Sepulang kerja, Reyhan membawa Zahra ke Mall terbesar di Bandung. Mereka memilah milih sesuatu buat oleh-oleh untuk Ahmad dan Hilda.
"Mas, kayaknya buat abah, aku pengen belikan sarung, baju koko sama peci. Sedangkan Umi sendiri, mau aku belikan mukenah. Bagus gak ya?" tanya Zahra, meminta pendapat Reyhan.
"Bagus kok," sahut Reyhan.
Zahra pun akhirnya membeli mukenah dua untuk dirinya dan sang Umi. Sedangkan khusus untuk abah, ia belikan sarung, peci dan baju koko warna putih.
"Za, kamu suka jaket ini?" tanya Reyhan sambil menyentuh jaket warna kuning.
"Suka, warnanya cerah. Ini kayaknya jaket couple ya?" Zahra memegang baju yang di sentuh Reyhan tadi.
"Iya, aku pengen jaket ini. Hanya saja gak boleh beli satu, harus beli dua. Kalau kamu mau, aku pengen beli, nanti satunya buat kamu. Gimana?"
"Tapi aku ikut bayar gak nih? Soalnya inu seharga gajiku sebulan," ujar Zahra.
"Aku yang bayar kok," balas Reyhan tersenyum yang sangat mengerti maksud Zahra.
"Ya kalau gratisan, aku mau," ucap Zahra terkekeh. Akhirnya Reyhan pun membeli jaket itu, satunya untuk dirinya sedangkan satunya lagi untuk Zahra.
"Mas, ayo kita ke hotel. Ntar lagi adzan Maghrib. Nanti kan habis isya' kita masih mau jalan-jalan, sebelum besok pagi kita pulang," ajak Zahra sambil melihat jam tangannya.
"Baiklah, ayo." Reyhan pun langsung mengiyakan walaupun sebenarnya ia masih pengen jalan-jalan keliling Mall lebih lama lagi, sungguh jalan berdua seperti ini walaupun agak jauhan namun baginya cukup menyenangkan.
Selama dalam perjalanan menuju hotel, Zahra dan Reyhan sama-sama diam, mungkin mereka tak punya bahan untuk di buat cerita.
Hingga sampai di hotel, Reyhan lebih dulu kembali kamarnya, sedangkan Zahra ia masih ngobrol dengan pak satpam yang ada di depan. Entah apa yang di obrolin. Reyhan juga gak mau tau, karena ia tak mungkin harus selalu tau urusan Zahra, karena bisa-bisa Zahra akan risih padanya jika dirinya terlalu kepo. Jadi ia akan berusaha untuk memberikan Zahra kebebasan, cinta bukan berarti ia mengekang, terlebih kini Zahra masih istri orang lain. Jadi ia akan berusaha menjaga jarak sebisa mungkin. Dab menahan diri untuk tak terlalu mencampuri ururan Zahra, jika pun ia mencari tau tentang suaminya, tetap ia akan diam dan membiarkan Zahra mencari tau sendiri tentang suaminya.
Tanpa sepengetahuan Reyhan, sebenarnya Zahra berbicara sama pak satpan karena ingin mengulur waktu. Iya tadi saat mau memasuki hotel lagi-lagi ia seperti melihat suaminya, tapi sekarang ia hanya sendirian. Makanya ia pura-pura ngobrol sama pak satpman agar Reyhan pergi lebih dulu.
Setelah melihat Reyhan pergi, Zahra pun langsung berlari mengejar sang suami.
"Mas," panggil Zahra. Andre yang mendengar suara Zahra pun refleks langsung menoleh ke arah Zahra.
"Zahra, kamu di sini?" tanya Andre kaget, ia tak menyangka lagi-lagi ia bertemu dengan istri pertamanya, terlebih di hotek. Untung saat ini ia hanya sendirian.
"Iya aku ada kerjaan sama Mas Reyhan, melihat bangunan di jalan Xx. Tapi besok pagi dah pulang, sebenarnya sih hari ini bisa langsung pulang tapi ya itu, aku masih pengen jalan-jalan nanti malam habis isya' biar gak rugi juga jauh-jauh ke sini hehe," oceh Zahra. Sedangkan Andre hanya diam mendengarkan curhatan istri pertamanya itu.
"Oh ya Mas ngapain di sini?" tanya Zahra.
"Aku ada kerjaan daerah sini, jadi aku nginep di hotel ini," dusta Andre. Padahal kenyatannya ia ke Bandung bareng Alana dan menginap di hotel ini sejak kemarin.
"Loh bukannya mas bilang ke aku mau nginep di kantor ya. Kok malah di hotel?" tanya Zahra kepo.
"Iya, kantornya kan masih di renovasi biar lebih nyaman nantinya buat di pakai. Tapi sih kayaknya seminggu lagi udah selesai. Dan selama di renovasi, aku memilih untuk nginep di hotel ini," bohong Andre lagi. Ia sekarang begitu lihai bermain kata-kata, padahal tanpa ia ketahui orang tua dan mertuanya sudah mengetahui semua kebohongannya. Bukan hanya sahabat bahkan Reyhan atasan Zahra pun juga tau kebusukannya. Hanya Zahra lah yang selalu berfikir positif tentang suaminya, walaupun kadang ada keraguan dalam hatinya.
"Oh gitu, Mas nginep di kamar nomer berapa?" tanya Zahra.
"Lantai 3 nomer 14D," jawab Andre.
"Oh gitu, iya udah deh mas hati-hati ya. Aku mau ke kamarku dulu, mau sholat, soalnya waktu Maghrib hanya sedikit, mas jangan lupa sholatnya, jangan sampai telat," tutur Zahra
"Iya. Emmm aku boleh nanya?" ucap Andre saat Zahra mau pergi.
"Boleh mau nanya apa?" ujar Zahra
"Kenapa kamu gak pernah chat atau von aku lagi?"
"Loh bukannya nomerku Mas blok ya," sahut Zahra membuat Andre mengernyitkan dahi.
"Blok, enggak kok. Aku gak merasa blok nomer kamu," sanggah Andre karena memang kenyataannya Andre gak pernah memblok nomer Zahra sama sekali.
"Coba kamu cek di hp nya, Mas," suruh Zahra. Andre pun mengambil Hp nya yang ada di saku celana, saat ia buka wa ternyata bener, nomer Zahra di blok.
"Apa ini kelauan Alana?" gumam Andre dalam hati, siapa lagi kalau bukan Alana, kan hanya dia kadang yang memegang hpnya.
"Maaf kayaknya aku gak sengaja blok nomer kamu," ucap Andre penuh penyesalan.
"Gak papa, aku mengerti. Mas pasti sibuk kan sampai gak sadar saat blok nomer aku. Iya udah aku ke kamar dulu ya, mau sholat," ucap Zahra sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul enam lewat.
"Iya, hati-hati.'"
"Siap. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam." Sebelum pergi, Zahra masih menyempatkan diri mencium tangan suaminya karena ia tak tau apakah setelah ini ia bisa bertemu dengan suaminya kembali apa enggak.
Setelah Zahra pergi, Andre pun mengelus dada. Ia bersyukur rahasianya masih aman. Daj untung ia keluar tidak bareng Alama, entah apa yang akan terjadi jika sampai Zahra tau mungkin saat ini juga Zahra akan meminta pisah dengannya.
Sungguh, kadang ia merasa bersalah karena terus menerus membohongi Zahra. Zahra terlalu baik dan polos. Tapi untuk saat ini, ia gak bisa berbuat apa-apa. Alana sedang mengandung dan kandungannya pun lemah, ia tak boleh banyak fikiran. Ia harus selalu senang setiap harinya, untuk itu ia gak mau calon buah hatinya kenapa-kenapa, jadi ia harus mengorbankan perasaan Zabra demi Alana, cinta pertamanya dan anaknya yang beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia.
Setelah Reyhan membuka blok Zahra di hp nya, ia pun segera pergi ke kamarnya. Sesungguhnya ia sangat marah saat tau nomer Zahra di blok pantas jika Zahra tak bisa mengirim pesan atau nelfon dirinya dan bodohnya dirinya, yang hanya terus menunggu Zahra yang mengirim kabar lebih dulu, andai ia tak bertemu Zahra, entah sampai kapan ia tau tentang nomer Zahra yang di blok oleh Alana, istri keduanya.