Reyhan menjemput Zahra ke rumah orang tuanya, tak lupa ia berpamitan langsung ke orang tua Zahra.
"Om, Tante, aku izin bawa Zahra ya ke Bandung, karena ada urusan kerjaan di sana selama tiga hari ke depan, tapi saya usahakan dua hari sudah selesai," ucap Reyhan lembut. Ya, ngomong sama orang tua itu emang harus lembut, jangan ngomong seperti kita ngomong sama temen beda. Apalagi ini ngomong sama orang tua dari wanita yang sangat ia cintai.
"Iya, om titip Zahra ya, jaga dia baik-baik," ujar Ahmad, entah kenapa ia lebih mempercayai Zahra berada di tangan Reyhan ketimbang suaminya sendiri. Mungkin sesama lelaki, ia seperti bisa merasakan ketulusan Reyhan terhadap putri kesayangannya.
"Pasti, Om. Aku akan menjaga dia," sahut Reyhan tersenyum.
"Umi, Abah. Zahra pamit dulu ya," tutur Zahra.
"Iya, hati-hati ya sayang. Kalau dah sampai, jangan lupa telfon Umi," kata Hilda sambil menatap putrinya.
"Iya," balas Zahra sambil mencium tangan abah dan uminya.
"Aku berangkat dulu ya, Om Tante," pamit Reyhan sambil mencium tangan Ahmad sedangkan pada Hilda, hanya mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Iya, jangan ngebut-ngebut nyetirnya," ujar Ahmad.
"Siap, Om. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Lalu Zahra dan Reyhan pun berjalan menuju mobil, sebelum berangkat, Zahra melambaikan tangan kepada kedua orangtuanya yang di balas oleh Ahmad dan juga Hilda.
"Kamu tadi sudah sarapan?" tanya Reyhan sambil fokus menyetir.
"Sudah. Mas sendiri sudah makan?" tanya balik Zahra.
"Belum," jawab Reyhan jujur.
"Loh tadi sebelum berangkat ke rumah aku, kenapa gak makan dulu?" tanya Zahra terheran-heran.
"Lagi gak mood, gak tau kenapa. Padahal bibi sudah memasak makanan kesukaanku, tapi pas lihat makanan, kayak gak selera gitu," keluh Reyhan.
"Mau makan kue buatanku?" tawar Zahra.
"Kue?" tanya Reyhan.
"Iya, aku bawa bakpau. Tadi pagi bikin," jawab Zahra.
"Boleh deh, kalau kamu gak keberatan."
Zahra pun membuka tas besar yang ia bawa, tas yang berisi baju dan keperluan dirinya yang lain.
"Yang rasa apa?" tanya Zahra.
"Emang adanya rasa apa aja?" tanya balik Reghan.
"Coklat, stroberry, sama melon," jawab Zahra.
"Melon aja deh." Zahra pun memberikan bakpau yang rasa melon ke Reyhan. Reyhan pun dengan senang hati mengambilnya, ia pun makan bakpau sambil menyetir mobil.
"Enak, kamu pinter juga ya buat kue," puji Reyhan.
"Pinter sih enggak, hanya kebetulan aja sih aku bisa, di ajarin juga kan sama Umi," ujar Zahra merendah.
"Aku taruh di sini ya, kalau kurang ambil aja," Zahra menaruh bakpaunya di depan, sehingga kalau Reyhan kurang bisa ambil sendiri.
"Kamu bawa banyak?" tanya Reyhan melihat kantong kresek warna putih yang berisi bapkau.
"Hehe iya aku bawa sepuluh. Buat aku sama Mas Reyhan juga sih,"
"Jadi kamu emang sengaja bawain buat aku,"
"Iya, kan kita perjalanan jauh, setidaknya sepanjang jalan kita pasti pengen ngemil, jadi kita bisa ngemil bakpau buatanku,"
"Makasih, terharu aku,"
"Biasa aja kali, Mas," sindir Zahra terkekeh.
Mereka pun terus mengobrol sepanjang jalan, sesekali mereka berhenti di depan kafe untuk melepas rasa lelah. Dan ketika memasuki waktu dhuhur, mereka pun berhenti di depan masjid untuk sholat. Begitupun seterusnya, setiap kali Reyhan mulai lelah menyetir terus, ia akan mencari tempat untuk merilekskan tubuhnya.
Namun walaupun pinggangnya seperti mau encok karena nyetir terus, setidaknya ia senang bisa berduaan terus bersama Zahra sepanjang jalan. Tak apa-apa berkorban sedikit, yang penting ia bisa terus bersama Zahra.
"Mas, apa kita gantian aja nyetirnya?" tanya Zahra, karena ia gak kasihan melihat Reyhan yang menyetir sedari tadi.
"Enggak usah, entar lagi juga sampai," jawab Reyhan yang gak mau jika Reyhan yang menyetir, bukan apa-apa, cuman ia gak tega aka membiarkan Zahra menyetir sendiri sedangkan dirinya leyeh-leyeh di sampingnya. Kan gak etis juga.
Zahra yang di tolak pun hanya bisa menghela nafas.
Hingga beberapa jam kemudian, mereka pun akhirnya sampai juga di Bandung. Mereka berhenti di depan Hotel AKSA bintang lima.
"Aku sudah memesan hotel, kamu di kamar 112 aku 113. Aku sengaja mesen bersebelahan biar enak kalau ada komunikasi,"
"Iya gak papa, Mas."
Lalu mereka pun berdua segera masuk setelah meminta kunci kepada resepsionis.
Zahra masuk ke kamarnya begitupun dengan Reyhan. Mereka langsung merebahkan tubuhnya di kasur masing-masing.
Untung sekarang sudah ada jalan tol, sehingga perjalanan cukup memakan waktu 4,5 jam. Jika gak lewat tol, entah berapa lama ia akan menempuh hanya dengan naik mobil. Dan Reyhan gak ngebayangkan jika lewat jalan biasa.
Reyhan yang kecapean pun langsung tertidur, toh dia tadi sudah sholat duhur jadi ia bisa tidur dengan nyenyak sampai jam tiga sore. Lumayan ada waktu sejam buat ia tidur siang. Sedangkan Zahra di sebelah malah sibuk baca novel tidur-tiduran.
Sore harinya, setelah sholat ashar, Reyhan dan Zahra pergi ke kantin untik mencari makan, setelah itu lanjut pergi ke tempat pembangunan. Yah, Reyhan dan Zahra turun ke lapangan untuk melihat langsung pembangunan perusahaan cabang yang diperkirakan selesai tahun depan.
Tak lupa Reghan juga meminta beberapa orang untuk melakukan meeting membahas pembangunan yang kini tengah di kerjakan. Tak lama hanya sekitar satu jam saja. Setelah cukup barulah mereka ngobrol santai sambil bergurau.
Reyhan berharap pembangunan itu selesai tepat waktu sesuai apa yang ia inginkan. Karena ia ingin membuka perusahaan itu tepat di bulan kelahirannya. Sebagai hadiah untuk dirinya sendiri atas pencapaiannya selama ini.
Setelah selesai, jam lima sore, Reyhan dan Zahra kembali ke hotel. Sedangkan para pekerja, mereka semua pada lembur sampai jam delapan malam. Tentu para pekerja itu merasa senang dan tak terbebani, malah mereka berharap bisa lembur tiap hari karena bisa mendapat gaji lebih.
Jika mereka kerja dari pagi sampai sore, mereka hanya mendapatkan gaji sebesar 4,5 juta tiap bulan. Sedangkan jika lembur bisa mencapai 6 juta tiap bulan. Sangat fantastis sekali, bukan?
Mereka akan mendapatkan gaji setiap tanggal lima setiap bulannya. Dan di siang hari, mereka masih mendapatkan makan gratis dan juga ada teh dan kopi serta es buah. Ada camilan juga. Reyhan emang meminta tangan kanannya untuk memanjakan semua pekerjaannya agar mereka pun semangat dalam bekerja.
Dan yah, mereka juga di kasih waktu untuk sholat selama lima belas menit. Khusus untuk jam makan siang, mereka di kasih waktu setengah jam. 15 menit untuk makan dan nyantai, 15 menit untuk bersih-bersih dan shoat dhuhur.
Saat memasuki waktu sholat ashar dan maghrib, mereka juga di kasih waktu masing-masing lima belas menit. Sedangkan untuk sholat isya, mereka bisa sholat di rumah masing-masing.
Jam kerja pun dari delapan sampai jam lima sore dan jika lembur sampai jam delapan malam.
"Mas, nanti habis sholat isya' jalan-jalan yuk," ajak Zahra saat dalam perjalanan menuju hotel.
"Boleh, emang kamu mau kemana?" tanya Reyhan.
"Kemana ya enaknya, di Pluncut, atau di Caringin Tilu, atau di Bukit Bintang?" tanya Zahra yang juga bingung.
"Bukit Bintang aja gimana, biasanya kalau malem cukup rame," usul Reyhan.
"Boleh deh, besok malamnya baru di Caringin Tilu ya," ujar Zahra.
"Oke."
Mereka pun terus mengobrol, Zahra yang melihat ke luar jendela, tiba-tiba ia seperti melihat suaminya yang sedangkan bergandengan dengan seorang wanita dengan sangat mesra.
"Apa itu Mas Andre?" gumam pada dirinya sendiri.
"Mas, berhenti dong," pinta Zahra dadakan.
"Ada apa?" tanya Reyhan sambil mulai meminggirkan mobilnya.
"Bentar ya." Zahra tak menjawab. Ia langsung keluar dan berlari menuju dimana suaminya berada. Namun sayangnya sesampai di sana, ia kehilangan jejak. Ia menoleh ke sana kemari, seperti orang yang kebingungan.
"Cari apa?" tanya Reyhan yang ternyata menyusul Zahra.
"Engga ada," bohong Zahra.
"Kamu mau masuk ke sana?" tanya Reyhan.
"Boleh," jawab Zahra. Dengan masuk ke dalam ia bisa mencari suaminya.
"Iya udah bentar ya, aku mau memarkirkan mobil dulu,"
"Iya," jawab Zahra.
Reyhan pun kembali ke mobil yang masih berada di pinggir jalan ia harus memarkirkan mobilnya dulu sedangkan Zahra, ia masih mencari kesana kemari untuk mencari sang suami. Ia sangat yakin tadi itu suaminya.
"Ayo," ajak Reyhan setelah ia memarkirkan mobilnya.
Mereka pun jalan bareng namun tak sampai pegangan tangan, Zahra tetap menjaga jarak agar tak sampai bersentuhan.
Ternyata benar saja, baru saja ia masuk, ia langsung meliha suaminya yang tengah menggandeng seseorang dan sambil memegang baju bayi.
Zahra pun langsung menghampiri," Mas, panggilnya. Namun setelah laki-laki itu menoleh, ternyata itu bukan suaminya. Hanya postur tubuhnya aja yang sama.
Tanpa di ketahui Zahra, tak jauh dari sana, seseorang sedang bersembunyi. Siapa lagi kalau bukan Andre dan Alana.
Memang kini mereka tengah ada di Bandung, setelah menginap di rumah mertuanya, ia langsung ke Bandung untuk mengajak sang istri jalan-jalan. Namun siapa sangka ia malah bertemu istrinya di sini dan bersama seorang laki-laki bernama Reyhan. Ia tau itu bos sang istri di kantor, namun kenapa bisa ada di Bandung, sedangkan Zahra gak chat dirinya sama sekali sejak kemarin. Padahal biasanya, Zahra selalu pamitan kalau mau pergi, tapi ini Zahra sepertinya lupa untuk mengabari dirinya.
"Kenapa kita mesti sembunyi sih, Mas?" gerutu Alana yang merasa pengap d tempat persembunyianna.
"Itu ada Zahra sayang," bisik Andre.
"Di mana?" tanya Alana.
"Tuh." Andre menunjuk ke tempat di mana Zahra berdiri.
Alana yang melihatnya pun membungkam mulut seketika. Ia tak menyangka bisa bertemu Xahra di sini.
"Kenapa dia ada di Bandung, Ma?" tanya Alana dengan suara pelan.
"Dia lagi kerja kayaknya, mungkin dia ke sini ikut Reyhan masalah pekerjaan. Zahra kan sekertaris Reyhan," jawab Andre menjelaskan.
Sedangkan Zahra yang sudah mengira itu Andre ternyata bukan, langsung meminta maaf dan pergi.
"Mas, ayo kita kembali," ajak Zahra ke Reyhan karena ia sudah malu karena salah orang jadi ia gak mau terlalu lama di sana.
Sebentar yang di lihat oleh Zahra gari saat di dalam mobil, memang benar itu Andre dan Alana. Hanya saja saat Zabra dan Reyhan masuk ke toko itu, Andre yang tak sengaja melihatnya langsung menyeret Alana ke tempat persembunyian yang tak terlihat oleh Zahra.
Dan kebetulan saja di sana juga ada sepasang suami istri yang memakai vaju yang sama sehingga Zahra salah mengenalinya.
Andre sangat bersyukur Tuhan masih melindunginya sehingga rahasianya masih aman dan ia bisa lega.