sekarang Calista Kay sudah mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali dan mengulang waktu, dia hanya bisa bertahan untuk tinggal terkurung oleh Keandre Niels.
Di kehidupan lalu, Calista sangat tak tahan dengan sikap Keandre yang kasar dan selalu memaksanya. Itu sebabnya Calista selalu berusaha melarikan diri dari tuan muda keluarga kerajaan itu.
Namun kini sudah berbeda, karena ingin memperbaiki hubungannya dengan Keandre Niels, Calista harus kuat dan bersabar menghadapi segala temperamen Keandre yang buruk.
"Kau tahu, aku juga ingin hidup seperti orang lain, yang bekerja atau bisa keluar sesuka mereka. Bukan malah dikurung di dalam rumah seharian penuh," sambung Calista.
Walaupun sedikit khawatir Keandre akan marah padanya, Calista tetap mengungkapkan keluhannya. Karena itu sangat mengganjal di dalam hatinya.
Dengan menundukkan kepalanya, sepertinya Calista siap jika harus mendengar kemarahan dari suaminya itu.
"Setelah kakiku pulih kembali, kau boleh pergi keluar rumah sesuka hatimu," ujar Keandre.
"Eh…!"
Calisa terkejut mendengarnya. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah izin penting dari suaminya itu, sampai membuat ia mendongak melihat ke arah pria yang ada di depannya.
"Benarkah?!"
Ada rasa tak percaya di dalam diri Calista. Ini seperti mimpi di siang bolong saja.
"Dengan satu syarat, kau harus pergi bersama beberapa pengawal di sampingmu saat kau keluar rumah," sambung Keandre.
Walaupun sudah diberikan izin, tapi tentu saja masih ada persyaratan lain dari Keandre untuk istrinya itu.
"Selalu menghubungiku setiap saat, dan jangan pergi keluar terlalu lama. Tidak boleh pulang terlalu malam dan juga dilarang menemui pria lain tanpa sepengetahuanku."
Seribu syarat yang diajukan Keandre Niels untuk istrinya itu. Benar-benar sangat merepotkan sekali.
Baca juga bab kelanjutannya ya.