Chereads / Mr. Mafia & Mrs. Mafia / Chapter 6 - PERASAAN MALU-MALU

Chapter 6 - PERASAAN MALU-MALU

Hari-harinya berlalu begitu saja. Zeynep tetap berprilaku santai dan tidak peduli kepada Yusuf, Di bahkan berprilaku semaunya dan tidak pernah mendengarkan Yusuf maupun Demir, selalu keluar rumah tanpa ijin terlebih dahulu dan sebagainya.

Sekarang, Zeynep tengah bersantai di sebuah cafe menikmati makanan ringan dan jusnya. Hidupnya di luar rumah terasa lebih tenang sekali, dia terus bersenang-senang dan hanya sesekali menengok kebun anggurnya.

Tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh nada dering ponselnya yang terdengar dari dalam tasnya. Dia segera merogoh benda pipih itu dan melihat sederet nomor tak dikenal. Dengan rasa penasaran dia menerima panggilan tersebut.

"Hallo, apakah ini benar Nona Zeynep istri Yusuf?" tanya pria di seberang sana.

"Ya, betul. Ada apa?" tanya Zeynep malas mendengar nama Yusuf itu.

"Yusuf ada di rumah sakit Nona, dia kecelakaan tadi." Pria itu memberitahukan kabar tentang Yusuf entah baik atau buruk. Namun, tanpa sadar Zeynep langsung menanyakan alamat rumah sakit dan segera ke sana. Dia hanya ingin melihat keadaan Yusuf saja.

Dia melesat keluar dari cafe tersebut, masuk ke mobilnya dan segera menyalakan mobilnya. Kali ini Zeynep tidak ditemani supir, dia membeli mobil sendiri dan terus bepergian sendirian tanpa memberitahu siapa pun ataupun mengajak orang lain.

Setelah cukup lama di perjalanan, akhirnya Zeynep menghentikan mobilnya dan memarkirkannya di depan rumah sakit. Dia segera keluar dari mobilnya dan berjalan cepat masuk rumah sakit. Terlebih dahulu dia menanyakan receptionis tentang Yusuf.

Setelah mendapatkan jawaban, Zeynep langsung berjalan dengan cepat menuju lantai 12 di mana Yusuf berada. Dengan menaiki lift tentu akan lebih cepat sampai ke la tau 12, setelah sampai dan langsung keluar dan berjalan menyusuri koridor mencari kamar rawat Yusuf.

"Nona Zeynep?" sapa seorang pria yang bangun dari tempat duduknya di depan kamar rawat, yang kemungkinan Yusuf di dalam sana dan dia yang menghubunginya barusan.

"Aku teman Yusuf yang menelponnya barusan. Dia sekarang masih ditangani dokter," ucap pria itu menjelaskan kepada Zeynep.

"Oh baiklah. Terima kasih," ucap Zeynep lagi yang kemudian duduk di kursi sana, dia cukup lelah.

Entahlah, dia sendiri tidak tahu kenapa dia terburu-buru untuk melihat Yusuf, juga tidak mau mengakui jika dirinya saat ini panik.

"Istri Yusuf cuek sekali," gumam pria iyu yang tentunya masih dapat terdengar oleh Zeynep. Tapi dia memilih tidak peduli dan malah asyik bermain dengan benda pilihnya.

Sejenak membuat teman Yusuf itu mengernyit karena Zeynep tetap santai saja.

Bahkan tidak terlihat panik sedikit pun.

Pintu kamar terdengar terbuka, mereka berdua bangun dari tempat duduknya dan menghampiri dokter yang keluar dari sana bersama dua perawat.

"Apakah Anda keluarga Tuan Yusuf?" tanya dokter itu.

"Aku istri Yusuf, Dok." Zeynep menjawab dengan cepat.

Kemudian dokter pun mengatakan keadaan Yusuf saat ini, dia mengalami cidera dan kaki kirinya sedikit retak. Tapi, semuanya sudah di obati hanya tinggal pemulihan saja. Kurang lebih begitu.

Zeynep menghela napasnya lega, dia masih bertahan dengan ekspresi wajah santai nya.

"Bolehkah aku melihatnya Dok?"

"Silahkan Nona." Setelah mendapat jawaban tersebut, Zeynep langsung masuk ke kamar tersebut.

Dia melihat Yusuf tidak sadarkan diri dengan pernah di bagian kakinya dan juga kepalanya, selain itu ada pula lecet di bagian lengannya.

"Apa mertuaku tahu?" tanya Zeynep kepada pria yang mengatakan teman Yusuf itu.

"Dia tidak tahu."

"Hubungi dia sekarang dan beritahu keadaan Yusuf," pinta Zeynep yang langsung dipatuhi.

Zeynep duduk dengan tenang di samping Yusuf yang belum sadarkan diri itu.

Dia menghela napasnya, sesekali dia memandangi saja Yusuf yang terlihat sedikit pucat itu namun masih terlihat tampan. Dia diam melihat wajahnya yang selama ini masuk ke dalam hidupnya juga sebaliknya. Wajah pria yang tidak pernah dia kenal dan dia cintai menjadi suaminya tanpa ada cinta di antara keduanya.

"Arggg." Terdengar suara merintis dari Yusuf, dia sudah membuka matanya dan melihat Zeynep ada di sampingnya.

"Aku ada di mana?" lirih Yusuf yang melihat ruangan tersebut seluruhnya berwarna putih dan banyak bau obat-obatan.

"Aku ada di rumah sakit.

Dasar ceroboh, kau lupa jika kecelakaan!" ucap Zeynep dengan nada suaranya yang sedikit datar itu.

"Aku mengungguku? Apa kau mengkhawatirkanku?" tanya Yusuf latin yang membuat Zeynep memutar bola mata napasnya. Entahlah, dia tidak ingin berdebat dengan yusuf untuk ke sekian kalinya.

"Tidak juga. Karena tidak ada ayahku di sini, lalu siapa yang akan menunggu mu. Dasar ceroboh! Kau menghancurkan momen bersantaiku," ucap Zeynep merasa sedikit kesal sekaligus kasihan kepada Yusuf.

"Dan lebih cerobohnya, kau mengendarai mobil dengan keadaan mabuk," gerutu Zeynep lagi yang malah membuat Yusuf tersenyum mendengar ucapannya yang memang sedikit kasar itu.

"Aku berbohong jika tidak mengkhawatirkanku ya," goda Yusuf dengan senyuman jahilnya.

"Yusuf, kau baik-baik saja! Astaga kenapa bisa seperti ini!" Zeynep dan Yusuf melirik ke arah pintu. Di sana ada Demir yang baru masuk, Zeynep hanya memutar bola matahya malas dengan pria tersebut.

"Aku baik-baik saja Ayah," ucap Yusuf pelan.

"Kakiku sedikit retak ya, kau pasti akan kesulitan berjalan," ucap ayahnya itu. Entah dia memang tengah mencemaskan Yusuf atau hanya pura-pura.

Karena selama ini,nyang Zeynep lihat hanyalah sifat dingin Demir yang seakan tidak peduli dengan putra tunggalnya itu.

"Oh Zeynep, terimakasih sudah menjaga Yusuf," ucap Demir yang dibalas senyuman kecil penuh paksaan.

"Oh tidak masalah Ayah," jawabnya singkat.

"Aku tunggu Yusuf di sini ya Zeynep. Aku akan mengurus biaya administrasi nya terlebih dahulu." Setelah mengatakan itu dia langsung meninggalkan kamar Yusuf.

Kini dua berdua kembali dengan Yusuf.

Zeynep memilih beralih tempat duduk ke shofa yang letaknya tidak jauh dari tempat Yusuf berbaring.

Dia duduk santai di sana san mulai memainkan ponselnya, sedangkan Yusuf hanya diam sambil melihat Zeynep yang tidak mempedulikannya ataukah pura-pura tidak peduli.

Tapi, ada rasa senang yang dirasakan Yusuf saat membuka matanya, orang pertama yang dia lihat adalah wajah Zeynep yang selalu terlihat cantik itu setiap harinya.

Dia tidak mengakui jika dirinya mulai menyukainya atau bahkan mencintainya.

Hanya saja dia mulai terbiasa dengan keberadaan Zeynep setiap hari di dalam kehidupannya. Meski memang mereka selalu saja beradu mulut, apalahi jika akan tidur.

"Zeynep! Bisakah kau ambilkan aku minum, aku harus," ucap Yusuf setelah puas mengamati Zeynep.

Mendengar itu Zeynep bangun dari tempat duduknya dan mengambil secangkir air mineral di atas balas, kemudian membantu Yusuf untuk minum.

"Terima kasih," ucap Yusuf setelah meminum setengah air mineral dalam gelas tersebut.

Sedangkan Zeynep hanya membalasnya dengan gumaman samar tersebut.