Setelah menahan rasa pegal dan lelah seharian, acara pesta pernikahan pun berakhir. Zeynep sudah tidak sabar untuk merebahkan tubuhnya yang terasa pegal ini di atas kasur empuknya.
Dia dan Yusuf berjalan beriringan pergi ke kamar. Tapi, Yusuf memilih pergi ke dapur dulu dengan alasan haus ingin minum. Jadi, sekarang Zeynep tengah berdiri di depan pintu kamarnya dan Yusuf.
Ya, dia akan tidur bersama seorang pria malam ini. Perlahan Zeynep membuka pintu tersebut, melihat sekeliling kamar yang mewah berhias indah dengan kelopak bunga mawar yang bertaburan di mana-mana khas kamar pengantin.
"Menarik sekali," gimana Zeynep yang kemudian menutup pintu dan me duduklah tubuhnya di kasur yang terasa empuk.
Dia rebah di sana merasakan tubuhnya yang sangat pegal itu.
Suara pintu yang dibuka terdengar mengalihkan perhatiannya. Dia melirik ke pintu, di sana Yusuf berdiri di ambang pintu sambil mengernyit melihat pemandangan di dalam kamarnya, terlebih lagi ada Zeynep di dalam yang sedang rebah.
"Hey! Sedang apa kau berdiri di sana? Tidak ingin masuk!" seru Zeynep yang kini mengubah posisinya dengan duduk di pinggir kasur.
Yusuf melangkahkan kakinya masuk, dia mendekati Zeynep yang masih duduk di pinggir kasur masih dengan gaun pengantinnya. Sejenak dia mengagumi kecantikan Zeynep, tapi langsung dia hapus semua itu.
"Baiklah. Dengar Zeynep! Aku tidak ingin tidur denganmu," ucap Yusuf yang rupanya langsung to the point.
"Siapa pula yang mau tidur denganmu! Kau tidur di shofa saja sana! Aku sangat lelah!" ucap Zeynep tanpa merasa sungkan. Bahkan dia kembali berbaring dan menarik selimutnya menutupi tubuhya sambil memeluk guling.
"Hey! Kau kurang ajar sekali! Ini kamarku! Pergi dari tempat tidur ku!" teriak Yusuf yang tidak mau mengalah. Dia menarik selimut Zeynep dan me asyik lengan gadis itu agar menjauh dari kasurnya.
"Aww, sakit! Jauhkan lenganmu dariku!" teriak Zeynep dengan sekuat tenaga menghempaskan lengan Yusuf darinya.
"Hey kau gadis yang kasar sekali!" hardisk Yusuf yang membuat Zeynep memutar bola mata malas kepada Yusuf.
"Kau pun pria yang kasar. Sana! Kau tidur di shofa!" teriak Zeynep yang kini melepaskan bantal dan guling nya ke arah Yusuf yang langsung ditangkap oleh pria itu.
Keduanya saling menggerutu dengan perasaan kesal mereka.
Yusuf memilih mengalah karena terlalu malas meladeni tingkah Zeynep yang baginya sangat menyebalkan itu dan selalu bertingkah sesuka hatinya.
Dia membuka lemari pakaian dan mengambil satu set pakaian tidur untuknya. Tanpa merasa ragu dia mengganti pakaiannya di depan Zeynep yang masih membuka matanya.
"Nanti baju di kamar mandi Yusuf!" teriak Zeynep sambil menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Yusuf malah terlalu dengan sendirinya, merasa lucu dengan tingkah gadis yang baru saja dia nikahi itu.
Tidak mau mempedulikan gadis yang terus menggerutu tanpa henti, bahkan menyimpan serapan Yusuf.
Dia berbaring diatas sofa, dan memeluk guling nya, berusaha tidur dengan cepat.
"Ahhh, pakaian ini!" gerutu Zeynep yang kini dia bangun dari tempat tidurnya, menyeret kakinya menuju lemari, mencari pakaiannya, semua pakaiannya itu sudah tertata rapi di dalam lemari. Dia mengambil satu set baju tidur dan pergi ke kamar mandi.
Dia mulai melepaskan satu persatu pakaiannya dan aksesoris yang menempel pada tubuhnya, mengganti gaun pengantin itu dengan gaun tidur.
Dia pula membasuh wajahnya, membersihkan make up yang masih menempel di wajahnya.
"Segarnya!" gumam Zeynep setelah menyelesaikan aktifitasnya di dalam kamar mandi. Seketika dia terbelalak, melebarkan kedua matanya. Dibayar tempat tidur, Yusuf ada di sana.
"Hey!! Bangun! Kau tidur di sofa!" teriak Zeynep sambil menyingkapkan selimut tebal itu.
"Ini tempat tidur ku! Pulang saja ke rumahmu jika kau ingin tidur di kasur!" balas Yusuf yang berhasil membuat Zeynep kesal berkali-kali lipat.
Kini keduanya malah beradu mulutnya henti. Mereka hanya meributkan tempat tidur mereka tanpa henti, bahkan kadang saling tarik menarik dan mengusir satu sama lain.
Tidak ada keromantisan di malam pertama seorang pengantin seperti mereka keduanya sama-sama cerewet dan menyebalkan sehingga tidak ada yang dapat melerai keduanya.
Zeynep menarik lengan Yusuf untuk pergi dari kasur, sedangkan Yusuf masih bertahan di posisinya tanpa dapat Zeynep tarik. Alhasil, dengan sekali tarik Zeynep terperosok kepelukan Yusuf. Bahkan dia menindih tubuh Yusuf saat ini, seketika membuatnya merasa malu.
"Heh kau kurang ajar!" teriak Yusuf mendorong tubuh Zeynep hingga dia terjatuh di samping Yusuf.
"Salah siapa kau menarik ku Yusuf!" ujar Zeynep kesal. Jika yusuf tidak menarik tubuhnya, dia tidak akan jatuh dengan posisi demikian yang sangat memalukan baginya.
"Aku lelah! Jangan ganggu aku!" ucap Yusuf memilih tidak pedulikan Zeynep yang terus menggerutu tanpa henti. Dia memejamkan matanya di samping Zeynep.
"Hey! Jangan tidur di sini!" teriak Zeynep mendorong tubuh Yusuf dari tempat tidur. Tapi, tubuh Yusuf yang lebih besar darinya itu sama sekali tidak bergerak dari kasur, sangat berat, apalagi dia yang kelelahan ini tidak memungkinkan dapat me dorong tubuh besar Yusuf.
"Arggg, berat sekali," gerutu Zeynep yang kemudian mengalah. Dia tidur miring, saling menunggangi satu sama lain.
Jika bukan karena ingin balas dendam, Zeynep tidak akan pernah menyetujui permintaan Demir untuk menikahi putra tunggalnya. Dia masih terjaga sesaat, menyelami kehidupannya sebelum dia ada di tempat ini, dia tidak tahu apakah ayahnya mengkhawatirkannya, ataukah tidak mempedulikannya sama sekali.
"Apa dia sudah tidur," ucapnya sambil melirik ke samping, melihat punggung Yusuf yang terlihat kekar itu. Dia kembali ke posisi sebelumnya membelakangi pjnggjbg Yusuf.
Mulai menanamkan matanya berusaha untuk tidur, dia sangat sulit tidur karena harus tidur dengan seorang pria apalagi yang baru dia kenal.
Sedangkan Yusuf pula masih terjaga, dia sama sekali tidak menanamkan matanya sama sekali, sama tidak dapat tidur bersama seorang gadis yang sama sekali tidak dia sukai itu.
"Menyebalkan! Jika bukan karena Ayah, aku tidak akan pernah menikahi gadis menyebalkan itu," batin Yusuf yang terus berceloteh tanpa henti membicarakan ayahnya, dirinya, Zeynep, dan kebun anggur yang diinginkan ayahnya itu.
"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyentuh gadis menyebalkan itu, sekalipun jika ayah menginginkan anak darinya."
Dia sudah mulai merasa lelah karena harus terus mengikuti kata-kata ayahnya. Ayahnya melakukan semua ini hanya untuk harta, berapa kali dia melihat ayahnya membunuh yang kemudian mengambil seluruh harta bendanya.
Padahal, dia sudah memiliki harta yang behiyu melimpah, tapi tetap saja merasa kurang.
"Astaga, kenapa aku terus memikirkan ini," gumam Yusuf yang mulai kalah dengan semua hal yang ada dalam pikirannya. Sekarang dia memilih tidur di samping Zeynep dan berjanji tidak akan pernah menyentuhnya.
Perlahan matanya terasa mulai berat, dia mengerjap-erjalkan matanya berulang kali. Hingga akhirnya tertidur begitu saja setelah merasakan begitu lelah dengan semua hal yang sudah terjadi.