Apakah Purple merasa tersentuh atas pembelaan Douglas? Sama sekali tidak! Muak, itulah yang di rasakannya. Tanpa keraguan sedikit pun langsung melepas cincin bermata berlian tersebut. "Ku kembalikan cincin ini. Sepertinya wanita itulah yang lebih pantas menyandingmu, menjadi Ibu dari Anak – Anak-mu." Melemparkan tatapannya ke arah sang wanita dengan mengangkat sudut bibirnya. "Bukankah memang sudah sepantasnya barang bekas bersanding dengan barang murahan."
FLASH BACK OFF
--
Jangan mendekat jika tidak ingin tertancap duriku.
- Purple De Martin -
--
Hancur, itulah perasaan yang Purple rasakan sat ini. Ia merasa Tuhan bersikap sangat tidak adil padanya. Kakak tercinta – Carlos De Martin – meninggalkannya dengan cara paling mengerikan sehingga kondisi Mansion De Martin bagaikan Neraka. Dan sekarang ini, Douglas. Lelaki hina tersebut meninggalkan luka mendalam membuat Purple mati rasa. Gadis itu tidak lagi mempercayai apa itu cinta. Baginya, kata cinta hanya ilusi belaka.
Dimulai dari penghianatan tersebut telah membuat Purple membangun benteng tinggi-tinggi hingga hidupnya sama sekali tidak tersentuh lelaki. Meskipun begitu tak membuat para lelaki menjauh. Tidak akan ada 1 lelaki normal yang mau melepaskan Diamond seperti Purple. Selain memiliki kecantikan bak Ratu Inggris, ia juga pewaris tunggal dari seluruh kekayaan De Martin.
Jika sudah di hadapkan pada 2 kenyataan menggiurkan tersebut. Siapa lelaki yang mau menjauh darinya? Jawabannya adalah tidak ada. Semua lelaki menginginkan bisa menyanding Putri De Martin.
Di hadapkan pada kenyataan itulah yang membuat Purple muak. Pengkhianatan Douglas telah membuatnya beranggapan bahwa lelaki adalah makhluk astral yang paling menyeramkan.
"Jika kau terus menerus seperti ini. Kapan kau akan menemukan belahan jiwamu? Yang ada setiap lelaki akan menjauhimu, Purple." Protes Maria.
"Menemukan belahan jiwa bukan perkara mudah. Jangan terus mendesak Putri kita." Sanggah Martin.
"Di masa pertumbuhan, Clark. Dia membutuhkan keutuhan keluarga. Dia membutuhkan sosok seorang, Daddy!"
Ekor mata Martin melirik pada Purple. "Pelankan suaramu, Maria!" Desisnya dengan lirikan mengunci pada wajah putri nya yang terlihat tidak nyaman. Sayangnya, perintahnya di abaikan begitu saja sehingga mengikis habis kesabaran Martin.
Di suguhkan pada suasana yang semakin memanas membuat Purple hilang kesabaran sehingga tanpa sadar membanting sendok ke atas piring. "Ini ruang makan. Seharusnya ruangan ini kita isi dengan penuh kehangatan. Lihatlah!" Jari telunjuk mengarah pada Clark yang menunduk takut. "Malaikat kecil ku, kalian kalian buat ketakutan." Penuh penekanan pada setiap kata.
Purple sangat marah sehingga langsung menghampiri Little Angel nya. Di gendongnya tubuh kecil mungil sembari mengusap puncak kepala berulang kali. "Apa Clark takut melihat Grandpa, dan Grandma bertengkar?"
Clark mengangguk berselimut tatapan memohon perlindungan. Kembali di rengkuhnya tubuh kecil mungil tersebut ke dalam pelukan. Purple coba memberinya rasa hangat agar Little Angel nya tak lagi merasa ketakutan. "Ingat, Clark. Anak laki-laki tidak boleh lemah. Harus kuat, pemberani, dan pastinya memiliki jiwa pemimpin. Karena nantinya Clark lah yang akan melindungi Mommy dari mata jahat."
Mata bulatnya langsung menggeliat dengan sangat menggemaskan. "Mommy, mata jahat itu apa?"
Purple tersenyum. Di kecupinya puncak kepala Clark berulang kali. "Ini sudah malam, waktunya tidur."
"Mommy kan belum menjawab pertanyaanku." Protesnya dengan bibir cemberut.
Di usapnya puncak kepala dengan penuh rasa sayang. "Pertanyaan yang mana, Little Angel?"
"Ih, Mommy ngeselin. Belum ada beberapa menit sudah lupa." Kesalnya dengan bersedekap dada. Wajah Clark terlihat lucu dan menggemaskan ketika sedang cemberut seperti sekarang ini. Purple pun di buat tak henti-hentinya menyungging senyum.
Di rangkumnya pipi bakpao Clark dengan penuh kelembutan. "Sini tatap, Mommy! Dengarkan Mom, Clark. Mata jahat itu orang-orang yang berniat jahat."
"Jadi, bukan mata in, Mom." Menunjuk matanya sendiri.
Purple terkekeh kecil sembari mengusap kasar puncak kepala. "Tentu saja bukan, Little Angel."
"Sekarang, Clark sudah paham kan mata jahat itu apa?"
Clark mengangguk dengan penuh antusias.
"Kalau begitu saatnya memeluk Dunia dongeng. C-mon, Little Angel." Menepuk lembut bantal. Dengan penuh kesabaran membenarkan posisi tidur Clark supaya merasa lebih nyaman. "Good night, Mommy." Mengecup lembut pipi Purple. Purple tersenyum bahagia. "Good night too, My Little Angel." Kemudian mengecupi puncak kepala, kening, kedua mata, hidung, dagu dan kecupan terakhir mendarat di kedua pipi bakpao.
Jemari lentik masih saja terparkir apik pada puncak kepala memberinya usapan-usapan lembut. Tatapan Purple tak pernah lepas dari wajah mungil yang terlihat sangat mendamaikan jiwa. "Terima kasih, Carlos. Kau telah memberiku, Little Angel. Tanpa kehadirannya mungkin sudah sejak lama aku meninggalkan Mansion ini bersama dengan kepergianmu.
Ketegangan yang selalu menyelimuti Mansion De Martin membuat Purple bagai hidup di dalam Neraka . Jika bukan demi Little Angel nya. Sudah bisa di pastikan bahwa ia akan mengejar kebahagiaannya sendiri dengan menjadi desainer terkenal.
Hembusan nafas lelah mengiringi deru nafasnya beriringan dengan langkah kaki meninggalkan kamar Clark. Di depan kamar sangat di kejutkan dengan keberadaan Maria. "Apakah Clark sudah tidur?"
"Sudah." Singkat, padat, jelas, itulah 1 kata yang mengiringi pergerakan bibirnya beriringan dengan langkah kaki melenggang dari sana, meninggalkan Maria yang menghujaninya dengan tatapan meremang.
🍁🍁🍁
Pag-pagi sekali Purple sudah meninggalkan mansion di saat Clark masih tidur. Tak ayal setelah Little Angel terbangun langsung histeris mencari keberadaannya.
"Mommy, jahat. Kemarin janji mau ngajak Clark jalan-jalan."
Maria berusaha menenangkannya. "Dengarkan Grandma, Clark. Untuk saat ini Mommy sedang bekerja dan Anak laki-laki tidak boleh cengeng. Anak laki-laki itu harus kuat, okay?"
Clark menggeleng.
"No?"
Clark menggangguk.
"Why, Clark?"
Clark kembali menggeleng.
Sikap Clark yang sangat menggemaskan membuat Maria tak henti-hentinya menyungging senyum geli sembari berulang kali mencubit gemas pipi bakpao.
Setelah membantu Clark bersiap. Maria langsung menuju ruang ramu dengan menggandeng cucu kesayangan. Martin yang melihatnya bergegas menghampiri kemudian menaruh Little Angel di pundaknya.
Martin setengah berlari membuat Clark tertawa bahagia. Di manjakan pada hal itulah yang membuat Maria tak henti-hentinya menyungging senyum bahagia. "Sudah waktunya kita breakfast. Letakkan Clark di sini." Menepuk kursi kosong di sebelahnya.
Sayangnya, semua tak sesuai dengan yang Maria inginkan. Pagi ini Martin menyantap sarapan dengan Clark di atas pangkuannya. "Ayo, buka mulutmu, Little Angel!"
Clark menggeleng dengan mengunci rapat bibirnya.
"Why?" Tanya Martin. Clark tetap menggelengkan kepala dengan bibir mengunci rapat. "Are you okay, Clark?"
"No."
"Why?"
"Mommy, jahat!" Bersamaan dengan itu langsung turun dari pangkuan. Cucu kesayangannya itu pun langsung berlarian ke kamarnya dengan di ekori oleh maid.
Martin menguncikan tatapannya pada Maria dengan tatapan penuh tanda tanya. Maria tidak menjelaskan apa pun. "Makanlah, kau harus segera berangkat ke kantor, kan?" Yang di jawab dengan deheman.
🍁🍁🍁
Next chapter ...