Chereads / Istri Di Atas Kertas / Chapter 41 - Mulai Terkuak

Chapter 41 - Mulai Terkuak

Keesokan harinya sepulang Alana dari kantor, ia langsung mengajak sang suami untuk pergi ke rumah orang tuanya dan menginap di sana. Padahal sebelumnya, Andre belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke rumah orang tua Zahra, jangankan menginap bertamu ke sana saja belum, dulu pernah mau ke sana, tapi malah kedua orang tua Zahra lagi keluar kota, sehingga sampai detik ini ia tak pernah ke sana lagi.

Sesampai di rumah Alana, Andre langsung di sambut hangat oleh kedua orang tua Alana, walaupun mereka nikah hanya secara sirri namun bagi mereka tetap Andrelah menantunya apalagi kini Alana tengah mengandung cucu pertamanya. Kedua orang tua Alana juga sudah menganggap Andre seperti putranya sendiri apalagi mereka sadar betul, hubungan yang di jalani Andre dan Alana tidaklah sebentar sudah 10 tahun dan hubungan mereka untuk bisa seperti sekarang pun juga tak mudah, sehingga kedua orang tua Alana tak mempermasalahkan anaknya yang hanya di jadikan istri kedua dan hanya di nikasi sirri karena mereka percaya, kelak Alana lah yang akan menjadi istri satu satunya di nikahi secara hukum dan agama.

Saat ini Andre, Alana, Andi-papanya Alana dan Alia-mamanya Alana lagi duduk santai di ruang tamu. Sedangkan di atas meja sudah ada minuman dan cemilan yang di bawakan oleh bibi tadi.

"Oh ya bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Andi.

"Aku pengangguram, Pa," jawab Andre santai.

"Loh kok bisa?" tanya Andi dan akhirnya Andre pun menceritakan masalahnya.

"Oh kalau begitu, kamu kerja di perusahaan papa saja, sambil nemenin Alana di kantor," ujar Andi.

"Enggak pa, rencananya aku ingin buka usaha sendiri saja," tolak Andre secara halus.

"Iya sudah jika memang maunya kamu begitu, papa gak akan maksa. Tapi jika kamu butuh bantuan papa, jangan sungkan sungkan untuk bilang ke papa," ujar Andi.

"Iya, Pa. Pasti," jawab Andre.

"Oh ya kalian nginep kan?" tanya Alia.

"Iya, Ma. Tapi cuma semalam saja gak papa kan?"

"Gak papa sayang, yang penting kamu mau menginap sudah mama seneng banget," balas Alia.

"Oh ya, aku boleh gak ambil cuti lagi. Rencananya aku sama Mas Andre mau liburan mumpung Mas Andre gak ada kerjaan karena bulan depan Mas Andre sibuk lagi karena mau buka usaha, pastinya waktu buat aku kurang," ujar Alana.

"Iya gak papa jika kamu ingin cuti, lagian juga tugas yang papa kasih ke kamau kan sudah di selesaikan di kantor, masalah pekerjaan kamu biar sekertaris kamu saja yang handel, kamu gak perlu setiap hari datang ke kantor," sahut Andi.

"Oh ya bagaimana hubungan kamu sama Zahra?" tanya Alia penasaran.

"Ya seperti itu, Ma. Biasa saja," balas Andre yang bingung mau jawab apa.

"Jika mama boleh nyaranin, kamu harus banyak meluangkan waktu buat Alana, apalagi Alana kan lagi hamil anak kamu. Di saat hamil muda gini biasanya kandunganya sedikit lemah dan gak boleh stres apalagi banyak fikiran," ucap Alia.

"Iya, Ma. Aku juga sudah memikirakn itu semua, makanya aku memilih resign agar bisa mendampingi Alana terus, dan hanya akan pulang ke rumah Zahra sebulan sekali," ujar Andre yang membuat semua orang senang karena Andre lebih memprioritaskan Alana ketimbang Zahra, istri pertamanya.

Mereka pun ngobrol santai, berbeda dengan Zahra, sepulang kerja, ia memilih untuk pulang ke rumahnya sebentar, untuk mandi dan mengambil sedikit pakaian untuk ia bawa ke rumah orang tuanya. Ia ingin tinggal bersama kedua orang tuanya mumpung suaminya pergi. Dari pada ia sendirian di rumah, mending ia habiskan waktunya untuk tinggal bersama kedua orang tuanya dan melepas rasa kangen dengan mereka.

Saat ini Zahra sudah tiba di depan rumahnya, ia membawa mobil yang di berikan oleh Reyhan, yang katanya mobil kantor walaupun sebenarnya itu mobil memang di belikan untuk Zahra pribadi hanya saja jika Reyhan jujur, pasti Zahra tak akan mau menerimanya.

"Assalamualaikum," ucap Zahra di depan pintu, kebetulan pintunya pun di buka lebar jadi ia bisa masuk dan duduk di sofa, ia menaruh tasnya di sofa lalu mencari abah dan uminya.

"Assalamualaikum," ulang Zahra.

"Waalaikumsalam. Ya Allah Neng, sama siapa ke sini?" tanya umi yang lagi duduk santai di belakang rumah, ia langsung menghampiri putrinya. Zahra pun langsung mencium punggung tangan sang ibu.

"Sendirian, Umi. Abah mana?" tanya Zahra.

"Abah lagi di rumah tetangga, lagi bantu tetangga benerin kran air. Loh suamimu gak ikut?" tanya Hilda, Ibunya Zahra.

"Enggak Umi, mulai hari ini Mas Andre akan tinggal di luar kota, jadi aku memutuskan untuk tinggal di sini bareng abah sama umi,"

"Loh keluar kota, memang di sana kerja atau bagaimana Neng?" tanya Hilda.

"Ya Umi, Mas Andre di sana kerja, kemarin Mas Andre memilih resign dan ia memilih untuk kerja di luar kota, katanya di sana ia punya usaha percetakan,"

"Kamu kok gak ikut?" tanya Hilda.

"Aku kan kerja umi, lagian kata Mas Andre di sana belum ada tempat tinggal, Mas Andre saja tidur di kantor, jadi ya mending aku di sini," jawab Zahra.

"Oh, tapi kamu sama suami kamu gak papa kan? Gak ada masalah kan?" tanya Hilda.

"Enggak lah umi, ya kali aku ada masalah lalu kabur ke sini, Umi kayak gak ngerti aku saja, aku mana pernah lari dari masalah." Zahra sekarang lebih suka aku kamu ketimbang manggil Neng karena ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi yang harus di panggil Neng.

"Oh begitu syukurlah, kamu mau minum apa, biar umi buatin," ujar Hilda.

"Apaan sih Umi, kayak sama siapa saja. Aku kalau haus tak ambil sendiri saja,"

"Ya sudah, ayo ngobrol sambil duduk, jangan berdiri gini, umi capek." Akhirnya Hilda dan Zahra pun duduk di sofa sambil ngobrol berdua.

"Hubungan kamu bagaimana dengan suami kamu?"

"Alhamdulillah baik umi,"

"Syukurlah umi senang mendengarnya," ujar Hilda tersenyum.

Tak lama kemudian Ahmad pun datang, ia tahu kalau putrinya datang karena ada mobil parkir di depan rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Abah.

"Waalaikumsalsam." jawab Zahra dan Hilda bersamaan. Lalu Zahra berdiri dari tempat duduk dan menghampiri abahnya lalu ia mencium punggung tangan ayahnya itu.

"Sudah lama Neng?" tanya abah.

"Gak juga bah, baru sekitar 20 menitan," jawab Zahra.

"Kamu sendiri?" tanya Abah sambil duduk di sofa, Zahra pun juga ikutan duduk di samping HIlda.

"Iya, Abah. Soalnya Mas Andre lagi kerja di luar kota, jadi rencananya aku mau tinggal di sini, gak papa kan?" tanya Zahra.

"Gak papa, ini rumah kamu, kapanpun kamu mau ke sini, pintu ini akan terbuka lebar buat kamu. OH ya tapi kamu sudah izin kan ke suami kamu kalau mau menginap di sini?" tanya abah lagi.

"Sudah, Bah. Dan Mas Andre pun mengizinkan."

"Syukurlah. Kamu kenapa makin kurus gini?" tanya abah.

"Emmm ya gak tahu hehe," jawab Zahra.

"Kamu lagi ada masalah atau bagaimana?" tanya abah yang memperhatikan tubuh putrinya yang sangsat kurus.

"Enggak bah, aku gak ada masalah. Mungkin aku kecapean saja karena kerja,"

"Kalau capek, ya berhenti kerja Neng. Memang suamimu gak ngasih kamu uang sampai kamu harus kerja gini?" tanya abah.

"Ya ngasih tapi cuma sekali sejak nikah." Sayangnya jawaban ini hanya di ucap dalam hati karena Zahra tak berani untuk terus terang.

"Ngasih lah, Bah. Masa iya aku sebagai istrinya gak di kasih uang. Cuman kan abah tahu aku dari dulu ingin jadia wanita karir, makanya aku menyukai pekerjaanku ini ya walaupun kadang bikin aku sedikit lelah," dusta Zahra karena kenyataannya bukan hanya masalah pekerjaan yang membuat dirinya stres hingga berpengaruh sama berat tubuhnya tapi juga karena memikirkan rumah tangganya.

"Lain kali, kamu harus bisa jaga diri, jangan sampai terlalu lelah. Abah gak mau kamu sakit, dan juga jika ada masalah dan kamu gak mampu menghadapinya, kamu bisa cerita ke abah dan umi, biar kita cari solusinya bareng," ucap Abah yang mempercayai ucapan putrinya itu.

Sedangkan di tempat yang berbeda, di sebuah rumah yang cukup mewah ada dua orang yang ngomong serius.

"Mas, kamu yakin Andre nikah lagi?" tanya Ayu dengan wajah yang masih sok karena ia mendapatkan berita mengejutkan dari suaminya.

"Iya, sejak Andre dan Zahra pulang dari rumah kita dulu, aku langsung meminta seseorang buat mencari tahu tentang Andre dan ini lah faktanya. Andre sudah menikah, dan dia menikah dengan wanita yang bernama Alana, selang tiga hari setelah pernikahan dia dengan Zahra. Yang artinya sudah lama Andre menghianati Zahra, pantas jika sampai detik ini Andre bahkan sedikitpun tak menyentuh Zahra karena ini lah alasannya. Ini juga alasan di balik kenapa Andre sering pulang lebih awal dari kantor, karena ia harus ke rumah Alana lebih dulu dan setelah itu, barulah ia pulang ke rumah Zahra,"

"Ya Tuhan ... aku gak menyangka Andre bisa setega itu,"

"Aku pun juga gak menyangka. Apalagi Andre sampai resign dari kantor dengan alasan buka usaha padahal kenyataannya ia pulang ke rumah istri keduanya dan kini mereka menginap di rumah orang tua Alana."

Penjelasan suaminya sungguh membuat hati Ayu hancur, ia kecewa sama putranya itu, ia juga malu jika sampai kedua orang tua Zahra tahu perihal ini, belum lagi bagaimana perasaan Zahra jika tahu bahwa suaminya ternyata punya istri lain selain dirinya. Terlebih istri keduanya sudah hamil sedangkan dirinya, jangankan hamil, di sentuh pun tidak.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang mas?" tanya Ayu yang menangis terisak isak.

"Aku gak tahu, aku bahkan bingung langkah apa yang harus aku ambil untuk menyelesaikan masalah ini, karena jujur, aku gak mau kehilangan menantu seperti Zahra terlebih aku bahagia bisa besanan dengan sahabat aku. Andre benar benar bodoh, di carikan istri sholehah malah milih wanita yang bahkan tak akan mengingatkan Andre tentang agama beda jika bersama Zahra," ucap Agus geram.

Ia sungguh bener bener tak habis fikir dengan ulah anaknya itu, bahkan saat hampir gak percaya dengan info yang di berikan oleh anak buahnya, sehingga anak buahnya memberikan bukti kuat yang membuat Agus benar benar sangat marah di kantor, dan ia pun memilih pulang untuk bisa meredakan emosinya dan ngobrol bersama sang istri.