Chereads / Istri Di Atas Kertas / Chapter 40 - Kebohongan Demi Kebohongan Yang Terus Berulang

Chapter 40 - Kebohongan Demi Kebohongan Yang Terus Berulang

Satu Minggu kemudian, Andre benar-benar resign. Awalnya Agus, papanya tak setuju tapi setelah Andre menjelaskan panjang lebar, Akhirnya Agus pun menyetujuinya. Sofyan yang tau Andre berhenti kerja hanya tertawa sinis. Walaupun Andre bilang ia sedang menjalanis bisnis baru namun Sofyan yang sudah lama menjadi sahabatnya hanya geleng-geleng kepala, karena ia sangat yakin kalau Andre tidak punya bisnis lain selain kerja di tempat papanya. Jika pun Andre berkata demikian, pasti ada sesuatu di baliknya. Namun lagi-lagi Sofyan memilih diam, walaupun ia berusaha menasehati pun percuma jika Andre tak bisa memilih antara Zahra dan juga Alana.

Setelah Andre benar-benar resign, keesokan harinya tepat hari Minggu, Andre bersiap-siap, tak banyak baju yang ia bawa hanya ada tiga baju kesayangannya saja karena di rumah satunya, semua kebutuhannya sudah ada. Dan ia juga tak sabar ingin memberikan kejutan buat Alana, karena sampai detik ini Alana belum tahu kalau ia akan pulang ke rumahnya dan menjadi suami serta ayah yang baik buat buah hatinya yang kini masih ada dalam kandungan.

"Mas, mas yakin cuma bawa baju tiga saja, sedangkan mas di sana cukup lama?" tanya Zahra.

"Iya, aku sangat yakin sayang," jawab Andre sambil memeluk Zahra dari belakang. Sampai detik ini Andre masih belum meminta haknya kepada Zahra, walaupun ia sudah belajar mencintainya namun untuk memiliki Zahra seutuhnya ia masih ragu, jadi selama ini jika pun mereka tidur bersama satu ranjang, mereka hanya sekedar tidur saja, kadang sesekali Andre memeluknya tak lebih.

"Baiklah, mas kapan pulang?" tanya Zahra sambil menoleh ke arah Andre dan menatap wajah Andre, tampan memang, sayangnya Zahra tak bisa memiliki Andre seutuhnya. Dan ia tak berniat memilikinya jika Andre masih terus menyimpan rahasia besar tanpa memberitahu dirinya.

"Bulan depan. Aku usahakan pulang sebulan sekali," jawab Andre.

"Baiklah, mas hati hati ya di sana, jika ada waktu, jangan lupa kabari aku," ujar Zahra.

"Pasti." Sejujurnya Andre tak menyangka, kalau kebohongannya minggu lalu berbuntut panjang seperti ini, namun sedikitpun ia tak menyesalinya karena pada akhirnya ia bisa membagi waktu untuk Zahra dan Alana tanpa ada yang tersisihkan. Ia tak akan kehilangan Zahra dan ia juga tak akan kehilangan Alana dan calon anaknya.

"Mas di sana hati hati ya, jangan lupa sholat. Ingatlah! Sesibuk apapun urusan mas di sana, sholat jangan pernah sesekali di tinggalkan. Dan jaga diri di sana, jangan pernah sekalipun menduakan aku. Ingat kata papa! Penyesalan itu ada di belakang. Aku tak akan pernah memaafkan sebuah pengkhianatan apapun alasannya." Zahra berkata lembut namun tegas.

"Pasti sayang, aku pasti akan selalu mengingatnya. Dan aku akan selalu menjadi suami yang setia. Bukankah aku sudah berjanji di hadapan kamu, mama da papa, kalau aku akan berubah dan belajar mencintai kamu. Aku tak mungkin ingar dengan janjiku," dusta Andre, lagi lagi ia membohongi Zahra, entah kenapa sekarang lidahnya begitu mahir dalam berbohong. Mungkin inilah efek mempunyai istri dua, akan selalu ada kebohongongan setiap harinya.

"Syukurlah jika mas masih mengingatnya."

"Iya, kalau begitu aku berangkat sekarang ya, biar nanti sampai sana gak terlalu malam," ujar Andre sambil melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Oh ya, apakah aku boleh sesekali tinggal di rumah abah sama umi?" tanya Zahra.

"Boleh sayang, kamu boleh tinggal di sana agar kamu tak kesepian," jawab Andre lembut dan tersenyum manis.

"Baiklah, mungkin besok aku akan ke rumah abah sama umi dan menginap di sana,"

"Iya sayang, yang penting kamu jaga diri baik-baik di sini ya, jangan bikin aku khawatir,"

"Iya."

"Kalau begitu aku berangkat dulu." Andre langsung mengambil tas dan memakainya, tas besar yang berisi baju dan berkas penting.

Lalu Zahra mengantarkan suaminya sampai depan rumah, lalu ia mencium tangan sang suami sambil berdoa agar Tuhan menjaga dan melindungi suaminya di manapun suaminya berada.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Sebelum pergi Andre masih menyempatkan waktu memeluk Zahra sebentar dan tak lupa mengecup kening Zahra agak lama. Lalu ia pun segera masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan. Ia menaruh tas itu di kursi sampingnya sedangkan dirinya duduk di belakang kemudi.

"Sayang, aku berangkat dulu."

"Iya hati hati di jalan, jangan ngebut ngebut."

"Siap buk bos hehe," Andre melambaikan tangannya yang di balas oleh Zahra.

Lalu setelah itu, Andre pun pergi meninggalkan Zahra sendirian di rumah. Andre memang seminggu ini manis banget, memperlakukan Zahra dengan sangat lembut bak suami yang romantis, padahal semua itu Andre lakukan karena setelah ini ia akan jarang menemui Zahra karena harus fokus dengan istri keduanya.

Sedangkan Andre ia segera menuju rumah yang di tempati oleh Alana, rumah yang ia beli bersama Alana, rumah yang di beli dengan hasil keringet mereka berdua, tanpa ada bantuan dari siapapun.

Di perjalanan, Andre berhenti di toko untuk membeli susu hamil, buah kesukaan Alana dan juga ada camilan yang di pesan oleh Alana kemarin.

Setelah selesai membeli semuanya, ia pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Alana hingga beberapa jam kemudian, ia pun sudah sampai. Ia segera membawa tasnya dan dua kantong kresek yang berisi susu hamil, buah dan juga camilan.

"Assalamualaiku," ucap Andre saat ia memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," jawab bibi dari dalam.

"Bi, Alana mana?" tanya Andre.

"Ada di ruang kerja, Tuan."

"Oh ya sudah, ini taruh dalam ya, saya mau ke ruang kerja dulu," Andre memberikan dua kantong kresek itu ke bibi.

"Iya, Tuan." Bibi pun segera pergi ke dapur membawa dua kantong kresek yang di kasih Andre tadi. Sedangkan Andre langsung berjalan menuju ruang kerja. Walaupun Alana hamil muda, namun ia tetap kerja di perusahaan papanya, bahkan jika ada pekerjaan yang belum selesai, ia sering membawanya ke rumah dan mengerjakan di ruang kerja miliknya.

Andre berjalan secara pelan pelan dan kebetulan pintunya gak di tutup sehingga ia bisa melihat Alana yang begitu serius menatap layar komputernya. Untungya Alana membelakangi pintu sehingga ia tak akan sadar jika Andre ada di belakangnya.

Andre berjalan pelan, hingga akhirnya ia berada tepat di belakang Alana. Lalu ia menutup kedua mata Alana namun tak sampai terlalu erat.

"Mas Andre," tebak Alana.

"Aish kok tahu sih," gumam Andre pura pura kesal sambil membuka mata Alana kembali lalu ia berdiri di samping Alana. Sedangkan Alana menatap ke wajah Andre.

"Hehe habisnya siapa lagi yang suka iseng selain kamu. Kok aku gak tahu kamu yang datang."

"Gimana mau tahu, kamunya sibuk banget,"

"Hehe iya maaf, soalnya ada masalah dikit makanya aku harus selesaikan sekarang karena besok harus aku serahkan sama papa," jawab Alana sambil memperhatikan tas yang ada di punggung suaminya.

"Kamu tumben mas bawa tas itu?" tanya Alana heran.

"Ayo tebak, kira kira kenapa?" tanya balik Andre.

"Emmm mas mau nginep lama di sini, tapi kan di sini sudah banyak bajunya Mas Andre bahkan selemari penuh lagi. Atau Mas Andre bawa berkas buat di kerjakan di sini juga?" tebak Alana.

"Bukan sayang, aku memang bawa baju tapi hanya tiga biji dan ya aku memang bawa berkas penting tapi bukan berkas pekerjaan. Sekarang aku jadi pengangguran,"

"What! Pengangguran? Kok bisa?" tanya Alana kaget karena tak menyangka suaminya bisa jadi pengangguran.

"Karena aku memilih resign dari kantor agar bisa menemani kamu 24 jam. Dan mulai sekarang aku akan tinggal sama kamu di sini tanpa harus bolak balik ke sana kemari," jawab Andre yang membuat Alana bahagia dengan jawabannya namun ia masih merasa ada yang janggal.

"Tapi bagaimana bisa?" tanya Alana.  Akhirnya Andre pun menjelaskan tentang kejadian Minggu lalu dimana Zahra yang mengetahui kebohonggannya hinga akhirnya ia terpaksa mencari jawaban agar Zahra tak curiga. Andre juga menjelaskan alasan kenapa ia memilih resign termasuk kebohongannya tentang usaha dia tentang percetakan di luar kota.

"Ya ampun ... aku seneng banget loh mas, aku gak nyangka akhirnya kita bisa berdua sampai puas, makasih ya mas," Alana langsung berdiri dan memeluk Andre dengan erat. Andre yang melihat Alana begitu bahagia langsung membalas pelukan Alana tak kalah eratnya.

"Apapun demi kamu sayang. Tapi ingat, kamu gak boleh boros ya, karena mulai sekarang aku gak ada penghasilan lagi karena aku sudah gak bekerja."

"Gak masalah mas, kan tabungan kita masih banyak. Lagian juga kita bekerja bertahun tahun kan, dan uangnya selalu di tabung tiap bulannya. Kalau perlu kita buka usaha saja, agar uangnya gak habis di pakai terus. Paling gak kalau buat modal usaha kan lumayan uangnya bisa muter gak diam di bank. Aku juga bisa berhenti kerja dan bantu mas buka usaha," jawab Alana.

"Iya sudah, tapi kita mau usaha apa?" tanya Andre.

"Ya usaha percetakan mas, setidaknya mas gak bohong. Mas kan terlanjur bilang sama Zahra dan papanya mas kalau mas buka usaha percetakan jadi ya kita buka usaha percetakan saja. Dan kebetulan aku punya kenalan yang mau jual toko lumayan besar sih tepat pinggir jalan raya, kalau mas mau, aku bisa menghubunginya untuk membeli toko tersebut, nanti aku juga minta diskon agar uangnya bisa buat beli peralatan."

"Iya sudah, tapi jangan sekarang ya buka usahanya, bulan depan saja karena aku masih ingin ngajak kamu jalan jalan nikmati waktu berdua,"

"Oke, untuk itu terserah mas saja bagaimana enaknya. Oh ya jika mas mau, kita bisa menginap di rumah mama dan papa sesekali karena papa ingin kita nginep di sana walaupun cuma semalam," ujar Alana memberitahu.

"Iya sudah kalau begitu, besok malam kita ke rumah mama dan papa ya, kita nginep di sana lalu setelah itu aku ingin bawa kamu ke Bandung,"

"Ngapain ke sana?" tanya Alana

"Jalan-jalan dong sayang, menikmati waktu berdua seperti saat kita pacaran dulu,"

"Baiklah, aku juga ingin jalan jalan lagi. Besok sekalian aku minta cuti selama sebulan agar aku bisa nemenin mas liburan," ujar Alana.

"Mas sudah makan?" tanya Alana lagi.

"Belum."

"Iya sudah ayo kita makan dulu, tadi bibi masak banyak, aku juga belum makan karena menunggu mas dari tadi."

"Lain kali kalau sudah lapar atau sudah masuk waktunya makan malam, kamu makan duluan saja, jangan menunggu aku, bagaimana kalau aku pulang telat atau aku ternyata gak pulang ke sini, kan kasihan adek yang ada di perut kamu," protes Andre sambil mengelus perut Alana yang masih rata.

"Iya sayang." ujar Alana tersenyum, ia tak marah Andre berkata seperti itu karena ia tahu, Andre sangat menyayangi dirinya dan anak yang ada dalam kandungannya, jadi wajar jika Andre tak ingin dirinya sampai telat makan.