Chereads / Purple Love Story / Chapter 5 - Chapter 05

Chapter 5 - Chapter 05

Purple semakin mempercepat langkah, akan tetapi seketika langkahnya melambat ketika samar-samar mendengar suara desahan. "Suara apakah itu?"

--

Wanita dengan tingkat kesabaran tinggi, itulah Purple De Martin, sehingga tidak membuatnya berburuk sangka. Satu keyakinan penuh yang tertanam jelas di dalam benaknya bahwa suara desahan tersebut berasal dari video yang biasa Douglas lihat di kala rasa penat menyapa.

Sayangnya, semua tak sesuai dengan yang Purple pikirkan. Kenyataan menyakitkan terpampang nyata di depan mata menusuk ke kedalaman matanya hingga terasa sangat menyiksa ke setiap aliran darah.

Lelaki yang sangat di cinta terlihat sedang menindih sang wanita tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Keduanya masih saja mengejar kenikmatan di iringi dengan suara-suara desahan yang terdengar sangat menjijikkan.

Tubuh Purple mematung seketika beriringan dengan suara petir saling bersahutan. Dunia nya serasa berhenti berputar saat itu juga.

Ingin rasanya berlari kemudian menyeret tubuh sang wanita dari sana. Nyatanya, seorang Purple tidak mau bertindak rendahan. Sebagai Putri De Martin, Purple harus bertindak dengan sangat elegan. Akan tetapi, bisakah ia menekan luapan amarah atas kotoran yang baru saja di lemparkan padanya?

Wajah cantik mengeras, sorot matanya menggeliat penuh emosi berbalut kelukaan mendalam. Kedua tangan mengepal erat membuat darah segar merembas melalui sela-sela jari akibat tertancap kuku sendiri.

Demi menahan suara isak tangis ia pun menggigit kuat bibirnya hingga menelan cairan manis. Sekuat apa pun seorang Purple mencoba menahannya. Nyatanya, tangisnya meledak beriringan dengan tubuh bergetar hebat hingga luruh ke lantai menyatu dengan dinginnya lantai gazebo. Bersamaan dengan itu pula Douglas membuang pandangan ke arahnya. "Baby … "

Lelaki tersebut langsung menyudahi aksinya. Dengan segera bangkit dari atas tubuh sang wanita. Dia pun bergegas memakai kembali boxer, sementara bagian atas di biarkannya bertelanjang dada.

Jijik, itulah yang Purple rasakan. Meskipun tubuh bergetar hebat, Purple tetap mencoba bangkit berdiri. Sekuat tenaga berlari meninggalkan apartement lelaki hina tersebut. Sialnya, langkahnya terhenti akibat rasa hangat yang melingkupi pergelangan tangan. "Baby, tunggu!"

Dengan segera memutar tubuh, manik hazel menggeliat penuh emosi berbalut kilatan terluka. Dengan kasar di hempasnya tangan kekar. "Lepas!"

"Baby, dengarkan penjelasanku dulu."

Mendorong kuat dada bidang. "Masih berani kau memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu, hah? Lelaki brengsek!" Bentaknya beriringan dengan belaian hangat pada pipi kokoh.

"Dengarkan aku, baby." Di genggamnya kedua tangan Purple dengan penuh kelembutan namun, langsung di hempas kasar. Jujur, penolakan Purple membuatnya frustasi. "Semua tidak seperti yang kau lihat, baby. Aku masih Douglas yang sama yang mencintaimu dengan sangat dalam. Yang kau lihat barusan hanya-"

Bibir ranum mengulas senyum miris. "Yang aku lihat sudah cukup menjelaskan semuanya, Douglas." Potong Purple cepat.

"Tapi, baby … " Douglas sengaja menjeda kalimat dengan mengusap kasar wajahnya. "Aku telah di jebak. Wanita hina itu yang menggodaku dan sebagai lelaki normal wajar jika aku tergoda. Dengarkan aku, baby. Aku memang mengakui bahwa aku baru saja bercinta dengannya, akan tetapi satu-satunya wanita yang bertahta di sudut hatiku hanya kau, baby. Kau lah satu-satunya wanita yang ku cintai dengan sangat dalam, dan hanya kau lah wanita terhormat yang pantas menjadi Ibu dari Anak – Anak-ku."

"Sudah selesai bicaranya?"

"Please, baby percayalah padaku." Douglas mendekatkan tubuh, bersamaan dengan itu Purple langsung beringsut mundur. Manik hazel menggeliat penuh rasa jijik pada tubuh kekar di hadapannya. Tubuh kekar yang sebelumnya sangat dirindukannya hingga membuat nafasnya terasa sesak.

"Aku tahu bahwa kau sangat marah. Tetapi ku mohon percayalah padaku. Please, maafkan atas kekhilafanku, baby." Melalui sorot matanya terlihat dengan sangat jelas penyesalan berbalut rasa bersalah. Namun, apa gunanya menyesali yang sudah terjadi? Tindakannya barusan telah menyayat hati Purple dengan sangat kejam.

Bibir ranum mengulas senyum yang terkesan di paksakan. "Bagaimana caraku mempercayai lelaki yang dengan hinanya telah menodai kesucian sebuah hubungan, hah? Katakan!" Nada suaranya terdengar lirih, akan tetapi sarat akan emosi.

Bagai tertampar berulang kali, itulah yang Douglas rasakan. Lelaki itu pun berulang kali mengusap kasar wajahnya. "Jangan meragukan keseriusanku. Jika kau masih tidak percaya maka, besok pagi aku akan langsung menikahimu. Malam ini Mr. Martin mengadakan acara makan malam dan malam ini pula akan ku jelaskan padanya bahwa pernikahan kita di percepat."

Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran memaksa Purple membuang tatapan ke arah lain dengan mengukir senyum miris sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Dan kau pikir aku sudi menikahi pria menjijikkan sepertimu, hah?" Purple mendekatkan wajahnya. "Sama sekali tidak!"

Kata terakhir yang meluncur dari bibir ranum membuat Douglas di serbu rasa khawatir berlebih. Cara apa pun telah dia lakukan demi meyakinkan Purple. Sialnya, sang wanita yang baru saja di tindihnya beberapa detik lalu tampak menuruni tangga dengan hanya berbalut selimut. "Baby, aku terlalu lama menunggumu di atas. Apakah kau masih lama? Kalau begitu bagaimana kalau aku pulang saja? Kita bisa melanjutkannya di apartement ku."

Douglas langsung melemparinya dengan sorot mata nyalang. "SHUT UP!"

Tidak suka di bentak memaksa sang wanita yang berstatus sebagai model nya tersebut mendekat kemudian mengalungkan kedua lengan ke leher kekar. "Kau tahu kan bahwa kekasih-mu ini tidak suka di bentak. Apa semua ini karena wanita hina ini, hah?" Melemparkan tatapan sinis ke arah Purple.

Tubuh sang wanita langsung di hempas kasar hingga terjerembab ke lantai. "Wanita yang kau sebut hina inilah yang akan segera menyandang gelar, Mrs. Douglas."

Sang wanita langsung histeris. "Lalu, bagaimana dengan hubungan kita, hah? Saat kau membutuhkan kehangatan, kau selalu mendatangiku. Aku bukan wanita murahan yang bisa kau tiduri sesuka hatimu tanpa ada pertanggung jawaban. Aku menuntut tanggung jawabmu, Douglas!"

"SHUT UP! Satu kata lagi meluncur dari bibirmu maka, detik ini juga bersiaplah ku bungkam untuk selamanya."

Tidak tahan pada perlakuan Douglas telah membuat sang wanita semakin histeris. Tanpa rasa belas kasihan sedikit pun, tangan kekar menghadiahinya dengan tamparan keras hingga tubuh sang wanita terjerembab ke lantai. Tak ayal atas tindakannya itulah telah membuat selimut terlepas dari tubuhnya. Purple bergegas mengambil selimut tersebut kemudian membalutkannya ke tubuh sang wanita.

Di tatapnya sang wanita dengan ketajaman penuh. "Anda sangat cantik dan berkelas, Nona. Tidak seharusnya wanita berkelas seperti Anda menodai kehormatan seorang wanita dengan menjadi pelakor. Bukankah Anda sudah tahu bahwa lelaki yang baru saja Anda nikmati tubuhnya ini adalah lelaki berkekasih. Lebih tepatnya lelaki yang sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah."

"Apa gunanya bertunangan jika tubuh mu saja tidak bisa di nikmati, hah. Asal kau tahu. Lelaki yang berstatus sebagai tunanganmu inilah yang telah mencari kenikmatan dari wanita lain dan wanita itu adalah … " sang wanita langsung mendongakkan wajahnya dengan mengangkat sudut bibirnya.

Purple tersenyum miris. "Dan Anda merasa sangat bangga telah menservice seorang lelaki secara gratis, hah?" Tanyanya dengan tatapan mencemooh.

"Kau!" Geram sang wanita sembari mengayunkan tangan ke udara. Kurang 1cm lagi jemari lentik menyentuh pipi putih mulus, akan tetapi dengan segera di hempas oleh Douglas. "Jangan berani-berani menyentuh calon Istri-ku jika tidak ingin ku patahkan tanganmu, bitch!"

Apakah Purple merasa tersentuh atas pembelaan Douglas? Sama sekali tidak! Muak, itulah yang di rasakannya. Tanpa keraguan sedikit pun langsung melepas cincin bermata berlian tersebut. "Ku kembalikan cincin ini. Sepertinya wanita itulah yang lebih pantas menyandingmu, menjadi Ibu dari Anak – Anak-mu." Melemparkan tatapannya ke arah sang wanita dengan mengangkat sudut bibirnya. "Bukankah memang sudah sepantasnya barang bekas bersanding dengan barang murahan."

FLASH BACK OFF

🍁🍁🍁

Next chapter ...