Yan Mao mengatakan bahwa dia butuh yang berwarna merah, jika harganya baik. Maka dia akan menggunakan yang hijau juga. Lalu ketika dia melihat ini. Ada baiknya menanam sendiri di rumah.
Mereka menghabiskan 30 menit memanen paprika merah. Sekeranjang bambu Yan Mao penuh. Dia sangat bersemangat dalam memanen paprika. Dia tidak sadar mengambil terlalu banyak. Yan Mao memasukkan semua paprika ke keranjang.
Dia menatap kearah kedua putranya yang berkeringat. Dia mengeluarkan sapu tangan dan menggosok wajah keduanya. "Jangan menyentuh wajahmu dengan tanganmu. Itu pedas."
Kedua anak itu patuh. Dia membiarkan Yan Mao menggosok wajah mereka dengan sapu tangan. Yan Mao membawa sekeranjang paprika ke punggungnya. Sungguh paprika ini sangat berat.
Kedua anak yang melihat kearah Daddy-nya. Dia sangat kurus, namun membawa sekeranjang paprika. Dia memegang tangannya. "Daddy, apakah itu berat. Aku akan membantu Daddy membawanya."
Ketika Yan Mao mendengarkan ucapan Dabao, dia tertawa. "Ini sebesar kamu. Apakah kamu mampu membawanya?"
Dabao memerah malu ketika dia mendengarkan ucapan Daddynya. Erbao memegang tangan Yan Mao. "Daddy, kenapa tidak membaginya menjadi dua dan kemudian mengambilnya lagi?"
Yan Mao melihat bahwa perjalanan mereka cukup jauh. Tidak mungkin untuk pergi dan pulang. Yan Mao mengira bahwa paling jauh adalah 300 meter, ini adalah 700 meter. Sungguh, 700 meter. Belum lagi naik ke pinggir gunung.
Dia lebih suka menjadi Lelah, tapi hanya pergi sekali. Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Ini tidak berat sama sekali. Ayo kembali."
Dabao dan Erbao melewati mulberry lagi. Yan Mao mengatakan bahwa mereka bisa mengambilnya. Dabao dan Erbao mengambil daun dan mulai memetik mulberry. Yan Mao membantu mereka mengambil yang tinggi.
Mereka berdua membawa masing-masing mulberry yang mereka petik. Yan Mao melihat bahwa keduanya berjalan dengan ceria. Ketika mereka mencapai kaki gunung, Yan Mao tidak sengaja menatap kearah tanaman hijau dengan bentuk daun ke atas.
Dia memperhatikan dengan baik, itu adalah bawang putih. Wow, dia merasa kaya sekarang. Dia menemukan bawang putih disini. Di gunung, dia tidak menemukannya. Yan Mao kemudian berhenti dan meletakkan keranjang bambunya di tanah.
Kedua anak itu menatap kearah Yan Mao. "Daddy, apa yang kamu ambil?"
"Ini... bawang putih. Kita sangat beruntung menemukan bawang putih." Kedua anak itu hanya menatap kearah Yan Mao. Mereka sama sekali tidak tahu apa itu bawang putih. Yan Mao hanya menatap mereka dan merasa lucu.
Apakah aku orang pertama yang menemukan benda ini? Sungguh ajaib.
Kedua anak itu melihat Daddy mereka sangat serius. Keduanya membantu Yan Mao menggali semua bawang yang ada disana. Tidak hanya menemukannya di sana, dia bahkan menemukan di beberapa tempat.
Sungguh ini adalah sumber kelezatan makanan. Tidak hanya bawang putih, bahkan dia menemukan setumpuk bawang merah. "Oh, ada bawang merah juga. Ayo bantu Daddy menggali mereka."
Ketika kedua anak itu mendengarkan ucapan Daddy mereka. Keduanya langsung bersemangat menggali. Bahkan wajah mereka memiliki kotoran tanah.
Yan Mao dan kedua putranya berhasil memanen semua bawang di satu kelompok. Ketika Yan Mao memandang ke kiri dan kanan. Dia melihat bahwa itu adalah bawang ah, semuanya bawang.
Dia sangat senang sehingga senyumnya tidak lepas dari wajahnya. Ketika kedua anak memperhatikannya, mereka juga senang untuk Daddynya. Setelah mengikatnya dengan rumput, Yan Mao mengambil daun yang cukup besar dan membungkus daun itu.
Dia memasukkannya ke keranjang dan akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka. Yan Mao menatap kearah ladang disampingnya, itu adalah ladang bertingkat.
Ini pertama kalinya dia melihat ladang secara langsung. Dia sudah lama hidup di kota besar, perdesaan sedikit asing baginya, terlebih lagi didepannya sekarang masih terlihat natural, tanpa polusi dan sebagainya.
Dabao dan Erbao melihat bahwa Daddy-nya berhenti. Mereka menoleh ke belakang. "Daddy, ada apa? Apakah Daddy ingin melihat lahan kita? Sayang sekali, pria jahat itu mengambil 2 Mu lahan kita."
Yan Mao menatap kearah putranya. Dia menghela napasnya dengan lembut. "Jangan membahas itu lagi. Jika kita kaya, kita akan memiliki banyak lahan daripada ini."
Kedua anak itu segera menjadi ceria. Entah kenapa, ketika dia mendengarkan Daddy mereka mengatakan bahwa mereka akan kaya. Mereka mendapatkan dorongan yang kuat untuk percaya pada ucapannya.
Keduanya tertawa. "Ya, Daddy, kita akan kaya suatu hari nanti."
Yan Mao menggosok kepala keduanya. Lalu mereka kembali ke rumah mereka. Ketika di perjalanan, bahkan beberapa orang bekerja diladang menyapa mereka.
"Ger Mao, kamu dari mana saja? Wow.. apa yang kamu bawa ini? Bukankah ini buah pedas? Kenapa membawa ini, ini tidak bisa dimakan." Seorang Ger berkata pada Yan Mao. Kamu bercanda, di dunianya, buah ini sangat mahal oke.
"Ger Mao, kamu seharusnya beristirahat lebih banyak. Jangan membebankan tubuhmu. Jika terjadi sesuatu padamu, kedua anakmu akan menderita."
Yan Mao tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum. Ger yang lain segera berbicara. "Ger Mao, aku dengar kamu sekarat? Tapi sekarang kamu terlihat baik-baik saja?"
Yan Mao menatap kearahnya. Dia merasakan nada bicara orang ini sangat tidak senang padanya. Dia menyipitkan matanya. Dia tersenyum. "Terima kasih kepada dokter Chen, dia benar-benar dokter yang hebat. Aku bisa melakukan apapun sekarang. Jadi kamu tidak perlu khawatir."
Ger yang lainnya tersenyum. "Ger Mao, kamu harus lebih banyak istirahat dalam beberapa hari ini. Jangan terlalu lelah."
Yan Mao menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin berbicara pada Ger lainnya. Dia tahu bahwa beberapa dari mereka tidak menyukainya. Mereka tersenyum hanya untuk memperoloknya. Bajingan banci itu, tunggu saja nanti.
______
Dibandingkan mereka yang mengenakan pakaian indah seperti Wanita, didunia sebelumnya. Yan Mao lebih suka pakaian sederhana yang terlihat seperti pria. Meskipun dia bisa melahirkan.
Dia tidak ingin bertingkah seperti Wanita. Yan Mao menyeret kedua anaknya dan meninggalkan mereka. Lalu tidak jauh, segera dia mendengarkan bisikan mereka.
"Lihat Ger Mao itu. Dia menipu orang-orang agar kasihan dengan dia."
"Dia adalah bintang sapu (pembawa sial) sehingga suaminya meninggal dalam perang."
"Lihat pakaiannya, itu bahkan banyak tambalan. Anak-anaknya sangat kurus. Jika itu aku, aku lebih baik menjual salah satu dari mereka menjadi budak."
Yan Mao mendengarkan ini, dia segera marah. Menjual anak? Apakah mereka manusia? Hanya karena kemiskinan, mereka rela menjual anak? Kenapa mereka tidak menjual diri mereka saja sebagai budak.
Baik Dabao dan Erbao mendengarkan ucapan para Ger itu. Mereka mengenggam tangan Yan Mao dengan erat. Mereka tidak ingin berpisah dari Yan Mao. Sedangkan untuk lelaki itu, dia merasakan kecemasan putra-putranya.
Dia mengusap kepalanya. "Jangan dengarkan omong kosong mereka."
Dabao menatap kearah Daddy-nya. "Daddy, kami tidak ingin berpisah denganmu."
Erbao juga menatapnya. "Daddy, kami ingin selalu bersamamu."
Yan Mao melihat bahwa keduanya sangat manis. Dia tidak bisa menahan diri untuk menggosok kepalanya. "Aku juga tidak ingin berpisah dengan kalian. Ayo kembali, besok kita harus menghasilkan uang. Jika kita punya banyak uang, aku bisa membeli apapun yang kamu inginkan."
Erbao dan Dabao langsung menjadi senang. Ketika ketiganya hampir sampai di rumah mereka. Dabao dan Erbao berlari lebih dulu dan membuka pagar rumahnya. Yan Mao tersenyum dan masuk ke dalam.
Didepan rumahnya ada kursi, dia meletakkan keranjang bambunya dan duduk disana. Dabao mengambil air dan Erbao mengambil kipas. Mereka berdua melayani Yan Mao. Ketika lelaki itu melihat tingkah lucu Erbao dan Dabao. Dia tidak bisa menahan senyuman.
Lalu seseorang berdiri didepan rumahnya. "Oh, A-Mao kamu pulang? Aku mencarimu tadi tapi kamu tidak ada di rumahmu."
Yan Mao melihat siapa yang berbicara. Dia segera tersenyum. "Tong Ge'Er, masuklah."
#Ge'Er merujuk pada Ger yang lebih tua.
Ger Tong membuka pagar dan masuk ke dalam. Dia membawa ubi rebus. Dia meletakkannya di meja. "Kamu dari mana, A-Mao?"
"Aku baru saja datang dari gunung."
"Gunung? apa yang kamu lakukan di gunung?"
"Mengambil ini." Yan Mao menunjukkan kearah keranjang bambu. Ger Tong yang mendengarkan ucapan Yan Mao, dia mengerutkan alisnya. "Untuk apa buah pedas ini? Apakah tidak ada lagi makanan di rumahmu. Aku bisa memberikan beberapa bahan makanan padamu."
Yan Mao menggoyangkan tangannya. "Masih ada untuk beberapa hari. Hanya saja aku ingin membuat sesuatu dan menjualnya di kota."
Ger Tong mengerutkan alisnya. "Kamu ingin menjual ini? Apakah bisa dijual?"
Yan Mao tersenyum. "Aku harus mencobanya terlebih dulu baru tahu apakah ini bisa dijual atau tidak."
Ger Tong menganggukkan kepalanya. "Kamu benar."
Ger Tong melihat kearah ini semua. Dia mengerutkan alisnya. "A-Mao, buah ini terlalu banyak untuk diolah. Apakah kamu tidak membutuhkan bantuanku?"
Yan Mao menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak perlu Tong Ge'Er. Lagipula ini bukan hal yang sulit."