Chereads / Mr. Mafia & Mrs. Mafia / Chapter 5 - TAKUT KEJAHATAN NYA TERUNGKAP

Chapter 5 - TAKUT KEJAHATAN NYA TERUNGKAP

Matahari bersinar sangat terang masuk ke dalam celah-celah kamar Zeynep. Perlahan dia membuka matanya dan melihat sekitarnya yang penuh oleh cahaya matahari. Dia juga melihat Yusuf tengah mengenakan dasinya di depan cermin, penampilannya cukup rapi, seperti hendak pergi bekerja. Bukankah seharusnya dia cuti pernikahan?

Tanpa ambil pusing Zeynep segera bangun, meninggalkan tempat tidurnya, menyambar handuk dan pakaian dengan asal, doa segera masuk ke kamar mandi tanpa menyapa Yusuf terlebih dahulu.

Tidak butuh lama dia membersihkan tubuhnya di dalam sana, dia segera keluar dan melihat kamarnya itu sudah sepi, kemungkinan besarnya Yusuf telah pergi bekerja.

"Ah nyamannya! Tanpa seorang Yusuf yang menyebalkan itu!" seru Zeynep sambil merentangkan kedua lengannya. Matanya terpejam menikmati cahaya matahari yang terasa hangat itu, terasa sangat menyegarkan menghirup udara pagi ini.

Selanjutnya Zeynep melangkah santai menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan dikenakannya hati ini, dia pula merias dirinya di sana sebaik mungkin agar terlihat cantik di hadapan semua orang. Setelah puas dengan siarannya, Zeynep tersenyum simpul.

"Ayo kita mulai permainannya," gumam Zeynep sambil melangkah keluar dari kamarnya. Dia menuruni anak tangga hendak pergi ke ruang makan untuk sarapan, dia membuka salah satu pintu yang tak lain adalah ruang makan itu. Di dalam sana sangat sepi, hanya ada pelayan wanita yang tengah sibuk membersihkan ruangan tersebut.

"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan wanita itu kepada Zeynep.

"Berikan aku makanan! Apa keluarga ini sama sekali tidak pernah sarapan bersama? Sangat aneh," ucapnya sambil duduk di kursinya.

"Ke mana semua orang pergi? Masih pagi sudah sepi saja," ucap Zeynep yang sepertinya ingin mengajak pelayan wanita yang sibuk mengelap jendela itu.

"Tuan Muda Yusuf dan Tuan Besar Demir sudah pergi bekerja Nona," ucap pelayan itu mem beritahu Zeynep. Yang diberitahu hanya menarik bibirnya tersenyum sinis, yang ada di dalam pikirannya bukan bekerja, melainkan melakukan kejahatan untuk mendapatkan harta yang melimpah. Dasar serakah.

"Hey! Aku ingin tahu apa pekerjaan mereka hingga menjadi orang yang sangat kaya," ucap Zeynep lagi, dia hanya ingin tahu apakah seluruh pekerja di rumah ini mengetahui pekerjaan tuannya.

Atau jangan-jangan tidak mengetahui pekerjaan tuannya.

Maaf Nona, saya rasa Nona pun mengetahui tentang keluarga Demir ini," ucapnya singkat namun jelas yang pasti dapat Zeynep pahami.

"Ini Nona makanan Anda," ucap seorang pelayan yang baru saja datang dengan membawakan nampan berisi makanan dan minuman, dia menatanya di atas meja depan Zeynep.

Kali ini Zeynep langsung melahap makanan ya tanpa mau banyak tanya tentang keluarga Demir ataupun yang lainnya. Setelahnya dia berencana untuk pergi ke pusat perbelanjaan, berada dalam rumah yang sepi ini sangat membosankan bukan?

Setelah selesai makan, Zeynep langsung meninggalkan ruang makannya bersiap untuk keluar rumah. Namun, sebelumnya dia melewati ruang kerja Demir. Demir ak dia terdiam mendengar ada tiga suara pria di sana.

"Apa katamu?! Kebun anggur neneknya Zeynep sudah dialihkan menjadi milik Zehnep dan akan disumbangkan ke amal!"

Itulah yang Zeynep dengar, sekarang dia mendekati pintu tersebut dan mengusung pembicaraan mereka yang rupanya tengah membahas kepemilikan kebun anggur neneknya.

"Tidak ada cara lain, Yusuf! Kau harus memiliki anak dengan Zeynep, agar kebun itu jatuh pada kita!"

"Itu sangat gila Ayah! Aku sudah menikahinya untuk Ayah, sekarang kau meminta anak sarijy dan Zeynep!" pekik Yusuf yang terdengar oleh Zehnep dengan sangat jelas. Dia tersenyum miris dengan posisi Yusuf yang dijadikan alat oleh ayahnya.

Merasa ada orang yang akan keluar dari dalam ruangan itu, Zeynep langsung bersembunyi, bahkan dia bersikap biasa saja dan segera meninggalkan rumah besar yang sangat tidak nyaman itu.

"Nona ingin pergi ke mana?" tanya seorang pria yang tengah duduk di bangku halaman rumah keluarga Demir.

"Antar aku ke pusat perbelanjaan!" pinta Zeynep tanpa mau basa basi terlebih dahulu. Tentu saja keinginannya itu langsung dipatuhi walaupun sebenarnya Zeynep sama sekali tidak memberitahu Yusuf maupun Demir dengan kepergiannya ini.

Pria itu langsung mengeluatkan satu mobil dan mempersilahkan Zeynep untuk masuk. Dia duduk dengan tenang di dalam mobil, sedangkan pria yang kini menjadi seorang supir tengah menyalakan mesinmobil dan melakukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Berhenti!" titan Zeynep saat melalui sebuah toko perhiasan.

Di sana tengah terjadi tembak menembak, lebih tepatnya banyak pria berkas dan rapi itu tengah membunuh seorang pria paruh baya.

Dugaan Zeynep adakah mereka anak buah Demir dan biru adakah salah satu cara untuk menguasai kekayaan mereka.

"Dasar pengecut," lirih Zeynep merasa marah melihat pemandangan di depan sana.

"Ada apa Nona? Kenapa berhenti?" tanya pria dj depannya itu dengan hati-hati.

"Menurutmu, apa yang tengah orang-orang itu lakukan?" ucap Zeynep sambil menunjuk ke toko emas tersebut yang tengah terjadi keributan.

Padahal hati sudah terang, kenapa mereka sangat berani melakukan kekejaman seperti itu.

"Oh saya tidak tahu Nona," jawabnya sedikit kikuk. Cukup dipahami oleh Zeynep jika dia merasa sungkan memberitahukannya kepadanya.

"Baiklah, ayo jalan!" titah Zeynep lagi yang langsung dipatuhi oleh pria itu.

Mobil berwarna hitam yang di kakinya itu melesat bersama pada kendaraan lainnya yang berlalu-lalang di jalan raya yang tidak pernah sepi dari pada pengendara ini.

Sedangkan di kediaman keluarga Demir, Yusuf tidak mendapati Zeynep di dalam kamar atau ruangan lainnya.

Dia tidak mencarinya, dia hanya merasa aneh jika Zeynep tidak ada dalam kamar.

"Apa kau melihat Zeynep?" tanya Yusuf kepada pelayan wanita di rumahnya.

"Tadi dia makan dk sini Tuan, setelahnya saya tidak tahu," jawab pelayan itu berterus terang. Sekarang yusuf keluar dari rumahnya dan menghampiri pada bodyguard dk halaman rumahnya yang tengah berbaris di sana.

"Apa kalian melihat Zeynep?" tanya Yusuf.

"Tadi dia pergi Tuan," jawab mereka sambil menjelaskan kepergian Zeynep yang meminta antar kepada supirnya.

Yusuf mengeram dengan pelan. Dia hanya sedikit kesal karena gadis itu sama sekali tidak memberitahu siapa pun dan berprilaku seolah-olah ini adalah rumahnya.

Bahkan, Zeynep sangat berani dari yang dia duga. Bahkan, Yusuf pula sudah mengira-ngira jika Zeynep sebenarnya dia mengetahui latar belakang keluarga Demir, atau lebih parahnya lahi mengetahui siapa yang telah membunuh neneknya. Kemungkinan ini sangat buruk jika terjadi, tapi keluarga Demir yang berkuasa ini tentu saja akan melakukan beribu-ribu cara untuk me dapatkan apa yang diinginkan, dan menjinakkan Zeynep.

"Kau menemukan Zeynep?" tanya Demir yang menghampiri putranya itu.

"Dia pergi dengan supirnya," ucap Yusuf memberitahu ayahnya yang dibalas anggukan olehnya. Demir segera menghubungi supir Yusuf yang mengantarkan Zeynep pergi.

"Iya Tuan," terdengar suara di seberang sana.

"Apa kau bersama Zeynep sekarang? Awasi dia, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Juga segera antar dia pulang!" Setelah mengatakan itu Demir langsung memutuskan panggilannya.