Zahra kembali dan pergi ke ruang resepsionis, di sana ia melihat resepsionis itu sedang berbincang dengan teman di sampingnya. Zahra menghampirinya karena ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan kepada resepsionis tersebut.
"Mbak Sania," panggil Zahra, ia menyebut nama Sania karena ia melihat di dada kiri resepsionis tersebut terdapat nama dengan papan kecil yang bertuliskan Sania Marwah.
"Eh, Ibu Zahra. Ada apa?" tanya Sania ramah.
"Jangan panggil ibu dong, berasa aku tua banget kayaknya, manggil Zahra atau Mbak Zahra juga gak papa," jawab Zahra yang merasa sedikit keberatan di panggil ibu.
"Baiklah, Mbak Zahra. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sania.
"Emm apakah Mbak Sania ada waktu sebentar?" tanya Zahra.
Sania melihat jam tangannya yang ternyata sudah memasuki jam istirahat.
"Ada, Mbak," jawab Sania.
"Bisa kita ngobrol berdua, tapi gak di sini soalnya ada yang ingin saya tanyakan,"
"Bisa, Mbak." Lalu Sania terlihat ngomong sebentar dengan teman di sampingnya. Dan setelah itu, Sania dan Marwah pun pergi ke taman sampai perusahaan dimana di sana hanya ada satu dua orang saja yang sibuk duduk santai di bawah pohon dan sibuk dengan Hp nya.
"Mbak, saya mau nanya. Sebelumnya saya minta maaf jika menanyakan hal seperti ini. Tapi jujur saya tak merasa tenang sejak tadi. Apa bener suami saya hari ini gak masuk? Saya harap Mbak Sania bisa berkata jujur pada saya," ucap Zahra penuh harap. Iya berharap Sania bisa menjawab perkataannya dengan sejujur-jujurnya.
"Sebenarnya tadi pagi sempat masuk sebentar, tapi gak lama kemudian, Pak Andre keluar terburu-buru dan tak berpamitan pergi ke mana," jawab Sania.
"Apakah selama ini suami saya kalau masuk kerja, sering lembur sampai tengah malam?"
"Lembur. Pak Andre bahkan dari dulu tak pernah lembur. Apalagi sejak menikah, ia sering pulang lebih awal. Di saat yang laik belum pulang, ia selalu pulang lebih dulu." Mendapatkan jawaban itu membuat Zahra merasa sesak, jika suaminya gak lembur, lalu pergi kemana dia selama ini. Kenapa ia sering pulang tengah malam.
"Lalu apakah suami saya pernah ada kerjaan di luar kota?" tanya Zahra lagi dengan dada yang semakin terasa sesak.
"Enggak, Bu. Jika pun ada pekerjaan di luar kota, pasti Pak Andre akan meminta sekertarisnya untuk menggantikan dirinya pergi ke luar kota."
Zahra menekan dadanya, "Ya Tuhan, sebenarnya apa yang di sembunyikan oleh Mas Andre. Kenapa dia mesti berbohong? Apa yang sedang ia sembunyikan dariku?" tanya Zahra dalam hati.
"Apakah Mas Andre di sini terlihat dekat dengan seseorang?" tanya Zahra lagi.
"Enggak, Bu. Malah Pak Andre lebih banyak menyendiri dan selalu menghabiskan waktunya di ruangannya, ya paling keluar saat jam makan siang saja."
Zahra hanya bisa menerka-nerka kemana suaminya pergi, akankah ia pergi untuk menemui Alana, mantan pacarnya. Ah, atau diam-diam mereka masih tetap menjalani hubungan sampai saat ini.
"Mas, padahal mas sendiri yang bilang kalau mas ingin berubah, nyatanya mas masih seperti ini di belakangku. Aku bahkan tak tau harus berbuat apa sekarang." Zahra hanya bisa berucap di dalam hati.
"Mbak, Mbak Zahra kenapa?" tanya Sania melihat Zahra yang bengong seperti memikirkan sesuatu.
"Gak papa. Iya udah aku harus pergi dulu. Makasih ya waktunya, maaf mengganggu,"
"Gak papa, Mbak. Santai aja," jawab Sania. Sejujurnya ia malah senang bisa dekat dengan menantu pemilik perusahaan ini. Walaupun ya ia sadar betul, Zahra mendekatinya karena memang ia membutuhkan jawaban dari pertanyaanya. Namun baginya bisa ngobrol berdua seperti ini seperti ada kebahagiaan tersendiri.
"Iya udah, aku pulang ya." Setelah pamitan, Zahra pun langsung pergi menuju mobil dimana Reyhan sedang menunggu dirinya. Setiap langkahnya, ia hanya berdiam diri, tak ada wajah ceria nya sama sekali, ia seperti punya beban yang cukup berat.
Blak ...
Zahra menutup pintu mobil sehingga membuat Reyhan kaget, karena ia ketiduran.
Zahra menutup wajahnya dan terisak-isak, dan itu sukses membuat Reyhan panik.
"Zahra kamu kenapa?" tanya Reyhan lembut dan Zahra hanya menjawab dengan gelengan kepala membuat Reyhan frustasi. Akhirnya ia memilih diam dan membiarkan Zahra meluapkan kesedihannya dengan menangis.
Setelah hampir 15 menit, akhirnya Zahra pun berhenti terisak.
"Kamu kenapa Za?" tanya Reyhan lagi.
"Gak papa, Mas. Maaf ya sudah nangis di mobil Mas Reyhan," ucap Zahra merasa bersalah. Biasanya ia jarang menangis, tapi hari ini hatinya benar-benar sakit, dan ia butuh menangis untuk meredakan sakit hatinya.
"Gak papa, santai aja." Reyhan tersenyum. Ingin rasanya ia memeluknya dan menenangkannya namun ia tak berani melakukannya karena ia sadar, Zahra tak akan mau untuk dipeluk olehnya.
"Kita ke restoran yuk, aku lapar," ajak Reyhan mencoba mengalihkan pembicaraan agar Zahra tak sedih lagi.
"Kalau bisa kembali ke kantor aja ya, aku lagi gak mood buat makan," jawab Zahra.
"Zahra, gak boleh gitu. Walaupun kamu sedih, tapi kamu harus tetep makan. Ingat! Jangan biarkan masalah kamu menjadi beban buat kamu, apalagi kamu sampai melewatkan makan siangmu. Kamu gak mau kan sakit, dan akhirnya malah membuat kedua orang tua kamu sedih," ujar Reyhan mencoba mengomong selembut mungkin agar tak menyinggung perasaan Zahra.
Zahra sendiri mencoba untuk mencerna omongan Reyhan. "Mas Reyhan benar, walaupun aku mogok makan, Mas Andre gak akan peduli. Yang ada malah akan membuat Abah dan Umi sedih jika dia tau, putri kesayangannya seperti ini. Huefft aku harus kuat, aku yakin aku bisa melalui semua ini. Ya Tuhan ... sesungguhnya hanya kepadaMu lah tempat hamba mengadu, berikanlah hamba kekuatan agar hamba bisa melewati semua ini," doa Zahra dalam hati.
"Baiklah, aku nurut," jawab Zahra membuat Reyhan tersenyum.
Lalu Reyhan pun langsung menghidupkan mobilnya dan pergi menuju restoran termahal milik temannya.
Reyhan berjanji ia akan membuat Zahra bahagia, walaupun ia tak tau apa masalah yang kini di hadapi oleh Zahra, tapi ia berjanji akan menjadi obat penawarnya. Ia akan melakukan apapun untuk mengembalikan senyuman dari wanita yang ia cintai.
Sedangkan Zahra, ia benar-benar merasa kecewa dengan suaminya. Tak menyangka jika suaminya tega membohonginya. Ia ingin segera bertemu suaminya dan menanyakan langsung kemana ia pergi selama ini dan apa alasannya sampai Andre tega membohonginya sedemikian rupa.
Reyhan menatap ke arah Zahra yang hanya duduk diam melihat ke arah luar jendela.
"Za, kenapa kamu mesti merasakan kesedihan seperti ini. Sungguh hatiku ikut sakit melihat kamu seperti ini," ucap Reyhan dalam hati.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di restoran mewah bintang tujuh.
Reyhan segera memarkirkan mobilnya di parkiran VIP. Lalu ia dan Zahra berjalan keluar dan menuju Restoran yang sangat mewah, bahkan setiap dinding dan lantainya di gambar dengan sangat wah sehingga tanpa nyata dan bernyawa.
"Mas, aku gak nyangka loh ada tempat semewah dan sebagus ini," puji Zahra.
"Haha kamu kurang jauh sih mainnya. Tapi emang restoran ini baru buka setahun ini sih dan memang tak banyak orang tau dan hanya orang-orang tertentu saja," ucap Reyhan menjelaskan.
"Ayo masuk." Ajak Reyhan.
Zahra menganggukkan kepala, lalu ia pun berjalan di samping Reyhan tanpa ada sentuhan tangan karena emmang Zahra berusaha sebisa mungkin agar tak sampai bersentuhan secara fisik.
Semakin masuk ke dalam membuat Zahra bener-bener terpanah. Sungguh, resto ini benar-benar sangat bagus sekali, bahkan sangking bagusnya ia sampai lupa dengan hatinya yang kini tengah kesal.
Reyhan yang melihat Zahra menatap seluruh ruangan sambil berdecak kagum hanya tersenyum senang karena akhirnya ia bisa membuat Zahra sejenak melupakan masalahnya.
"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Reyhan lagi.
"Ayo."
Lalu Reyhan dan Zahra menuju kamar yang sudah di pesan oleh Reyhan tadi sebelum mereka berangkat ke resto. Saat mereka baru saja duduk, pelayan langsung datang untuk menanyakan pesanan mereka.
Pelayan yang sangat ramah dan memakai baju yang sangat sopan tak seperti pelayang di resto lainnya yang kebanyakan memakai baju sexi.
Reyhan dan Zahra pun memilih makanan yang ada di buku menu, harganya cukup mahal tapi sebanding dengan tempatnya yang juga sangat mewah dan bagus untuk berfoto dan menguploadnya di media sosial.
Untuk rasanya, Zahra belum bisa menilainya karena belum mencobanya, tapi jika Reyhan sendiri ia sudah dua kali ke sini dan rasanya sangat lezat karena memang kokinya pun sangat berpengalaman dan lulusan luar negeri.